Semua Bab Air Mata dan Doa Seorang istri: Bab 31 - Bab 40

69 Bab

BAB 31 : Maut di Kampung Adat

Bu Wati tak lagi mau mendengarkan nasehat siapa saja yang berusaha membujuknya agar segera pergi meninggalkan kampung adat sebelum kaum batin muda membuat keonaran di rumahnya nanti malam. Wanita keturunan pendekar itu telah mengasah pedang pusaka yang dimilikinya dan menyarungkan kembali setelah diberinya perahan jeruk nipis, sebagai pertanda pedang itu siapa mencari darah segar.                “Paaghan, ingat ngah Maya  dan kakakan, suami serta cucumu,” tangis Bik Ros menasehati keputusan Bu Wati akan duel menghadapi Rojali ketua kaum batin muda nanti malam.                “Kepalangan harga diriku sudah diinjak-injak lebih  baik aku mati berkalang tanah!” kata Bu Wati membulatkan tekadnya telah siap masih hidup atau mati nanti dalam duelnya mempertahankan gengsi dan harga diri.
Baca selengkapnya

Bab 32 : Bersembunyi di hutan kawasan

Pak Wardi dan istrinya berjalan terus melewati lebat pohon karet, kebun kopi atau kebun sawit milik warga, tanpa kenal lelah. Mereka harus bisa mencapai pematang di luar kampung adat bagaimanapun caranya agar  aman dari kejaran penduduk kampung adat. Dua lereng perbukitan pematang panjang harus mereka daki dan turuni demi mencapai kabupaten tetangga, terutama areal hutan kawasan register.                Kaki yang letih dan terluka tak mereka hiraukan sampai rasa sakit mendera seluruh kakinya barulah mereka berhenti mengaso sebentar untuk melepas penat sambil berjaga-jaga kalau ada orang yang mencurigai. Rasa haus dan lapar menyebabkan perjalanan mereka agak terhambat apalagi melewati padang rumput pakis berduri yang lebat sangat sukar dilewati, dan tajamnya sisi mata batang pakis membuat luka di beberapa bagian kaki mereka.           
Baca selengkapnya

BAB 33 : Kampung Adat berkabung

Rojali yang terluka parah segera di bawa ke Rumah Sakit yang berada di Ibukota Kabupaten, satu-satunya pusat kesehatan masyarakat yang ada di kabupaten ini. Sebuah ambulance dari puskesmas mengantar Rojali untuk dirujuk ke rumah sakit umum daerah di kabupaten karena peralatan di puskesmas belum lengkap.                Sayangnya nyawa Rojali tak tertolong lagi, ia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Itu diketahui oleh istrinya yang tidak mendengarkan lagi rintihan dan desahan kesakitan dari suaminya sehingga dia menempelkan jarinya ke urat nadi suaminya. Tak lagi terdengar detak jantung berdetak, wajah pucat pasi serta seluruh tubuh suaminya dingin dan kaku.                Istrinya menangis histeris sejadi-jadinya sehingga sopir ambulance menghentikan mobil dan melihat keadaan pasien yang akan dirujuk. Ketika
Baca selengkapnya

BAB 34 : Maya sakit!

Maya, balita mungil ini selalu menangis dan rewel, mungkin karena tahu nenek dan kakeknya sedang mendapatkan masalah. Seorang bayi biasanya begitu peka perasaannya sehingga dia bisa mengetahui jika oranng-orang yang menyanyanginya sedang dalam kesulitan menghadapi masalah yang besar, seakan dia tahu jika kakek dan nenek sedang berjuang diantara hidup dan mati di hutan kawasan bersembunyi dari kejaran warga kampung adat dan aparat kepolisian yang telah memblacklist mereka menjadi daftar pencarian orang (DPO).                Bik Ros menggendong Maya sambil memberinya susu dengan pikiran yang tidak tenang sebab masih memikirkan keberadaan kakak dan iparnya yang tidak ketahuan minggat kemana setelah kejadian membunuh Rojali malam itu. Kakak dan Iparnya bak lenyap ditelan bumi, tak satupun ada orang yang mengetahui keberadaannya.           &nbs
Baca selengkapnya

BAB 35 : Firasat Buruk Diana

Beberapa malam ini Diana merasa gelisah dan tidak tenang, selalu terbayang wajah kedua orang tua dan anaknya. Ada apakah gerangan, pikir Diana dalam hati sehingga selalu teringat mereka, adakah dirinya sedang rindu kepada mereka semua atau orang tua yang rindu sehingga selalu melamnkan dirinya dan kontak batin sehingga terbayang-bayang selalu di pelupuk mata.                Diana pun tidak dapat tidur dengan tenang sebab bayangan ayah dan ibunya serta anaknya selalu bermain di ingatannya. Terbayang bagaimana wajah sedih kedua orang tua dan Maya, anaknya yang terlihat memanggil namanya. Tak sadar halusinasi tentang orang tua dan anaknya terbawa mimpi di dalam tidur sehingga dia menggigau memanggil, Ayah! Ibu! Maya!.                “Diana, bangun kamu mimpi yah!” tegur Mbak Suti menggoyangkan badannya agar ter
Baca selengkapnya

BAB 36 : Packing!

Mbak Lisa memanggil Diana ke ruangannya, mungkin ada hal penting yang akan dibicarakan. Ketika sudah siap, Diana segera menemuinya di ruang kerja Mbak Lisa.                “Selamat Pagi, Mbak!” ucap Diana ketika telah berada di depan ruangan Mbak Lisa.                “Iya, Pagi! Silakan masuk!” kata Mbak Lisa menjawab salamnya.                Diana merasa canggung ketika memasuki ruang Mbak Lisa. Ruangan yang bersih bercat orange polos yang banyak tergantung foto-foto TKW yang mendapatkan penghargaan di luar negeri, baik dari majikan maupun dari lembaga yang berkepentingan dengan dunia kerja wanita sebagai penghasil devisa Negara.             
Baca selengkapnya

BAB 37 : Terbang!

Diana  diberitahu oleh Mbak Lisa bahwa nanti siang jadwal keberangkatan dari Bandara Soekarno Hatta. Diana sangat senang mendapatkan tiket yang sudah tergenggam di tangannya, impiannya untuk bekerja ke luar negeri terkabulkan sudah. Sebentar lagi dia akan landing meninggalkan negara Indonesia tercinta untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita dengan kontrak kerja tiga tahun ke depan.                “Jam  sepuluh nanti, kamu akan diantar menuju bandara!” ucap Mbak Lisa kepada Diana. ”Sekarang kamu bersiap-siap, jangan sampai ada dokumen dan barang kamu yang tertinggal di sini.”                “Baik, Mbak. Insya Allah semua dokumen dan barang sudah saya packing dengan baik dan lengkap!” tutur Diana menyatakan kalau dia sudah menyimpan semua dokumen yang diperlukannya. &nb
Baca selengkapnya

BAB 38 : Tiba di rumah majikan.

Perjalanan udara yang mencapai tujuh jam membuat letih Diana sekaligus memberikan pengalaman pertama yang sangat berkesan bisa naik kuda besi terbang. Hanya saat landing dan take off saja terasa getaran yang sangat hebat, selebihnya ketika sudah di udara tidak terasa getaran keras lagi kecuali saat melintas di atas awan seperti naik mobil ketika melewati polisi tidur getarannya.                Deg-deg perasaan hati Diana begitu pesawat sudah mendarat di Bandara tujuannya, kemudian dicarinyalah tulisan atas namanya di karton oleh penjemputnya. Kata Mbak Lisa majikannya akan didampingi oleh agen penyalur perwakilan biro jasanya di sana yang tentu saja orang Indonesia dan telah lama tinggal di sana sehingga sudah mahir berbahasa negara tersebut.                Begitu amazing Bandara ini, begitu menuruni anak tangg
Baca selengkapnya

BAB 39 : Hari Pertama kerja

Sepulangnya Pak Sambodo dari rumah majikan Diana, sang majikan memang menyuruh Diana untuk istirahat di kamarnya memberikan kesempatan untuk menyegarkan diri setelah menempuh perjalanan udara yang panjang. Diana memanfaatkan waktu istirahatnya dengan baik agar tenaganya kembali pulih dan fit sehingga siap untuk bekerja.                Diana mulai harus beradaptasi dengan bahasa yang digunakan majikannya, olehkarena sambil tiduran dia membuka kamus yang sengaja dibelikannya ketika masih berada di penampungan karena menurut Mbak Lisa akan sangat berguna menterjemahkan kata yang ingin kita sampaikan kepada majikan jika ditanya atau sebaliknya jika menjawab pertanyaan majikan. Tata bahasa umum yang biasa digunakan dalam percakapan dipahami benar-benar oleh Diana sebab sekaranglah waktunya untuk menggunakan bahasa tersebut.            &nbs
Baca selengkapnya

BAB 40 : Hasrat!

Capek! Tentu saja begitu terasa di hari pertama bekerja walaupun di rumah tapi pekerjaan membereskan rumah itu tiada hentinya, jika dibandingkan dengan pekerjaan kantoran masih enaklah bekerja kantoran yang mempunyai SOP kerja yang jelas berbeda di rumah tangga yang harus dua puluh empat jam non stop siap sedia melayani kebutuhan dan keperluan majikannya.                Hampir tidak ada waktu yang dapat digunakan untuk beristirahat sebab semua waktu seperti terplot begitu saja, selesai pekerjaan yang satunya, masih ada lagi pekerjaan lain yang sudah harus diselesaikan. Sepanjang pagi mulai dari Subuh selesai salat, Diana sudah berada di dapur memasak menu santap pagi majikannya dan membuat minuman hangat yang siap disajikan untuk penghuni rumah. Beruntunglah penghuni rumah tidak terlalu banyak sehingga tidak terlalu banyak pesanan minuman berlainan yang harus dibuatkan olehnya.  &nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status