Beranda / Romansa / Menikah Paksaan / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Menikah Paksaan: Bab 31 - Bab 40

66 Bab

Benci dan benci

Karena merasa tidak tega melihat Rani memeluk kaki Yusuf dan menangis tersedu. Citra menatap Yusuf. "Abang? kasihan dong. Allah saja maha pemaaf, masa kita sebagai umatnya tidak mau memaafkan? apapun kesalahannya."Yusuf tertegun. Namun tetap dengan pendiriannya yang keras kepala, hatinya terlalu sakit dengan semua yang pernah dia lakukan terhadap dirinya.Rani yang mendengar suara Citra mendongak, tampak wajahnya basah dengan air mata. "Siapa wanita ini? kenapa bersama Yusuf," batinnya Rani bertanya-tanya.Citra berjongkok! membantu Rani berdiri. "Bangun Mbak! jangan gitu gak enak di lihat orang." Citra menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.Rani berdiri dan mengusap air matanya yang terus berjatuhan. "Kamu siapa! dan apanya Yusuf?" Rani menatap wajah Citra penuh rasa penasaran.Sebelum menjawab. Terlebih dahulu Citra melirik Yusuf yang matanya entah kemana. "Aku ... istrinya! Abang."Betapa terkejutnya Rani, ternyata Yusuf sudah menikah. Punya istri yang kini ada dihadapannya,
Baca selengkapnya

Menjadi candu

Ketika sedang asyik mengobrol, datang bu Fatma dan Suly ke rumah Yusuf. Sungguh di luar dugaan, Suly gak tau kalau Ikbal ada di sana bersama istrinya.Citra sudah berdebar-debar jantungnya tak menentu, melihat tantenya. Bukan apa? secara Suly jadi selingkuhan Ikbal masalahnya."Assalamu'alaikum ... ada besan rupanya di sini?" ucap bu Fatma nyelonong menghampiri."Wa'alaikum salam," di jawab dengan serempak.Citra menyambut. "Nenek, kok gak bilang-bilang kalau mau ke sini?" memeluk tubuh neneknya.Suly yang sadari turun dari motor sudah merasa aneh. Hatinya sudah gusar ketika melihat mobil Ikbal nongkrong di halaman rumah, mau balik lagi gak mungkin juga. Sudahlah. Nanggung masuk saja pikirnya."Apa kabar Bu Fatma? lama kita tidak bertemu ya?" Habibah memeluk bu Fatma cium pipi kanan dan kiri."Baik. Alhamdulillah sehat, gimana kabar sebaliknya? tambah cantik saja," ungkap bu Fatma. Memperhatikan penampilan Habibah."Ah. Ibu bisa saja, gini-gini juga.Tidak ada yang beda," sahutnya Habib
Baca selengkapnya

Melihat berita

Suly kaget melihat Habibah, tiba-tiba berdiri depan pintu.Habibah menatap heran ke arah mereka. "Kalian belum tidur?" sapa Habibah dan menghampiri keduanya."Oh. Belum Mbak." Suly senyum samar dan tampak tegang.Mata Habibah mengitari setiap sudut ruang kamar tersebut. Dan dia mencium sesuatu yang aneh, kok ada bau-bau parfum suaminya. "Em ... ya sudah, saya mau cari suami saya dulu. Tadi pergi entah ke mana. Oya apa Suly melihat suami saya?""Lho, kan saya dari tadi di sini Mbak. Tadi suami Mbak bersama Mbak di meja makan. Kok nanya saya sih?" ketus Suly."Maksud saya ... kali saja, melihat dari jendela mungkin? itu jendela terbuka gordennya." Habibah lirih."Tidak Mbak!" Suly dengan cepat sambil menoleh ke arah jendela yang memang terbuka."Mungkin di teras mencari angin?" timpal bu Fatma, Menengahi keduanya."Iya, mungkin juga Bu. Ya, sudah saya permisi dulu, mari?" tangan Habibah mengusap pundak Suly."Silakan," bu Fatma dan Suly saling pandang. Kemudian keduanya berbaring di temp
Baca selengkapnya

Hampir menikah

"Apa ini?" telunjuk Habibah menunjuk leher Ikbal yang ada warna merahnya.Ikbal sangat terkejut. "Apa emang?" pura-pura gak tahu. "Oh ... ini? iya tadi saya merasa masuk angin dan di kerok sendiri di kamar mandi," elak Ikbal sambil memegangi lehernya.Habibah mengernyitkan keningnya. "Kenapa gak suruh Ibu untuk mengerok Ayah?""Ah, sudah sembuh kok, jangan khawatir!" mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Ayo, masuk," merangkul pinggang Habibah diajaknya masuk.Citra dan Yusuf sedang asyik berdua menyiapkan makan malam. Namun dalam hati Citra tetap bergejolak. Gimana kalau ibu mertua tahu? perselingkuhan suaminya. Alangkah hancurnya hati beliau nanti.Sementara dalam pikiran Yusuf tiba-tiba terlintas nama Rani yang kini diberitakan mencoba bunuh diri. "Ah, buat apa aku mengingatnya, biar saja! itu hukuman yang harus dia terima." Yusuf menggelengkan kepalanya."Abang kanapa?" tanya Citra selintas melihat Yusuf menggeleng."Ha ... tidak ke napa-napa!" jawabnya dengan nada dingin."Oh, kal
Baca selengkapnya

Meminta maaf

Lek lek lek, suara air yang Ikbal minum. Terdengar jelas dari tenggorokan nya. "Buat apa beli motor?" tanya Ikbal."Ya ... untuk keluar, belanja. Atau main ke sini Yah, aku kesepian terus di rumah.""Banyak kendaraan online lebih aman, gak harus cape bawa. Tinggal duduk! beres," Ikbal berdalih dengan bermacam alasan."Tapi, Yah ... motor itu impian Ibu sejak lama. Masa Ayah tidak mau belikan?" rajuk Habibah lagi dengan wajah yang merengut."Bu-bukan tidak mau belikan Ibu sayang ... tapi kegunaannya itu buat apa ... kan ibu jarang keluar juga, hanya untuk koleksi saja gitu?" ujar Ikbal."Ya pasti berguna dong, aku pakai belanja dan aku pake ke pengajian yang agak jauh pake motor juga, mau ketemu Citra? bawa motor. Berguna, kan Yah?" Bu habibah terus merajuk."Kenapa tidak dibelikan aja, Yah? kasian Ibu, nanti gak bisa tidur gimana!" timpal Yusuf pada sang ayah yang begitu malas untuk membelikan sesuatu yang menjadi impian ibunya itu."Bukan gak mau belikan! tabungan saya tipis habis bel
Baca selengkapnya

Takut gelap

"Jujur! saya tidak habis pikir, bukannya dia sudah bahagia hidup bersama suaminya itu? terus kenapa jadi begitu!" sambung Yusuf."Iya, mulanya memang bahagia. Tapi ... lama ke lamaan, keluar sipat aslinya--" sesaat pak Andi menggantung ucapannya.Yusuf senyum sinis. "hem.""Rani, sering kena pukul, mengalami KDRT. Sehingga mengalami kontraksi yang cukup hebat dan akhirnya dia keguguran," lanjut pak Andi."Tidak sampai situ saja, sipat buruk suaminya semakin menjadi! sampai akhirnya Rani menggugat cerai." Risna meneruskan ucapan suaminya."Kami tahu. Rani sudah menyia-nyiakan Abang, makanya kami mohon ... dengan sangat. maafkan Rani?" ujar pak Andi lagi."Sesungguhnya kami sadar, tak sepantasnya kami datang ke sini untuk memohon maaf. Kami tahu kesalahan putri kami yang begitu besar terhadap Abang," tambah bu Risna masih dengan terisak.Yusuf menghela napas panjang. kemudian di hembuskan pelan-pelan. "Huuh ... saya."Semua mata tertuju pada Yusuf, penasaran ingin tahu jawabannya.Mata Y
Baca selengkapnya

Tukang gombal

"Kapan? tidak pernah tuh," sahut Yusuf sambil memeluk istrinya dari belakang. Meletakkan dagu di leher sang istri. Ia berpikir, dulu ia menolak kehadiran wanita ini. Namun sekarang justru kebalikannya, ia begitu nyaman bersamanya. Tenang dan tidak ingin berjauhan. Apakah ia sudah mulai jatuh cinta?"Kapan? tidak pernah tuh!" ulang Citra, namun Yusuf hanya diam tak bicara lagi. Citra menoleh Yusuf yang terdiam dan mata keduanya bertemu. Dalam jarak yang sangat dekat, kemudian Yusuf serentak mendaratkan kecupannya di kening Citra, yang dengan refleks memejamkan kedua manik matanya merasakan kelembutan kecupan itu.Yusuf menatap dalam wanita yang sudah menjadi istri sah nya itu. Wanita yang dulu ia berjanji tidak akan mencintai, namun seiring berjalannya waktu. Nyatanya mampu mengikis janji itu sedikit demi sedikit.Tatapan Citra sendu dan pasrah. Sebagai istri ia tidak berhak menolak kemauan suaminya, selagi itu masih dalam hal wajar dan masuk akal.Yusuf menyeringai mengulum senyumnya
Baca selengkapnya

Kata sayang

Selepas salam dan berdoa! Citra menoleh ke arah Yusuf yang sedang duduk menyilangkan tangan depan dada.Tanpa berkata. Citra melepas mukena dan membereskannya ke tempat semula, mengambil ponsel lalu mengayunkan kakinya dengan niat mau menyetrika di bawah."Mau ke mana?" tanya Yusuf.Citra menghentikan langkahnya. "Ke bawah.""Mau apa?" tanya Yusuf lagi."Menyetrika." Citra menjawab dengan singkat tanpa menoleh sedikitpun."Saya mau bicara, bisa gak duduk dulu di sini?" pinta Yusuf menatap tajam sang istri.Dengan malas. Citra membalikkan badan putar arah, lalu duduk dekat Yusuf yang tampak serius.Sebelum bicara. Yusuf merapikan kerudung Citra ke samping membuat Citra heran, apa mau cuma itu saja? namun tidak berkata-kata.Yusuf menghela napas dalam-dalam. "Abang malas kalau harus jalan sendiri, maukah menemani Abang?"Citra tidak menjawab, hanya gerakan mata saja yang berbicara."Yang bolak balik nelpon itu pak Andi, dia ingin Abang datang melihat putrinya. Rani, saya malas kalau ke s
Baca selengkapnya

Depreai

Suara jeritan seorang wanita dari dalam sebuah kamar terdengar begitu jelas. Yusuf dan Citra saling pandang.Pak Andi membuka pintu salah satu kamar yang ada di rumah itu dengan kuncinya. "Mari masuk."Yusuf dan Citra mengikuti langkah pak Andi beserta istri, memasuki kamar yang cukup luas dan bernuansa ping."Pergi-pergi ... jangan sakiti aku, jangan. Jangan sakiti lagi," teriaknya."Rani?" gumam Yusuf. Ya, dialah Rani yang sedang kena depresi. Dia di kurung di kamar ini tidak boleh keluar untuk menghindari sesuatu yang tidak di inginkan."Ini Mama sayang dan Papa," lirih bu Risna mendekati Rani yang duduk di pojokan dengan wajah semrawut dan sangat ketakutan."Rani! coba lihat siapa yang datang?" jelas pak Andi.Bola mata Rani bergerak melihat siapa yang datang. Delapan puluh persen wajahnya berubah sumringah, dia berdiri dan berlari memeluk Yusuf."Yusuf, aku kangen kamu, aku rindu sama kamu, kenapa kamu ninggalin aku? aku di sini menderita. Tersiksa karena cinta." ucap Rani.Yusuf
Baca selengkapnya

Pantai

Seorang pria tampan berdiri depan pintu, dia masih ragu untuk menekan bell. Namun akhirnya ia menekan bell juga.Di dalam Yusuf dan Citra yang baru saja selesai makan bertanya-tanya siapakah tamu yang datang itu?Yusuf berdiri menggeser kursinya mau membuka pintu, namun Citra lebih dulu melangkah. "Biar Citra saja yang buka, Abang tunggu saja di sini!"Citra bergegas menuju pintu depan. "Siapa ya? yang bertamu."Blak!Pintu Citra buka dan nampak seorang pria yang pernah ia temui di toko. Kemudian menolong ia dan Yusuf ketika itu dari dua orang preman.Ketika pintu terbuka oleh sang pemiliknya, si tamu langsung mendapati wajah cantik dan teduh dari si pemilik rumah. "Assalamu'alaikum ....""Wa'alaikumus salam ... anda yang tempo hari itu ya?" tanya Citra dengan ramah."Iya, saya Alfandi, masih ingat dong?" pria itu balik nanya."Iya, tentu aku ingat," sahut Citra. "Em ... ada apa ya? atau ada perlu apa dan sama siapa." Citra menatap tamunya."Ha ha ha ... saya mau bertemu Yusuf. Apa dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status