Ksatria Pengembara Season 2의 모든 챕터: 챕터 951 - 챕터 960

2578 챕터

144. Bagian 5

“Jangan menghormat dihadapanku, ibu” ucap Putri Jodhaa Rai lagi kepada wanita paroh baya itu lagi. Bintang yang ada disebelah Putri Jodhaa Rai terkejut saat mendengar Putri Jodhaa Rai memanggil wanita paroh baya itu dengan sebutan ibu.“Semenjak ibunda Jodhaa meninggal, dia adalah pengasuh Jodhaa sejak dari kecil tuan. Jadi Jodhaa sudah menganggapnya seperti ibu Jodhaa sendiri” jelas Putri Jodhaa Rai kepada Bintang seraya membantu wanita paroh baya itu untuk duduk. Bintang sendiri kini duduk didekat keduanya.“Ibu.. Ini tuan Bobou” ucap Putri Jodhaa Rai memperkenalkan Bintang pada wanita paroh baya itu. Wanita paroh baya terlihat mengangguk dan menjura hormat pada Bintang. Bintang dengan cepat membalasnya.“Ada apa tuan putri kemari, biasanya lusa baru tuan putri datang” ucap wanita paroh baya itu lagi dengan lembut kearah Putri Jodhaa Rai. Walaupun Putri Jodhaa Rai sudah menganggapnya seperti seorang ibu, tapi wan
더 보기

144. Bagian 6

PUTRI JODHAA RAI kembali ke menara bersama Bintang, disepanjang perjalanan kembali, bahkan saat sudah berada dipuncak menara, Putri Jodhaa Rai lebih banyak diam. Bintang yang bersamanya hanya ikut diam saja, karena Bintang tau saat ini Putri Jodhaa Rai tengah memikirkan apa yang telah diketahuinya.“Lalu apa yang akan tuan putri lakukan sekarang?” tanya Bintang.“Entahlah tuan, saya bingung”“Mungkin ada baiknya kita menunggu sahabat saya yang tengah mencari keberadaan Jodhaa Bai. Setelah itu, baru tuan putri menentukan sikap” ucap Bintang. Putri Jodhaa Rai terlihat mengangguk-angguk.“Apa tuan tidak takut bila ketahuan menjadi mata-mata Wijayanagara?” tanya Putri Jodhaa Rai tiba-tiba. Kali ini Bintang yang terdiam mendengar hal itu.“Tapi tuan tenang saja, saya tidak akan membocorkan identitas tuan” sambung Putri Jodhaa Rai tersenyum. Bintang ikut tersenyum mendengarnya.&
더 보기

144. Bagian 7

Satu minggu berlalu. Dan selama itu pula, Putri Jodhaa Rai tidak mampu membohongi hati dan perasaannya, kalau dirinya memang menyukai Bintang. Tapi sekali lagi, kedudukannya sebagai seorang putri mahkota, tentu melarangnya untuk menyukai Bintang. Putri Jodhaa Rai hanya bisa mengagumi Bintang, walaupun getar-getar asmara itu semakin kuat merasuk kedalam hati dan perasaannya.Malam itu, Bintangpun kembali melanjutkan tindakannya untuk mencari informasi tentang Pangeran Harihara Akbar. Dan seperti biasanya, didalam kamarnya dipuncak menara, Putri Jodhaa Rai sudah tenggelam dimata batinnya untuk melihat apa yang Bintang lakukan.Sementara itu Bintang terus memperluas lingkup pencariannya, hingga langkah Bintang terhenti saat mendengar suara ringkik kuda jantan dari kejauhan. Entah kenapa Bintang tertarik mendengarnya. Oleh karena itulah Bintangpun mencari asal suara kuda tersebut.Akhirnya Bintang menemukan asal suara tersebut yang berasal dari pintu gerbang sebuah
더 보기

144. Bagian 8

Di kamar yang berbeda, terlihat wajah Putri Jodhaa Rai memerah seperti kepiting yang baru direbus, hal ini tentu saja dikarenakan Putri Jodhaa Rai dapat melihat apa yang terjadi antara Bintang dan Ratu Neraka Es. Walaupun risih dan jengah melihat pergumulan birahi Bintang dan Ratu Neraka Es, tapi Putri Jodhaa Rai urung menutup mata batinnya, ada rasa penasaran dihati Putri Jodhaa Rai untuk terus melihat apa yang terjadi karena ini pertama kalinya Putri Jodhaa Rai melihat secara langsung hubungan badan seorang laki-laki dan perempuan. Tanpa sadar Putri Jodhaa Rai terlihat meremas-remas gunung surganya sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan Bintang dan Ratu Neraka Es).Tiba-tiba ada suara lenguhan yang cukup panjang ; “Ahh ahh ahh oughh.....,” rupanya Putri Jodhaa Rai pun sudah jatuh telentang diperaduannya sambil mengejang, jemarinya terlihat berada di dalam liang surganya, sementara bajunya sudah tidak karuan. Rupanya Putri Jodhaa Raipun sudah mencapai
더 보기

144. Bagian 9

KEESOKAN MALAM.Putri Jodhaa Rai terlihat sangat gelisah dikamarnya, berulang kali Putri Jodhaa Rai berjalan hilir mudik dikamarnya seperti orang yang sedang bingung.“Malam ini, tuan Bobou dan Nona Anvesh akan menyelamatkan Pangeran Harihara Akbar. Ini tak boleh dibiarkan” ucap Putri Jodhaa Rai pelan, seakan berkata pada dirinya sendiri.“Penjaga penjara adalah tuan Dhalsim. Tuan Bobou tidak akan bisa mengalahkannya. Bagaimana bila tuan Bobou kalah dan tertangkap, ayahanda pasti akan menghukum mati tuan Bobou seperti ayahanda menghukum mati semua mata-mata yang tertangkap” ucap Putri Jodhaa Rai lagi terlihat semakin gelisah.“Aku tak bisa membiarkan hal ini terjadi. Aku tak bisa” ucap Putri Jodhaa Rai terlihat semakin gelisah dan bingung. Berulang kali berjalan mondar mandir, akhirnya Putri Jodhaa Rai terlihat menghentikan langkahnya.“Aku harus bisa mengurungkan niat tuan Bobou untuk pergi malam ini. Aku
더 보기

144. Bagian 10

Jodhaapun memberikan buah yang ada ditangannya, entah sengaja atau tidak, Bintang melahap buah itu sampai ke jarinya, sehingga bibir Bintang menyentuh jarinya. Putri Jodhaa Rai tarik jarinya dari mulut Bintang pelan sekali, sembil tersenyum.“Mau lagi?” tawarnya, Bintangpun mengangguk.Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulut Bintang. Sengaja tidak Bintang lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, Putri Jodhaa Rai hanya diam menunggu. Tangan kiri Bintang bergerak menyentuh tangan kanannya dengan lembut, Putri Jodhaa Rai tidak menolak. Bintang tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipinya, sambil menatap wajah jelitanya. Wajahnya bersemu merah. Mata keduanya saling menatap, wajah keduanya semakin mendekat… dekat dan dekat… sehingga Bintang rasakan nafasnya menyentuh wajah Bintang. Tangan kanan Bintang meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. Sedikit Bintang tarik dagunya sehingga bi
더 보기

144. Bagian 11

MALAM berjalan semakin larut, sebentar lagi sepertiga malam akan datang. Sebuah bukit batu tampak menjulang tinggi disebelah selatan kotaraja Ahmadnagar, dari kejauhan terlihat puncak bukit batu itu cukup terang. Diatas bukit batu tersebut ternyata terhampar hamparan bebatuan yang disekelilingnya tampak dipenuhi oleh pepohonan yang rimbun dedaunan, sementara itu tak jauh dari hamparan bebatuan tersebut terbentang sebuah aliran sungai berair jernih yang tidak terlalu lebar ukurannya.Cahaya terang yang ada diatas bukit yang terlihat dari kejauhan rupanya berasal dari belasan obor api yang dinyalakan secara berjejer berkeliling ditempat itu, belasan obor itu bermuara pada sebuah goa batu yang cukup besar mulut goanya, dari dalam goa juga terlihat semburat cahaya obor yang meneranginya, didepan pintu goa, terlihat sebuah api unggun menyala terang, didekatnya terlihat dua sosok tubuh tengah menunggui api unggun tersebut, diatasnya terlihat seekor kambing guling yang tela
더 보기

144. Bagian 12

Pakaian yang bergulung-gulung terbang keatas itu, tiba-tiba saja berhenti ditengah jalan, sementara Bintang yang sedang bersalto tinggi terus berkelebat cepat kedepan.Wuuuttt!Sebuah cambuk terlihat langsung melesat kearah Bintang, cambuk yang mengeluarkan kobaran api itu terlihat memanjang kearah Bintang.Zgggrrrgggkkk....!Tiba-tiba saja cambut yang memecut panjang itu berhenti diudara, terlihat dari ujung cambuk membeku, kebekuan itu menjalar hingga kebawah memadamkan api yang berkobar disepanjang cambuk tersebut. Apa yang sebenarnya terjadi?Pakaian terbang melayang yang berhenti diudara terlihat dibagian bawah pakaian tersebut telah membeku diudara hingga gerakan pakaian terbang melayang itu terhenti, kebekuan itu semakin menjalar keatas hingga sosok wanita Bayang Bayang kembali melompat turun dari pakaian terbang yang membeku, meninggalkan pakaian terbang melayangnya yang membeku diudara, sementara itu cambuk Pendekar Cambuk Apipun terlihat
더 보기

144. Bagian 13

“Rupanya dia juga bisa membelah suara empat penjuru angin” batin Bintang dengan bersikap waspada. Bintang sudah dapat menebak kalau suara tanpa wujud itu adalah suara yang berasal dari seseorangyang disebut Putri Jodhaa Rai sebagai tuan Dhalsim.“Berani sekali kau masuk tempat ini, mau cari mati!” kembali terdengar suara Dhalsim menggema ditempat itu.Merasa digertak, Bintangpun tak mau kalah, maka ;“Jangan bertindak pengecut Dhalsim, tunjukkan dirimu kalau bukan pengecut!” ucap Bintang dengan suara yang juga menggema dari berbagai penjuru. Rupanya Bintangpun ikut menggunakan ajian Membelah Suara 4 Penjuru Angin. Suasana berubah sunyi, tak ada tanggapan dari suara tanpa wujud itu yang Bintang yakini adalah tuan Dhalsim.Satu sosok tubuh muncul dari arah atas. Terbang secara perlahan turun kebawah. Dan saat berada dibawah. HEBAT, sosok itu tampak berdiri diudara menjejak angin.Sosok seorang kak
더 보기

145| Genderang Perang

KEPALAN tangan berwarna merah hitam metalik raksasa terlihat dilangit diwaktu menjelang pagi itu. Bila dilihat lebih teliti, kepalan tangan raksasa itu bersumber dari sosok seorang laki-laki bertubuh besar yang tak lain adalah Dhalsim yang tengah memantul angker diudara. Dibawahnya terlihat sosok pendekar muda kita, ksatria pengembara yang tengah berdiri memandang kearah kepalan tangan merah hitam raksasa itu. Dibelakang Bintang berdiri pula sosok jelita Ratu Neraka Es yang memandang terkesima kearah kepalan tangan raksasa yang ada dilangit. Ratu Neraka Es kembali mengalihkan pandangannya kearah Bintang, menantikan apa yang akan dilakukan Bintang menghadapi jurus dahsyat Dhalsim.“Tuan..” ucap Ratu Neraka Es“Mundurlah lebih jauh Nona Anvesh” ucap Bintang tanpa menoleh. Tanpa banyak membantah, Ratu Neraka Espun segera menjauh dari Bintang.Sementara itu ;Tappp !!!Bintang tampak menyatukan kedua tangannya didepan dada dan m
더 보기
이전
1
...
9495969798
...
258
DMCA.com Protection Status