Pakaian yang bergulung-gulung terbang keatas itu, tiba-tiba saja berhenti ditengah jalan, sementara Bintang yang sedang bersalto tinggi terus berkelebat cepat kedepan.
Wuuuttt!
Sebuah cambuk terlihat langsung melesat kearah Bintang, cambuk yang mengeluarkan kobaran api itu terlihat memanjang kearah Bintang.
Zgggrrrgggkkk....!
Tiba-tiba saja cambut yang memecut panjang itu berhenti diudara, terlihat dari ujung cambuk membeku, kebekuan itu menjalar hingga kebawah memadamkan api yang berkobar disepanjang cambuk tersebut. Apa yang sebenarnya terjadi?
Pakaian terbang melayang yang berhenti diudara terlihat dibagian bawah pakaian tersebut telah membeku diudara hingga gerakan pakaian terbang melayang itu terhenti, kebekuan itu semakin menjalar keatas hingga sosok wanita Bayang Bayang kembali melompat turun dari pakaian terbang yang membeku, meninggalkan pakaian terbang melayangnya yang membeku diudara, sementara itu cambuk Pendekar Cambuk Apipun terlihat
“Rupanya dia juga bisa membelah suara empat penjuru angin” batin Bintang dengan bersikap waspada. Bintang sudah dapat menebak kalau suara tanpa wujud itu adalah suara yang berasal dari seseorangyang disebut Putri Jodhaa Rai sebagai tuan Dhalsim.“Berani sekali kau masuk tempat ini, mau cari mati!” kembali terdengar suara Dhalsim menggema ditempat itu.Merasa digertak, Bintangpun tak mau kalah, maka ;“Jangan bertindak pengecut Dhalsim, tunjukkan dirimu kalau bukan pengecut!” ucap Bintang dengan suara yang juga menggema dari berbagai penjuru. Rupanya Bintangpun ikut menggunakan ajian Membelah Suara 4 Penjuru Angin. Suasana berubah sunyi, tak ada tanggapan dari suara tanpa wujud itu yang Bintang yakini adalah tuan Dhalsim.Satu sosok tubuh muncul dari arah atas. Terbang secara perlahan turun kebawah. Dan saat berada dibawah. HEBAT, sosok itu tampak berdiri diudara menjejak angin.Sosok seorang kak
KEPALAN tangan berwarna merah hitam metalik raksasa terlihat dilangit diwaktu menjelang pagi itu. Bila dilihat lebih teliti, kepalan tangan raksasa itu bersumber dari sosok seorang laki-laki bertubuh besar yang tak lain adalah Dhalsim yang tengah memantul angker diudara. Dibawahnya terlihat sosok pendekar muda kita, ksatria pengembara yang tengah berdiri memandang kearah kepalan tangan merah hitam raksasa itu. Dibelakang Bintang berdiri pula sosok jelita Ratu Neraka Es yang memandang terkesima kearah kepalan tangan raksasa yang ada dilangit. Ratu Neraka Es kembali mengalihkan pandangannya kearah Bintang, menantikan apa yang akan dilakukan Bintang menghadapi jurus dahsyat Dhalsim.“Tuan..” ucap Ratu Neraka Es“Mundurlah lebih jauh Nona Anvesh” ucap Bintang tanpa menoleh. Tanpa banyak membantah, Ratu Neraka Espun segera menjauh dari Bintang.Sementara itu ;Tappp !!!Bintang tampak menyatukan kedua tangannya didepan dada dan m
Kini terlihatlah sosok Dhalsim yang masih berdiri terpaku diudara dengan tangan kanan yang telah buntung akibat terkena serangan Reinkarnasi Raja Bintang, wajahnya pucat, seputih kain kafan.Wuuugghhh !!! Wuuugghhh !!! Wuuugghhh !!!Tiba-tiba saja disekeliling sosok Dhalsim bermunculan balok-balok es yang telah mengepung rapat sosok Dhalsim.Debbbhh ! Debbbhh ! Debbbhh ! Debbbhh !Belum lagi Dhalsim menyadari keadaan dirinya, balok-balok es itu sudah merapat kearah dirinya dan langsung membentuk sebuah kurungan penjara yang menutup sosok Dhalsim didalamnya. Dalam sekejap saja terlihat sosok Dhalsim sudah terdiam beku didalamnya. Perlahan kurungan balok-balok es itu turun kembali kebawah hingga akhirnya menempel kembali ketanah. Terlihat sosok Dhalsim yang membeku didalam penjara balok-balok es tersebut.Serrrr !!!Sosok Ratu Neraka Es kini sudah berdiri dihadapan sosok Dhalsim yang terkurung didalam balok-balok es miliknya.W
“Ada apa Letnan?” tanya Bukka Raya cepat.“Prajurit kita yang menjaga perbatasan memberikan pesan, Tuan perdana menteri” ucap Letnan itu lagi.“Pesan apa Letnan?” tanya Maharaja Harihara Raya cepat.“Tuan Bintang sudah kembali” ucap Letnan itu lagi sehingga membuat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah. “Bersama Pangeran Harihara Akbar” sambung Letnan hingga kembali membuat wajah Maharaja Harihara Raya, Tuan Perdana Menteri Bukka Raya dan juga Putri Ahisma Raya kembali berubah cepat.“Apakah pesan itu sudah dikonfirmasi kebenarannya Letnan?” tanya Tuan Perdana Menteri Bukka Raya cepat.“Sudah Tuan Perdana Menteri, sudah dapat dipastikan kalau pesan itu benar” sambung Letnan Wijayanagara itu lagi.Mendengar hal itu, seketika saja Maharaja Harihara Raya bangkit berdiri dari kursinya.“Ayo kita sambut mereka Bukka Raya.. Ahisma..”
Dua sosok penunggang kuda paling depan tampak langsung turun dari punggung kuda mereka, salah satunya memang adalah Pangeran Harihara Akbar, sedangkan disebelahnya tak lain adalah Bintang adanya.Bila Maharaja Harihara Raya dan Tuan Perdana Menteri Bukka Raya tampak langsung ikut turun dari punggung kuda mereka untuk melangkah kedepan, berbeda dengan Putri Ahisma Raya yang tampak menatap kearah Bintang dengan tatapan berbeda. Sosok Bintang memang sedikit berbeda sekarang, terutama dibagian rambut, rambut Bintang kini tidak lagi panjang dikuncir kuda, melainkan pendek dengan ikat kepala melingkar dikepala. Sementara Bintang hanya tampak melemparkan senyum kearah istri tercintanya, Putri Ahisma Raya.“Ayahanda!” ucap Pangeran Harihara Akbar terlihat langsung bersimpuh berlutut dihadapan Maharaja Harihara Raya. Tapi Maharaja Harihara Raya dengan cepat menangkap kedua pundaknya, lalu mengangkatnya, dengan penuh haru, keduanya saling memeluk melepas rindu antara
Semua sudah berkumpul di aula pertemuan istana Wijayanagara yang megah, Pangeran Harihara Akbar tampak sedang menceritakan apa yang dialaminya hingga akhirnya Bintang datang menyelamatkannya. Hingga saatnya tiba untuk Bintang menceritakan tentang perjalanannya untuk membebaskan Pangeran Harihara Akbar.Dari perjalanannya di Kesultanan Bidar, Kesultanan Berar, Kesultanan Golkonda, Kesultanan Bijapur dan terakhir di Kesultanan Ahmadnagar, hingga akhirnya Bintang bisa menyelamatkan Pangeran Harihara Akbar, tapi tentu saja Bintang hanya bisa menceritakan yang perlu diceritakannya saja, tanpa menceritakan secara keseluruhan.“Bintang.. Aku benar-benar tak tau bagaimana harus mengucapkan terima kasih padamu karena telah menyelamatkan Akbar” ucap Maharaja Harihara Raya lagi. Akbar adalah panggilan Maharaja Harihara Raya kepada Pangeran Harihara Akbar.“Ayahanda tak perlu berterima kasih. Kakanda Akbar juga kakak ipar hamba. Jadi suda
“Bukannya berat kanda, tapi memang kanda yang tak bisa menahan nafsu yang kanda miliki” ucap Ahisma setelah mendengar pertualangan Bintang diberbagai kesultanan, termasuk pertualangan birahinya. Hanya saja memang ada beberapa yang memang tak Bintang ceritakan. Yaitu percumbuannya dengan Dewi Awatara, Putri Jodhaa Rai dan Putri Angkat Tuan Bukka Raya, Adriana, Bintang masih ingin menjaga perasaan Ahisma yang mendengarnya.Dengan lembut Bintang membelai wajah jelita Ahisma. “Maafkan kanda ya dinda.”“Maaf untuk apa kanda?”“Kanda tak bisa menjaga hati kanda untuk dinda” ucap Bintang tapi lagi-lagi Ahisma tersenyum seraya menarik nafas panjang.“Entah bagaimana dinda nanti harus menjelaskan hal ini pada dinda-dinda yang lain.” ucap Ahisma terlihat menarik nafas panjang.“Maafin kanda ya dinda” ucap Bintang lagi“Minta maafnya nanti sama dinda-dinda yang lain
“Dia juga memiliki nadi dewa sama seperti kanda, dinda” jelas Bintang hingga semakin berubahlah wajah Ahisma mendengar hal itu.“Di zaman seperti ini, masih ada seorang dewi yang masih hidup kanda. Berapa umurnya kanda?” tanya Ahisma lagi.“Entahlah dinda, mungkin ratusan tahun, atau bahkan sudah ribuan tahun” ucap Bintang menjelaskan.“Dengan umur begitu, berarti dia sudah sangat tua kanda”“Umurnya memang tua dinda, tapi wajahnya seperti wanita yang masih berumur 40 tahunan, karena katanya saat dia mempelajari Ilmu Dewa, pertumbuhan usianya berhenti di usia 40 tahun” jelas Bintang lagi.“Ilmu dewa apa yang dipelajarinya kanda?”“Ilmu Purana Awatara.” ucap Bintang.“Ilmu seribu wujud.” ulang Ahisma lagi dengan wajah terkejut. Rupanya Ahisma mengetahui tentang ilmu Purana Awatara.“Bena