"Mbak gak percaya, kan? Sama, Kafka juga." "Terus gimana?" tanyaku pelan. Meskipun aku masih kesal dengan keluarga Mas Reno, tapi aku juga tidak bisa membiarkan Rini dalam jurang yang salah. Anak itu tidak bisa dibiarkan. Kafka mengangkat bahu, membuatku ingin melemparkan sesuatu padanya. Aku kesal sekali dengan Kafka. "Gak gimana-gimana. Biarin ajalah. Dia yang mau kerja kayak gitu, kenapa kita yang repot?" Astaga, Rini bekerja itu untuk apa? Disuruh Mama Mas Reno? Atau bagaimana? Aku justru merasa bersalah sekarang. Ah, ini benar-benar tidak lucu. Aku menggigit bibir. Kenapa juga tadi aku mengantarkan si Rini ke gedung itu? Harusnya aku tidak menebenginya tadi. "Kenapa, sih, Mbak? Kayak cacing kepanasan. Gerah lihatnya." Mataku melirik jam dinding. Sudah hampir pukul dua belas malam. Namun, M
Last Updated : 2024-10-29 Read more