Home / All / PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR: Chapter 51 - Chapter 60

88 Chapters

PART 51

       “Anak kami...telah gugur pada peristiwa maha pralaya dua tahun yang lalu, Angger Anom. Dia seorang anggota bhayangkara Kerajaan Medang Kamulan.”        Agak kaget dan terdiam Raden Anom mendengar cerita dari Ki Prana itu.“Saya ikut berbela sungkawa, Ki Prana. Mendiang adalah pahlawan bagi negerinya.”       “Terima kasih, Angger Anom,”ucap Ki Prana dengan wajah tertunduk.        “Sebenarnya, Angger Anom ini berasal dari negeri manakah gerangan? Maaf, sa-saya lihat, dari penampilan Angger Anom ini bukanlah pemuda biasa.”        Raden Anom tertawa pendek, dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi tidak jadi. Seorang laki-laki dengan suara lantang terdengar di luar rumah.
Read more

PART 52

         Perasaan Raden Anom seperti teriris mendengar cerita Ki Prana itu.        “Sebelum peristiwa maha pralaya itu, desa ini merupakan salah satu desa yang makmur di Kerajaan Medang Kamulan. Tetapi setelah peristiwa itu semuanya berubah. Kekacauan dan perampokan terjadi di mana-mana. Sebenarnya, oleh Ki Lurah terdahulu, Lurah Sabrang Ageng, masih mampu mengatasi keadaan itu dengan kebijakannya yang luar biasa bagus. Keamanan desa tetap terjaga dengan memberdayakan segenap laki-laki di desa ini untuk tetap menjadi penjaga desa ini. Tetapi setahun lebih yang lalu, beliau mati secara mendadak dengan tubuh membiru. Kemungkinan mendiang diracun. Menurut desas desus, itu dilakukan oleh Juragan Ki Srandak. Sejak dahulu Ki Sradak sangat berkeinginan untuk menjadi lurah. Tetapi setiap pemilihan lurah, dia selalu kalah oleh Ki Lurah  Sabrang Ageng.” &
Read more

PART 53

         Raden Anom berjalan mendekati Ki Prana dan anak-istrinya. “Ki Prana, Ibu, Dik Laksmi pilih-pilihlah dulu apa yang mau dibeli. Mungkin pakaian, jarik, dan lain-lain. Silakan. Nanti saya yang bayar semuanya. Saya mau menemui Juragan Srandak dulu.”        “Baiklah, Angger Anom,” sahut Ki Prana.         Juragan Srandak tinggal di sebuah rumah yang paling mewah di desa itu. Rumah itu berada di sebelah barat gudang yang  bersebelahan dengan kedai jualnya.       Melihat kehadiran sang pemuda asing, laki-laki yang bertubuh besar dan gemuk itu menatap curiga.       Sebelum ia bertanya, Ki Jalak Ireng sudah memberitahukannya:       &ldquo
Read more

PART 54

Di luar ia sudah dijemput oleh Ki Jalak Ireng.       “Bagaimana, Kawan Anom, bisa...?”       “Jalak Ireng,”Juragan Srandak datang dari arah belakang, “ tolong suruh beberapa anak buahmu untuk memberitahukan kepada seluruh warga desa untuk mengambil beras bagian mereka. Tiap kepala keluarga bagikan satu karung satu karung.”        “Oh, baik, Juragan...!”         Juragan Srandak beralih kepada Raden Anom dan bertanya, “Apakah ada barang lain yang Angger Anom butuhkan buat warga desa?”        “Oh, untuk sementara baru beras dulu, Juragan. Biar mereka sendiri nanti yang akan datang membeli barang-barang kebutuhan mereka di t
Read more

PART 55

Melalui Ki Jalak Ireng pula Raden Anom memberitahukan kepada setiap rakyat yang datang di gudang berasnya Juragan Srandak agar besok mereka datang ke rumahnya Ki Prana, ia akan membagi-bagikan harta kepada mereka.       “Ki Jalak Ireng juga harus datang ke rumah Ki Prana besok untuk mengamankan jalannya pembagian harta itu. Ajak serta beberapa anak buahnya. Bagian Ki Jalak beserta anak buahnya pasti ada,”ucap Raden Anom.        “Oh, tentu Kawan Anom. Kami pasti akan datang...!” Ki Jalak Ireng tak mampu menyembunyikan rasa senangnya.        Menjelang sore hari, Raden Anom berserta Ki Prana sekeluarga balik ke rumah setelah berpamitan kepada Juragan Srandak.        “Jika Angger belum melanjutkan perjalanan, berkesemp
Read more

PART 56

         “Tidak, Bu. Tak ada yang disebut banyak buat orang sebaik Ki Prana sekeluarga. Simpanlah, Bu. Itu semua isinya ada tiga ratus keping.”        “Duh, Gusti...,” desah Ki Prana. “Ini banyak sekali, Ngger.”        “Tak mengapa, Ki, Bu, Dik Laksmi, simpanlah...!”         “Te-terima kasih, Mas Anom. Mas Anom sudah sangat baik kepada keluarga saya.”         Raden Anom langsung mengangkat wajahnya dan menatap kepada Laksmi. Baru kali itu ia mendengar suara gadis itu. Suaranya terdengar lembut dan halus.        “Iya sama-sama, Laksmi. Semasih saya bisa berbagi, saya pasti melakukan
Read more

PART 57

       Raden Anom manggut-manggut dengan wajah menunduk. Ia hendak mengatakan sesuatu, tetapi ketukan di pintu membuat seisi rumah serentak menoleh ke arah pintu.       “Ki Prana..., apakah kalian belum tidur?”         Itu yang bersuara adalah Ki Jalak Ireng.      Ki Prana dan Raden Anom saling berpandangan. Istri Ki Prana dan Laksmi langsung menggeser duduk mereka ke belakang Ki Prana.      “Kami datang hanya ingin mengantarkan sesuatu buat Kawan Anom dan Ki Prana sekeluarga.”       Terdengar lagi suara Ki Jalak Ireng. Tak ada suara garang seperti biasanya.       “Bukankan saja pintunya,” pinta
Read more

PART 58

       Dagu Raden Anom terangkat. Ia merasa itu sebuah kabar yang menarik perhatiannya. Tetapi ia bertanya,“Kenapa Juragan Srandak ingin mencari pengawal pribadi lagi, kan sudah ada sampean bertiga dan lain-lain?”       “Kami kan hanya menjaga harta dan kepentingan beliau di desa ini saja, Kawan Anom. Yang hendak beliau cari adalah pengawal beliau jika sewaktu-waktu beliau pergi ke suatu tempat, tentu harus dikawal oleh pengawal pribadi yang ilmunya setingkat dengan kesaktian beliau sendiri, atau di atas itu.”        “Jika beliau seorang yang sakti mandraguna mengapa mesti menggunakan pengawal pribadi lagi, Ki Jalak?”        “Ya mungkin itu juga  sebagai bentuk gaya hidup saja, Kawan Anom. Tetapi saya kira, Lurah Srandak ingin menaikkan
Read more

PART 59

       Malam itu, Raden Anom sengaja membuat seisi rumah, Ki Prana sekeluarga, tertidur lelap agar ia dapat melakukan aksinya untuk mengambil bagian harta milik rakyat Blimbingan di rumahnya Juragan Srandak. Apa yang dilakukannya hanya semata-mata ingin membantu warga desa itu untuk mendapatkan kembali sebagian dari hak mereka yang sudah lama diambil-alih oleh sang lurah licik dan serakah itu.      Dengan menggunakan Ajian Halimunan, Raden Anom  dengan mudah untuk masuk ke dalam ruangan harta di rumah Juragan Srandak tanpa terlihat atau dirasakan sama sekali oleh sang empunya rumah maupun oleh puluhan penjaga di luar.      Raden Anom hanya mengambil dua kantong besar keping emas itu. Dia ingin keesokan harinya, harta itu bisa membagi-bagikan kepada segenap warga dengan sama rata.       Sesampai kem
Read more

PART 60

        Seusai acara pembagian harta itu, dan orang-orang telah kembali ke rumahnya masing-masing, Raden Anom duduk berempat dengan Ki Prana, Nyi Ngatmi, istrinya, dan juga Laksmi. Raden Anom ingin membahas kelanjutan dari rencananya untuk menjadikan Laksmi sebagai calon kepala Desa Blimbingan di depan.        “Jujur, Angger Anom, sampai saat ini saya dan istri saya, termasuk Laksmi sendiri, masih belum masuk akal dengan rencana Angger itu. Kami sedang bertanya-tanya, mungkinkan Denok bisa mewujudkan rencana Angger itu?”ucap Ki Prana dengan wajah risau.        “Tentu mungkin, asal ada dukungan dari sampean berdua dan kemauan Dik Laksmi. Dan saya berjanji untuk mewujudkan rencana itu hingga Dik Laksmi duduk menjadi pemimpin di desa ini.”        “Kalau mendukung, tentu saya dan biungnya akan men
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status