Layangan itu kembali terbang ke angkasa, setelah merendah; mendaratkan Aldrich dan Anila. Mereka meloncat dari udara, turun pada suatu tempat yang sangat gersang. Tidak ada tumbuhan di sana. Sepertinya benar, mereka telah mendarat pada pulau pertama. "Kita di mana, Na?" tanya Aldrich. "Kok kamu panggil aku Na, sih?" "Eh, maaf, aku lebih suka panggil kamu dengan nama itu, ngingetin aku sama kakakmu juga." "Al…" "Sudahlah, Na, sekarang kita di mana?" "Pulau pertama," jawab Anila. "Disini panas sekali." Aldrich mengedarkan pandangannya, matanya hanya menangkap bentangan tanah yang retak sebab terlalu panas. "Kita ke arah barat, ikuti aku," ajak Anila. Anila berjalan memimpin, Aldrich membuntut. "Disini seperti tidak pernah turun hujan, ya, Na?" "Aku juga tidak tahu, pulau macam apa ini, tanah yang kita injak saja teksturnya seperti kertas yang dijemur setelah basah." Mere
Baca selengkapnya