Home / Fantasi / ANILA - Kutukan Angin / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of ANILA - Kutukan Angin: Chapter 21 - Chapter 30

72 Chapters

Eps 21. Siapa dirimu sebenarnya?

Setelah tiga hari kemarin, Aldrich untuk pertama kalinya merasa penasaran terhadap seorang wanita. Sebelumnya, Aldrich sangat tak acuh pada hal-hal semacam itu. Sebenarnya, tidak serta-merta Aldrich penasaran kepada Anila karena parasnya. Aldrich lebih terfokus akan hal aneh yang terjadi, dan Anila menolak untuk menjelaskannya. Aldrich melihat Anila jalan kaki berangkat ke sekolah. Sengaja, Ia membiarkan Anila berjalan tanpa menawarkan tumpangan kepadanya. Aldrich mendahuluinya cepat, mengegas penuh kecepatannya. Anila yang sedang berjalan santai, wajahnya tampak murung hari ini, ia melihat Aldrich melintas, kebut. "Tumben," gumam Anila singkat, mood-nya sedang tidak baik hari ini. Tit Tit Tit!Jam Anila berbunyi menandakan sudah pukul delapan pagi. "Oh, Tidak! Ini sudah siang!" Anila berlari kencang, tanpa terkendali mengaktifkan kekuatan superspeednya supaya cepat sampai. Wussh!Secepat angin Anila melintasi kota. Hingg
Read more

Eps 22. Harga Ucapan

"Aku manusia biasa. Apa yang kau tanyakan ini? Ada apa? Apa ada masalah? E-e... Ini sudah malam, mari kita pulang saja." Anila berdiri, niat hatinya hendak menjauhi pria di depannya itu. Dia lupa sekarang berada di mana. Kincir angin kembali naik ke atas.Gerakan kasar peralihan posisinya membuat tumpuan berdiri Anila rubuh. Tubuh Anila terdorong ke arah Aldrich duduk. Tangannya berusaha menopang wajahnya agar tidak menyatu dengan wajah Aldrich. Matanya tidak bisa mengelak, bola mata mereka saling menatap tajam satu sama lain. Hanya saja, ketajaman mata Anila tampak sangat khawatir. Aldrich seperti menyihir Anila,"Apa 3A itu?" Anila lantas tersadar, terburu-buru untuk membenahi posisinya, kembali duduk. "Ba-gai mana kau bisa tahu tentang itu?" Anila mengigiti bibirnya, merasa ketakutan. "Apa yang diinginkan Aldrich? Siapa dia? Bukankah dia orang yang baik?" Beribu pertanyaan menyelimuti wajah cemas Anila. Aldrich mengelu
Read more

Eps 23. Sifat Anala

"Baiklah, Pak saya akan segera menyelesaikan ceritanya minggu ini." "Iya, Pak, segera saya tamatkan. Terima kasih, bapak... Iya." Terdengar sebuah percakapan telepon pagi itu.  "Apanya, Kak, yang mau kita diakhiri?" Ayar bertanya pada kakaknya, Anala. Yang barusan menutup teleponnya. "Udah diem! Anak kecil ga usah kepo!" Ayar memanyunkan bibirnya.Anila datang dari kamarnya, telah siap untuk berangkat ke sekolah.Wajahnya menunjukkan rasa sebal terhadap perilaku Anala. Hal itu harus dilihatnya, setiap hari. Meja makan telah siap. Ibunya kembali datang membawa persajian terakhir. "Kamu hari ini yang antar Ayar, Nay. Gue ada urusan, pulangnya paling nanti malam atau pagi," ucap Anala. "Mau kemana, Na?" sahut Ibunya, bertanya. "Mau jemput bos, Bu. Di bandara, barusan pulang dari luar kota. Kaya gitu aja ya... katanya cuma pengen di jemput aku, iih..." jawab Anala dengan nada bicaranya yang khas menyebalk
Read more

Eps 24. Misteri

"Ada apa?" jawab Anila pada telepon yang berdering malam itu. "Segera ke rumah sakit. Kakakmu di sini," ucap seorang pria dari jaringan telepon seberang. "Aku tidak perduli. Mau dia mati juga aku tidak perduli! Huh!" Dengan susah payah Anila mengeluarkan kata-kata itu dari mulutnya. Sebenarnya hatinya sangat khawatir. Bahkan, matanya pun sudah berkaca-kaca. Di seberang sana, ternyata Aldrich yang menemani Anala terbaring. Saat Aldrich hendak memarahi Anila, memaksanya datang Anala menggeleng lembut. Menghentikan Aldrich, matanya menunjukkan ketidakmampuannya untuk menangis. Dia adalah wanita yang hampir tidak pernah tampak sedih atau murung sedikit pun. Aldrich menurunkan ponselnya dari telinganya. Menatap Anala lamat-lamat. "Kenapa?" "Jika dia tidak mau datang, tidak usah. Biarkan." Nada suara Anala terdengar berbeda dari biasanya. Aldrich berusaha ikut tersenyum, lantas menariknya kembali. "Tapi dia harus dat
Read more

༺ PETUALANGAN DIMULAI ༻

Aldrich masih terus mempertahankan skor teamnya yang lebih unggul dari team Alegars High School. Kapten Alegars semakin lama, geram dengan kesombongan team Aldrich.  Ia memberikan kode ke satu anggotanya, satunya meneruskan kode ke anggota satunya. Begitu terus, hingga Aldrich yang sedang menggiring bola dikepung oleh empat orang di depannya, menghadang masuknya bola. Dua orang di belakangnya. Saat Aldrich mulai melemparkan bolanya. Salah seorang dari mereka meloncat, menangkap bola itu, dan membawanya berlari sembari sengaja menyandung kaki Aldrich. Aldrich mendesis pelan. Penjagaan ring milik teamnya lemah. Bola berhasil dimasukkan. "Yeee! Yas! Yas!" Teriakan senang team Alegars mengudara. "Pertandingan semakin sengit. Akhirnya, kini team Alegars High School dapat menyusul team Smart Insani High School. Ini pertama kalinya dalam sejarah, kedua team mampu bersaing dalam skor seimbang..." seru pemandu acara. "Ini babak ter
Read more

-`,Tekad Penghapusan || 26࿐

⊱ ──ஓ Welcome to The World Of Book Magic ࿐ ஓ ── ⊰   Panggilan Aldrich sama sekali tidak terdengar oleh Anila.  "Anila, tunggu!" Anila berjalan secepat kilat, membuat Aldrich kehilangan jejak. Tidak sempat Aldrich berdecak kagum atas keindahan alam buku.Pikirannya sekarang fokus, kemana dia harus pergi mencari Anila? Dia berada di mana, dan harus berbuat apa? "Nenek! Nenek! Bukakan pintunya," teriak Anila. "KAK ANILA!" Baku dan Takbaku langsung bangkit dari keasyikan mereka, menyadari suara yang berseru itu milik kakak cantik yang sangat mereka kagumi. Pintu dibuka, Anila tidak menghirau hadirnya kedua anak kembar itu. Padahal, mereka sudah siap untuk dipeluk. Hampa, Anila kembali mengusap air matanya, dan terus berjalan masuk. "Neneekk...." Anila bersimpuh, meluapkan tangisannya. "Ouh, cucuku sayang.... Ada apa, Nak?" Nenek mengusap rambut Anila, lembut. "Apa semuanya baik-baik saj
Read more

-`, Menghapus Ingatan || 27࿐

Dengan kekuatan superspeed dan menghilangnya, tidak perlu waktu lama bagi Anila untuk sampai di kerajaan Ratu Angin. Anila tiba-tiba hadir, berdiri tegak di depan Penjaga Angin yang sedang melindungi istana. Penjaga angin tertegun sebentar. Lantas bertanya,"Siapa kau?! Mengapa engkau terlihat ganjil?" Anila telah melupakan sesuatu. Bagaimana bisa? Dia lupa belum mengganti pakaian. "Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya," selidik sang Penjaga. "Dia manusia!" teriak penjaga lainnya. Mereka langsung melancarkan serangan angin kepada Anila. Anila yang merasakan akan hadirnya serangan itu. Tubuhnya secara refleks bergeser-geser dengan cepat. "Hentikan! Aku hanya ingin menemui Ratu angin!" ucap Anila, sembari terus menghindar. Penjaga itu tidak acuh sama sekali, mereka justru menambah terus kekuatan serangannya.    "Aku bilang hentikan! hentikan!" pekik Anila yang semakin kewalahan menghinda
Read more

-`, Istana Ratu Angin || 28࿐

Aldrich masih terikat tali angin yang dibuat oleh Penjaga. Berkali-kali ia berusaha, berkutat untuk melepaskan tali itu. Namun, hasilnya masih tetap nihil.Aldrich tidak mengerti apa. Sebenarnya dia akan dibawa ke mana? Untuk saat ini, kakinya pun tidak mau mendengarkannya untuk berhenti dan tidak mengikuti arah Penjaga angin itu.Selepas kemudian, mata Aldrich berhenti berkedip. Ia tertegun pada sebuah keindahan di hadapannya. Di sana berdiri kokoh sebuah istana yang jelas, sebelumnya Aldrich tidak pernah melihat hal itu.Pikirannya menjelajahi, apakah dia sedang berada di alam dongeng? Apakah di dunia ini benar-benar ada istana seindah ini?Perlawanan Aldrich terhenti.Para Penjaga Angin itu pun juga berhenti membawanya terbang.Menurunkan Aldrich di sebuah istana emas yang tersusun dari buku-buku yang terlihat amat istimewa.Istana itu sangat besar dan sangat luas. Menaranya terlihat seperti sebuah kertas penanda buku. Ada satu m
Read more

-`, Perdebatan di Menara|| 29࿐

"Dia gila. Ingin diselesaikan bagaimana, huh! Ratu angin fokus berjalan kembali memasuki Istana."Saya akan ikut membantu Anila menemukan penawar kutukannya. RATU?!""Aldrich, kamu gila?!" Anila menelan ludahnya. Perintah Ratu angin untuk mengikutinya belum Ia turuti."Diam! Ratu...""Dia tidak akan mendengarkanmu, sudahlah!"Ratu tertawa terbahak-bahak."Kamu tidak tahu sedang meminta pada siapa?!"Wushh!Ratu angin telah kembali ke hadapan Aldrich."Aku tidak akan menyia-nyiakan kekuatanku untuk permintaan manusia biasa sepertimu!" Ia menggenggam tangan Anila, dan membawanya menghilang bersama.Dewi angin tetap masih kagum dengan paras Aldrich. Dia tidak pernah menyangka manusia ada yg setampan itu."Oke! Aku dapat datang, aku pula dapat pergi!Jika ratu tidak bersedia mengabulkan permintaan saya, saya akan membawa dan membocorkan adanya Alam buku ini kepada semua manusia!" Aldrich berteriak pada udara.
Read more

-`, Terungkapnya Kebenaran || 30࿐

"Mulai dari hari itu, Aku dan Anala bekerja sama untuk mengungkap siapa dirimu sebenarnya. Kakakmu yang bertugas mengawasimu di rumah, sedangkan aku di sekolah. Saat itu kakakmu bercerita bahwa kau tidak keluar kamar seharian. Bukankah itu suatu kejanggalan? Seseorang dapat menahan rasa laparnya selama itu? Dan ketika kamu kamu kembali, bisa-bisanya kamu berkata bahwa kamu sudah merasakan kekenyangan katamu. Hari-harimu yang janggal baru kakakmu amati lantas ia semakin khawatir melihat sikapmu yang semakin hari semakin aneh. Terkadang kau merasa sakit tiba-tiba, terkadang kau pergi begitu saja. Dan rupamu? Ah, itu benar-benar tidak bisa dipikir oleh logika. Apakah mungkin manusia biasa, dapat berubah wajah? Kemudian, aku dan kakakmu bekerjasama. Kakakmu menemuiku di rumah. Ia telah mencuri buku bersampul 'Mereya' mu itu, dan Ia memberikannya padaku. Kata Anala sejak hadirnya buku itu sikapmu menjadi aneh. Hmm...tidak pernah kami s
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status