Home / Pendekar / Pendekar Pedang Tanpa Tanding / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pendekar Pedang Tanpa Tanding: Chapter 71 - Chapter 80

119 Chapters

71. Pesona Pelayan

"Em ... em ... em ...!" "Apa kau terkejut?" Genjo Li menatap tajam mata seseorang yang berada dalam penguasaannya. Sosok berpakaian serba hitam itu tidak bisa berkutik karena sergapan Genjo Li yang mendadak. Penyusup itu tentu tidak menduga jika setelah dirinya menerobos masuk melalui jendela kamar, Genjo Li sudah menunggunya dengan siaga, seolah pemuda itu tahu bahwa seseorang akan menyelinap ke kamarnya. "Siapa kau? Untuk apa menyusup ke kamarku?" tanya Genjo Li lagi masih dengan suara berbisik. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah penyusup itu hingga hidung keduanya nyaris bertemu. Tampak jelas penyusup itu merasa canggung atas situasi yang menimpanya sekarang. Kedua matanya melirik ke samping, menghindari tatapan Genjo Li. "Selama hidup, baru kali ini ada seorang penyusup menyelinap masuk ke kamarku. Jadi, siapa kau sebenarnya?" Genjo Li membuat penyusup itu memejamkan mata ketika ia menempelkan dahinya ke kening si penyusup. Hidung keduanya b
last updateLast Updated : 2021-12-16
Read more

72. Pendekar Bertopeng

"Putri Shixian, Putri sudah datang,” ucap Mingyue ketika mendengar suara jendela terbuka. Ia langsung bangkit dan mendekati Wang Shixian. Mingyue mengerutkan dahi ketika mendapati wajah sang majikan tampak ‘bingung’. “Tuan Putri, apa sesuatu telah terjadi?”“Hah ...!” Wang Shixian hanya menghela napas panjang, tidak ada jawaban yang keluar darinya. Ia meletakkan pedang di tempatnya, lalu bergegas mendekati ranjang dan langsung membanting tubuhnya di atas kasur empuk. Tentu saja hal itu membuat Mingyue semakin gelisah. Pelayan itu bahkan berpikir bahwa Wang Shixian telah melakukan hal buruk pada pelayan di kedai Shui Dong, lalu entah bagaimana majikannya itu kemudian merasa menyesal. Mingyue yang sempat ingin menanyakan apakah Wang Shixian benar-benar membunuh pelayan kedai atau tidak, mengurungkan niatnya. Ia beranjak mendekati pedang sang putri untuk melihat apakah ada noda darah di sana atau tidak.K
last updateLast Updated : 2021-12-17
Read more

73. Bukan Manusia

Genjo Li mengintai dua orang lelaki yang menunggangi kuda hitam dan coklat dengan santai. Keduanya tampak senang membicarakan penderitaan sebuah keluarga yang baru saja menjadi korban kekejian mereka.Sementara itu, di belakang mereka tampak seorang lelaki paruh baya yang babak belur berjalan dengan kedua tangan terikat tali yang terhubung pada kuda hitam. Jauh berbeda dengan ekspresi kedua lelaki di depannya, pria itu tampak cemas, takut, dan kesakitan.‘Bangs*t! Mereka benar-benar iblis!’ umpat Genjo Li mengetahui para penjahat itu bersikap demikian keji. Melihat luka di wajah pria paruh baya, Genjo Li tahu bahwa kedua anggota Jing Quo itu telah menyiksanya sampai lemas. Bisa-bisanya kini mereka menyeret pria itu tanpa iba sedikit pun. Detik itu pula Genjo Li mulai ragu jika kedua lelaki berkuda itu bukanlah manusia.Adapun pria babak belur itu tidak lain adalah ayah dan suami dari keluarga yang tadi ditemui Genjo Li. Ia dibawa oleh para anggota Al
last updateLast Updated : 2021-12-17
Read more

74. Memohon untuk Mati

“Tu-tuan, tolong ampuni aku.” Anggota Aliansi Jing Quo itu bersujud di kaki Genjo Li.“Kau tidak bersalah padaku. Jadi aku tidak berhak mengampunimu.”“A-aku akan memohon ampun pada pria itu. Aku akan bersujud padanya, mencium kakinya.” Penjahat itu berbalik dan merangkak mendekati warga yang tadi ia siksa. Akan tetapi, Genjo Li menginjak punggungnya dan menarik rambut panjangnya kuat-kuat. “Ah ....” Ia memegangi kepalanya yang dihujani rasa sakit luar biasa. Genjo Li terus menjambak penjahat itu hingga beberapa bagian dari kulit kepalanya mengelupas. “Apa kau pikir dengan meminta ampunan kau akan terlepas dari hukuman?” “Tu-tuan ... ji-jika kau ... tidak mau mengampuniku, a-aku mohon ... bu-bunuh aku!” Penjahat malang itu sampai terbata-bata. Ia merasakan ada cairan yang merembes di kepalanya, hingga ada yang menetes ke dahinya.Penjahat lainnya yang tengkurap tak
last updateLast Updated : 2021-12-17
Read more

75. Pahlawan Sejati

“Ayah ...!” teriak dua anak kompak ketika melihat sang ayah berdiri di balik pintu dengan senyum haru. Tampak seorang perempuan yang berdiri di dalam rumah mengusap air matanya. Ia tidak mengira jika suaminya benar-benar kembali lengkap dengan nyawanya.Orang-orang itu menangis tersedu-sedu sebab jauh di dalam hati telah yakin jika mereka tidak akan mungkin bersama lagi. Jangannya berkumpul sebagai keluarga bahagia, bahkan melihat lelaki paruh baya yang babak belur itu saja menjadi sebuah kemustahilan. Semua orang tahu, sekali saja seorang lelaki dibawa untuk menjadi budak, selamanya mereka tidak akan kembali. Pernah suatu ketika ada seorang perempuan menemui seorang anggota Aliansi Jing Quo untuk meminta bantuan agar bisa bertemu dengan sang suami. Perempuan itu mengeluarkan sejumlah uang untuk itu. Namun, ketika sampai di sebuah tempat pengasingan tempat sang suami menjadi budak, perempuan itu menangis setelah tahu sang suami telah meni
last updateLast Updated : 2021-12-19
Read more

76. Berjalan Bersama

Seperti biasa, hari masih sangat pagi ketika Genjo Li sedang mengelap meja. Meski sebenarnya hal itu menjadi tugas Mingmei, Genjo Li tetap turut membersihkan kedai membantu Mingmei.‘Kenapa dia terlihat cemas?’ batin Mingmei sambil mengambil bunga-bunga yang telah layu dari semua meja untuk diganti dengan yang masih segar. Sejak tadi ia memperhatikan rekannya itu. Ia merasa ada yang berbeda dari Genjo Li. Alis pemuda itu bertaut dan pandangannya seperti menerawang jauh, memikirkan entah. “Genjo Li,” panggil Mingmei akhirnya.“Ya!” Genjo Li tampak terkejut atas suara Mingmei. Lalu ia tersenyum tipis.“Apa semua baik-baik saja?” Mingmei memasukkan bunga mawar merah dalam vas di atas meja yang sedang dilap Genjo Li.Lagi-lagi Genjo Li tersenyum. “Aku ....” Genjo Li menghentikan ucapannya. Ia menoleh ke arah Mingmei dengan raut muka mendadak panik.“Ada apa?” sergap Mingmei.
last updateLast Updated : 2021-12-19
Read more

77. Semangat Membunuh

Wang Shixian telah terbaring di atas ranjang sejak tadi, tetapi kedua matanya masih begitu jernih, tidak mau dipejamkan sedikit pun. “Uh!” Dengan kesal ia menutupi wajahnya dengan selimut. Beberapa detik kemudian, ia membukanya lagi. Entah mengapa tubuh mungilnya itu lantas berguling-guling ke kanan ke kiri. “Uh ...!” desis Wang Shixian lagi menahan kesal. Pada akhirnya ia memilih untuk beranjak dari tempat tidur dan duduk di depan meja rias. Gadis itu memandangi cermin seolah belum pernah melihat dirinya sendiri. “Apa kau benar-benar Wang Shixian? Putri dari Wang Weo?” Gadis itu sudah seperti kehilangan akal sehatnya, berbicara pada diri sendiri.  Sejatinya, Wang Shixian sampai seperti itu karena merasa heran. Seumur hidup, ia belum pernah mengalami hal yang ia alami sekarang. Bagaimana mungkin ia tidak bisa berhenti memikirkan pelayan di kedai Shui Dong itu? “Aku bahkan belum tahu namanya! Dan dia, uh! Dia juga tidak pernah bertanya siapa namaku!” Wang
last updateLast Updated : 2021-12-21
Read more

78. Kecurigaan Junsi

"Apa kau sudah mendengar kabar itu?""Kabar apa?""Memangnya kabar apa lagi? Akhir-akhir ini orang-orang sering membicarakan para gelandangan yang mendapatkan kembali rumah mereka setelah-" Lelaki jangkung menghentikan ucapannya demi melihat ke kanan dan ke kiri, seolah apa yang akan dikatakan tidak baik untuk didengar orang-orang tertentu. Setelah dirasa aman, ia kembali melanjutkan ceritanya dengan suara lebih rendah. "Para anggota Aliansi Jing Quo yang merebut rumah-rumah mereka, mendadak hilang hanya dalam waktu semalam."Seorang lainnya yang sedari tadi terpaku mendengarkan, tampak membesar kedua matanya. "Bagaimana bisa mereka menghilang?""Dekatkan telingamu!" perintah lelaki jangkung, lekas-lekas dipatuhi rekannya. "Bisik-bisik yang kudengar, semua karena Pendekar Bertopeng." "Si-siapa itu?"Lelaki jangkung menyesap teh di hadapannya beberapa kali, lalu menjawab, "Entahlah. Tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya. Pendekar itu
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

79. Pembuat Teh Terbaik

"Dasar pelayan lamban! Apa kau sudah bosan hidup?!" Wajah Genjo Li menjadi seputih kertas atas sambaran suara dari salah seorang rombongan Aliansi Jing Quo. Bahkan, ketakutan yang ia buat menjadi semakin kentara dari nampan yang dibawa sampai bergetar. Untung saja nampan itu tidak jatuh.  "Tuan Ju, lihatlah kau membuatnya takut," ucap seorang lainnya dengan tawa tertahan. "Tuan Dong, seharusnya aku membunuhnya sejak tadi!" imbuh Ju Shen sembari menggenggam pegangan pedangnya. "Tu-tuan ...." "Sudah, sudah, letakkan teh itu." Dong Wei berdiri dan mengambil secangkir teh dari atas nampan yang masih digenggam erat Genjo Li. Ia menghirup kepulan asap yang keluar dari dalam cangkir. Lalu, dengan seutas senyum ia menyesapnya. "Ini ... teh ini sangat nikmat!"  "Tuan Dong, tidak perlu berpura-pura untuk menghiburnya. Aku akan meminta Shen Xiao untuk memecat pelayan ini." Ju Shen menggeser pandangannya ke arah Genjo Li. Kedua matanya m
last updateLast Updated : 2022-01-02
Read more

80. Kelompok Pemberontak

"Ge-genjo Li ...." Junsi yang berbalik mendengar suara rekannya, kini tampak pucat dengan kedua mata yang masih membesar. Ia sangat yakin telah mengunci pintu kamar sebelumnya, lalu mengapa Genjo bisa masuk bahkan tanpa menimbulkan suara sedikit pun? Detik itu pula Junsi semakin yakin bahwa Genjo Li memang bukan orang sembarangan.  Junsi yang belum bangkit dari lantai, terlihat mundur beberapa langkah ketika Genjo Li berjalan menghampirinya. Ia tahu jika selama ini Genjo Li menyimpan rahasia besar. Ia juga sudah mengira jika rekannya itu terlibat dalam peristiwa menghilangnya para anggota Aliansi Jing Quo. Ia pun curiga kalau pemuda itu pula yang menyamar sebagai Pendekar Bertopeng, sebab beberapa kali ia mengetahui Genjo Li menyelinap masuk ke dalam kamar pada dini hari. Meskipun demikian, Junsi benar-benar tidak mengira jika Genjo Li adalah bagian dari Sekte Teratai Putih. Semua orang di Haidong tahu, Wang Weo dan seluruh anggotanya telah menghancurkan sekte t
last updateLast Updated : 2022-01-02
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status