Semua Bab Pendekar Pedang Tanpa Tanding: Bab 81 - Bab 90

119 Bab

81. Saat Dua Orang Keras Kepala Bertemu

Kedai Shui Dong telah tutup. Namun, Genjo Li tampak masih menyeduh teh, sedangkan Mingmei berdiri di sampingnya dengan wajah cemas.“Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Tuan Shen hanya berkunjung seperti biasa.”“Tapi Genjo Li, bagaimana jika Tuan Shen datang untuk mengingatkanku agar pergi dari sini? Aku ... a-ku tidak tahu harus pergi ke mana. Aku takut anak buah Tuan Ju akan menemukanku jika keluar dari kedai ini. Aku ....”Genjo Li meletakkan cangkir di tangannya, lalu memegang kedua bahu Mingmei. Ia menatap gadis di hadapannya dan berkata, “Aku berjanji semua akan baik-baik saja. Kau tidak perlu cemas. Jika Tuan Shen memang meminta kau pergi dari sini, aku akan mencarikan tempat yang aman untukmu.”Mingmei menatap Genjo Li lekat-lekat. Mata lelaki itu penuh dengan keyakinan hingga mampu menyingkirkan ketakutannya. Setelah kematian sang ayah, Mingmei selalu merasa takut sebab tidak ada lagi tempat untuk berl
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-10
Baca selengkapnya

82. Balasan untuk Genjo Li

Genjo Li menutup mata ketika Shen Xiao memegang gagang pintu. Merasa belum cukup, ia membalikkan badan, membelakangi pintu. ‘Aku tidak bisa membayangkan, seberapa besar rasa malu yang akan mereka tuai.’Pintu berderit. Genjo Li menahan napas. Ia bahkan menutup kedua telinga lantaran dirinya turut merasa malu. Akan tetapi, beberapa saat kemudian Genjo Li kembali membuka telinga dan matanya karena setelah beberapa saat pintu terbuka, tidak terjadi apa-apa.Genjo Li membalikan badan. Benar saja, Shen Xiao hanya diam terpaku memandang seorang gadis yang mengenakan topi besar dengan kain tipis hitam yang terjuntai di sekelilingnya. Meski demikian, wajah gadis itu masih terlihat.Sementara itu, hal yang sama juga dilakukan gadis tersebut. Ia hanya diam memandang Shen Xiao. Tampak jelas ia sangat terkejut karena yang membuka pintu untuknya ternyata adalah sang pemilik kedai, sedangkan sejak tadi ia telah terlanjur melontarkan segala macam kata-kata kasar. M
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-10
Baca selengkapnya

83. Ciuman Terakhir?

Napas Wang Shixian tersengal-sengal dengan keringat bercucuran. Detak jantungnya masih tak karuan setelah menuntaskan pembalasannya pada pelayan Shui Dong yang menyebalkan. Kini, ia menatap Genjo Li yang terpaku dengan wajah begitu terkejut. Sesaat, tidak ada kata di antara mereka. Keduanya diam dengan mata yang tidak berhenti bicara, memandang satu sama lain tanpa niatan untuk menggeser tatapan mereka sedikit pun. Namun, berbeda dari Wang Shixian, sorot yang terpancar dari mata Genjo Li seperti sedang menerawang jauh ke sebuah tempat bernama entah.Plak!Secara mengejutkan, Genjo Li tiba-tiba menampar dirinya sendiri, membuat Wang Shixian tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak ternganga. Lantas gadis itu bertanya, “Apa yang kau—” Plak!Belum sampai Wang Shixian menyelesaikan perkataannya, Genjo Li telah menampar pipinya lagi. Sudah barang tentu Wang Shixian langsung disergap cemas. Ia meraih tangan Genjo Li yang suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-15
Baca selengkapnya

84. Siapa Nama Kekasihku?

"Mingmei, Mingmei, apa yang akan kau lakukan? Sebaiknya kau kendalikan amarahmu. Aku tahu, rasanya pasti sangat sakit.” Junsi tertunduk lantaran ucapan itu juga mewakili perasaannya. “Tapi jangan biarkan rasa sakit itu membuat kita menyakiti orang lain.”Mingmei menggeleng pelan. “Tidak Junsi, kau tidak mengerti. Aku harus menemui mereka untuk mengungkap yang sebenarnya. Aku tidak akan membiarkan hatiku terluka lagi!”Mingmei berjalan mendekati Genjo Li dan Wang Shixian tanpa menghiraukan panggilan dari Junsi. Maka, Junsi hanya bisa menyisir rambutnya dengan tangan membayangkan keributan, bahkan peperangan, akan segera terjadi.“Kalian ...,” ucap Mingmei dengan suara rendah, tetapi cukup jelas untuk didengar dalam kesenyapan malam. Seketika itu pula Wang Shixian melepaskan pelukannya dari Genjo Li.Wang Shixian mengamati Mingmei yang masih berpenampilan seperti laki-laki dengan saksama, mulai dari ujung kaki sampa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-15
Baca selengkapnya

85. Jangan Sakiti Kekasihku!

Orang-orang di dalam Shui Dong menelan ludah mendengar ucapan Genjo Li. Jika memang seseorang di depan kedai teh itu tidak untuk dilawan, mengapa wajah Genjo Li tampak sangat waspada? Belum sampai pertanyaan dalam benak Mingmei, Junsi, dan Wang Shixian terjawab, suara ketukan pintu terdengar, diikuti teriakan dari seorang laki-laki, “Buka pintunya!” Detik itu pula kedua mata Wang Shixian terbuka lebar. Ia sangat mengenal suara itu. Wang Shixian menoleh pada Genjo Li. Kekasih barunya itu mengangguk seolah mengerti apa yang ada di dalam benak Wang Shixian. “Buka pintunya sekarang juga! Jika tidak, aku akan menghancurkan kedai ini!” kata seseorang di depan kedai lagi. Kentara sekali jika orang tersebut sudah kehabisan kesabaran hingga menggedor pintu dengan sangat keras.  Detik berikutnya, suara pedang yang ditarik dari selongsongnya juga terdengar jelas dalam keheningan malam. Sebelum tamu tidak diundang itu merusak pintu Shui Dong, Genjo Li berjal
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-03
Baca selengkapnya

86. Genjo Li Gila?

"A-aku ...." Mulut Wang Shixian yang biasanya fasih mengomel mendadak kaku seketika.Jika menuruti ego, tentulah dia akan mengatakan yang sebenarnya, tidak peduli meski sang pengawal akan menentang hubungannya dengan pelayan rendahan, dia akan ngotot memilih Genjo Li. Sesudahnya, sang putri berpikir bisa dengan leluasa memarahi Liu Xingshen karena sudah sangat lancang menyinggungnya.Namun, apa boleh buat. Dia sudah terlanjur berjanji untuk tidak mengatakan hubungannya dengan Genjo Li pada siapa pun. Sayang sekali Wang Shixian adalah seorang yang biasa memenuhi janji sehingga tidak bisa pura-pura pikun begitu saja. Lagipula, aneh juga jika dia sudah lupa pada janji yang baru saja disepakati. Bukankah kulitnya terlalu kencang untuk disebut tua?Maka dari itu, sebesar apa pun Wang Shixian ingin jujur, dia tidak mungkin mengakui bahwa pelayan yang dulu dia bentak-bentak itu telah menjadi kekasihnya. Braaak!Sungguh malang, meja yang tidak bersalah menjadi pelampiasan atas kejengkelan Wa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-19
Baca selengkapnya

87. Rahasia Genjo Li 

Tanpa ragu Genjo Li menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan dari rekannya. Maka sangat wajar jika kini kedua tangan Junsi dengan kompak berada di depan mulutnya.'A-apa ... Genjo Li sudah hilang akal?' Satu kalimat itu tidak bisa ditahan Junsi untuk tidak terlontar di hatinya. Betapa tidak, mereka sama-sama tahu bahwa Wang Shixian adalah putri semata wayang dari Kaisar Wang Weo. Lalu, apa sebutan yang lebih pas untuk seseorang yang berniat mengajak seorang anak untuk menentang ayahnya sendiri?Mungkin hal itu akan menjadi wajar dalam kasus perebutan kekuasaan oleh para pangeran. Katakanlah para pendukung pangeran tidak terima dengan dinobatkannya putra mahkota menjadi seorang kaisar, lalu mereka melakukan pemberontak. Akan tetapi, kasus yang terjadi di Haidong ini jelas berbeda. Wang Weo bahkan tidak memiliki putra atau putri lain kecuali Wang Shixian. Selain itu, semua orang di Haidong tahu bagaimana sikap Kaisar Wang pada putrinya. Sekejam apa pun pria itu selama ini, d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-19
Baca selengkapnya

88. Pembunuh Bayaran 

Wang Shixian justru mempercepat dan memanjangkan langkahnya ketika Liu Xingshen memanggil-manggil namanya. Hingga kemudian matanya baru benar-benar memperhatikan sekeliling ketika sampai di rumpun bambu yang lebat.Sinar bulan yang tadi menjadi satu-satunya penerang, tidak berdaya menembus rumpun bambu lebat yang melengkung, seolah bambu-bambu itu sengaja bertumpukan untuk menjaga area di bawahnya dari cahaya apa pun. Suasana terasa semakin mencekam akibat bunyi-bunyi khas yang dihasilkan dari gesekan daun dan derit batang bambu akibat tiupan angin malam yang kencang. Suara itu terdengar seperti rintihan perih seorang wanita.Wang Shixian menelan ludah saat keringat dingin membasahi keningnya. Dia beberapa kali mengusap lengannya karena merasa bulu kuduknya berdiri. Pada akhirnya perempuan itu menoleh ke belakang, mengesampingkan kekesalannya demi melihat apakah jarak sang pengawal masih jauh darinya atau tidak. Pupilnya pun membesar dalam kegelapan lantaran menyadari Liu Xingshen te
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-21
Baca selengkapnya

89. Sosok Misterius

Dalam situasi yang menegangkan itu, tiba-tiba sebuah anak panah melesat cepat dan menancap tepat pada bidikannya. Jlep!"Argh ...!" lenguh panjang lekas terdengar. Seorang pembunuh bayaran pun ambruk dan tewas seketika.Peristiwa berdarah yang berlangsung begitu cepat itu berhasil mengunci semua orang di posisinya. Mereka semua membeku dengan jantung yang seolah berhenti sesaat karena terlampau mengejutkan. Bahkan, semua orang bergeming dengan kedua mata membesar. Liu Xingshen yang berada paling dekat dengan pria itu terbelalak melihat bagaimana panah tertancam sangat dalam tepat di tengah-tengah kening sang pembunuh. Dia terpaku di samping mayat lelaki yang sudah bertindak layaknya malaikat maut padanya. Siapa mengira jika lelaki yang sejak tadi mempermainkan nyawa sang pengawal, menggunakan nyawa Liu Xingshen untuk menekan Wang Shixian, justru tewas lebih dulu?Mata Liu Xingshen menatap mata pembunuh yang menyembul seperti hendak keluar dari rongganya. Dia melihat kain yang menut
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-05
Baca selengkapnya

90. Ahli Panah

Sang putri menoleh pada pengawalnya dengan mata yang masih terbuka lebar. Hal itu membuat Liu Xingshen langsung bertanya, "Ada apa Nona?" Wang Shixian bergeming. Dia sangat yakin bahwa suara yang tadi meledek para pembunuh sama persis dengan suara kekasihnya, si pelayan kedai teh Shui Dong, yang sampai sekarang belum dia ketahui namanya. Sejujurnya, kenyataan itu membuatnya berusaha keras untuk tidak pingsan. Bagaimana mungkin lelaki yang sangat sederhana itu ternyata adalah seorang Pendekar Bertopeng? Mungkinkah suara mereka saja yang kebetulan mirip? Tidak! Wang Shixian tahu persis bahwa setiap orang memiliki suara khas masing-masing. Suara itu bahkan bisa menjadi penanda bagi orang lain untuk mengenali siapa pemiliknya, meski dengan mata tertutup sekalipun. Atau dalam kasus ini, si pemilik suara menutupi wajahnya dengan topeng. Perempuan itu sangat yakin Pendekar Bertopeng adalah kekasihnya! Itu sebabnya, ketika Liu Xingshen menanyakan perihal yang terjadi, dia menjadi semak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status