All Chapters of SEKAR (Gadis yang Dinodai Kakak Ipar): Chapter 51 - Chapter 60

65 Chapters

51. Dirimu

“Matamu, sikapmu menunjukkan itu sejak awal. Apa karena dia lebih kaya? Aku pun bisa lebih kaya, kasih aja waktu berapa lama?” Kali ini kalimatnya terasa tajam menyinggung.  “Yan, aku sibuk. Nggak ada waktu bahas itu.” Kuambil map dari dalam laci. Berpura sibuk membaca tulisan yang hanya selewat mata. “Hebat. Setelah punya semua kamu lupa aku, Sekar. Kamu mudah berpaling cuma karena-“ “Cukup, Yan. Tolong jangan buat aku makin kecewa sama kamu.” “Kecewa? Kecewa apa? Berhak apa orang yang dicintai kecewa? Bukannya kamu harus bersyukur ada orang yang mau terima kamu apa adanya!” Menggigil kembali seluruh tubuh. Ujung map kupegang kuat. “Aku nggak peduli itu. Yang kukecewakan adalah apa yang kamu lakuin ke Salma. Kamu sangat kekanakkan!”
last updateLast Updated : 2021-09-13
Read more

52. Mereka Pasangan Serasi

“Bu Sekar, ada tamu sudah nunggu di ruangan.” “Tamu? Siapa?” “Keluarga Pak Calvin, Bu.” “Ohya, makasih.” Kupercepat langkah ke ruangan. Mengetuk sekali, kudorong pintu seraya melihat siapa tamu yang dimaksud. Seorang perempuan berambut sepinggang, mengenakan kemeja hijau stabilo dan bawahan skirt hitam di atas lutut. Dia langsung berdiri, senyumnya lebar semringah menyambutku.  “Hi, kamhu pasthi Sekhar. Calvin told me a lot about you.” Logatnya kental bahasa asing, kalimatnya terdengar unik. Dengan ramah juga dia sedikit membungkuk untuk menempelkan pipi kiri kanan ke pipiku.  “Hai, iya, saya Sekar.” Tak bisa bohong. Aku terpana melihat penampilan gadis tinggi langsing yang membua
last updateLast Updated : 2021-09-13
Read more

53. Aku Pulang

Ibu … Sekar pasti pulang! Sesampai di distro aku mau langsung ke atas menyimpan belanjaan, bermaksud akan telepon Pak Calvin, minta izin cuti. “Bu Sekar ditunggu Bapak di ruangan.” Seorang karyawan menghadang langkahku. “Iya, sebentar mau taruh ini-“ Kalimatku terputus sendiri. Bapak? Dia bilang Bapak …? Belanjaan kugantung di paku dinding di sisi tangga, melangkah cepat ke ruangan. Di dekat pintu sedikit kuperlambat langkah. Apa Pak Surya? Iya, mereka memanggilnya Bapak. Kutarik napas sebelum mendorong pintu. Lelaki berambut tipis dengan kulit seputih Pak Calvin itu berkarakter mirip anaknya, irit bicara, d
last updateLast Updated : 2021-09-13
Read more

54. Dia yang Tak Terduga

Kata Kak Winda penjahat itu kembali lagi sama Kak Rana, mereka bahkan sudah punya anak. Meski dia bilang aku aman dan akan tinggal di rumahnya tetap saja harus bertemu orang itu hatiku ngilu. Sudah terlanjur janji pulang, sudah terlanjur cuti, aku rasanya tak bisa mundur lagi.  “Ih! Apaan, sih, Yan?!” Kupukul tangan Yandi yang menarik lagi semua kabel earphone dari telingaku. “Ngelamun? Aku mau ngomong.” Mukanya mendekat, menatapku lekat, lekas kubuang pandang ke arah lain. “Aku sudah punya calon … jadi nggak akan ngejar kamu lagi.” Pernyataan Yandi membuatku kembali menoleh padanya.  “Serius?” Mata itu sendu mengiringi anggukannya. “Aku dijodohkan dengan anak kawan Papa.” Yandi tersenyum
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

55. Dia Bersamaku

 “Kita nginap di hotel saja.” Kami berdiri, akan beranjak dari Patung Jelawat. “Sekarang, Pak?” “Iya. Aku mau kamu nyaman selama persiapan.” “Apa Bapak juga tau kalau di rumah Ibu ada …?”  Diusapnya pucuk kepalaku. “Jangan panggil Bapak, nanti orang kira aku bapakmu.” Meringis, aku tersenyum geli. “Baik. Akan saya coba. Mas atau Bang …?” “Calvin saja. Anggap kita seumuran.” Telapak tangan cepat menutup mulut. Aku hampir menyemburkan tawa. “Apa aku kelihatan tua?” Langkahnya terhenti, menoleh padaku minta dilihat. “Oh, enggak. Bapak, eh Calvin masih kayak umur 25-an, kok.” Aku membulatkan jari telunjuk dan jempol. Ini jujur, bukan sekadar memuji.
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

56. Aku Mencintaimu

Akad dilaksanakan pagi ini. Di kamar aku sudah didandani natural, tanpa cukur alis atau bulu mata palsu. Kata periasnya bulu mataku memang sudah tebal dan panjang, hanya diberi mascara setelah dilentikkan sudah seperti pakai bulu mata palsu juga. “Eh, manglingin banget cucu nenek.” Nenek masuk, mendekatiku lalu menempelkan pipi kami sambil melihat kaca rias. “Tangan kak Rose tuh ajaib, Nek,” pujiku pada perias pengantin yang tengah mengecek bagian yang kurang dari makeup di wajahku. “Sudah cantik dari sananya ya, Nek. Tinggal poles dikit kinclong, deh.” “Piring kali Kak kinclong,” timpalku membuat kami tertawa. “Memang kulit aslinya masih bagus, Dek. Pasti nggak pernah diapa-apain?” “Hum, jarang dandan, Kak. Sekar sukanya pake pelembab trus bedak M*rks, pake compa
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

57. Pria-ku

“Apa … menurutmu aku … sudah laki-laki?” Mataku sontak membuka, tadi tengah terpejam, menghayati hangat rangkulannya dari belakang. Kami berdiri melihat view kota dari atas di sore ini. Mengerjap-ngerjap, aku masih kaget atas pertanyaannya barusan di dekat telinga. Nada yang terdengar meragukan dirinya sendiri. “Tentu. Kamu laki-laki, Calv,” sahutku kemudian. Dipereratnya lingkaran kedua tangan membuatku sedikit sesak. Terdiam, kutunggu apa yang akan dikatakan, dari berat tarikan napasnya seperti ada sesuatu terpendam. Dagunya menempel penuh pada pipiku, sesekali menghirup dalam aroma bunga sisa sampo yang kupakai tadi. “… aku takut kamu kecewa.” Kalimatnya lemah terasa mengiris hati. Aku bisa merasakan ada luka yang tersimpan. Perlahan kulonggarkan tangannya, ber
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

58. Kamu Istimewa, Sayang

Ini hari kedua kembali ngantor. Suasana sudah biasa, beda dengan hari pertama yang disambut meriah, karena kabar pernikahan kami memang sudah menyebar ke mereka.Lintang kutelepon sebelum hari akad waktu itu, dia girang dan minta traktiran lagi. Aku menjanjikannya setelah kembali. Sekarang kami sempatkan ke sebuah pusat perbelanjaan saat jam istirahat, kebetulan suami sedang ke garmen, jadi juga sudah izin tadi.“Aku sebenarnya jadi segan manggil nama, Sekar. Manggil Ibu nggak apa, ya?”“Nggak. Kita itu teman. Pokoknya panggil Sekar aja!”Habis belanja tas pilihan Lintang kami duduk berhadapan menikmati es krim.“Ih, kayak mimpi deh. Aku ikut senang. Nggak habis-habis senangnya dari waktu kamu ngabarin itu.”“Aku juga nggak nyan
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

59. Keluarga Baruku

 “Kenapa nyimpan bola dunia? Kayak di sekolahan aja.” “Jangan salah. Ini untuk menumbuhkan mimpi.” Kami sama-sama menggerakkan perlahan bola itu. melihat semua bagiannya. “Iya ya, makin dilihat jadi mau ke keliling dunia.” “Hem, itu awalnya.” “Kok bisa? Bukannya dari kecil orangtua sudah mampu? Kamu kan bisa minta ke mana aja. Tinggal urus ini itu berangkat.” Calvin menarikku ke dekapan. “Beda rasa dengan kita merencanakan dan membayar sendiri.” “Oh ….” Aku mengangguk-angguk. “Setelah umroh, mau ke Turki nggak? Aku penasaran sama kotanya.” “Boleh, Sayang. Hadiah dari Mami Papi kita pilih Turki. Umroh hadiah dari aku.” “Makasih, Sayang.” Kubalas dekapannya seerat mungkin. Ini hadiah luarbiasa se
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

60. Persiapan Honeymoon

“Ke rumah Mami? Kapan?” “Tadi, habis kita makan siang.” Makan siang kami tadi di ruang kantor, aku bawa hasil masakanku dan Nenek sebelum berangkat. Dia menatap wajahku serius. “Mami bilang apa?” Senyumku melebar. “Mmm, boleh nanya, gak?” Alisnya terangkat. “Tanya aja.” Aku tengkurap, dia membaringkan wajah tepat di depan mukaku. Kebiasaan kami sebelum tidur ngobrol ringan tentang apa yang terjadi seharian. Kumainkan pucuk hidungnya. “Sejak kapan suka sama aku?” Mata kami bertatapan lekat. “Mungkin … waktu kamu melamar kerja malam itu.” “Pas aku baru ngelamar kerja?” Mataku membulat penuh. “Kok bisa?” “Mungkin.” Dia bilang aku lucu. G
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status