Langit siang tampak mendung, awan-awan tebal menggantung rendah, mengaburkan sengatan matahari yang biasanya menyiksa di musim kemarau. Angin berembus lembut, membawa serta aroma tanah basah yang khas di musim penghujan. Di halaman depan Kampus Utpala, tiga sosok duduk di bawah pohon besar, menanti dengan kesabaran yang semakin menipis. Andro mengangkat kepalanya, memandang patung dewi bersayap yang berdiri anggun di tengah taman air mancur. Matanya menelusuri ukiran halus pada wajah patung itu, setiap lekuk sayap yang membentang, buku di tangan kirinya, dan globe di tangan kanannya. Ia melamun, pikirannya melayang entah ke mana. Gede, yang sedari tadi memperhatikannya, menyeringai jahil. Dengan gerakan cepat, ia memetik sehelai rumput, lalu tanpa aba-aba, memasukkan ke dalam mulut Andro. "Bwak!" Andro tersedak, rasa pahit klorofil menyentak lidahnya. Ia segera meludahkan rumput itu dan menatap Gede dengan tatapan penuh dendam. "Anjing lu, De!" makinya dengan suara serak. Gede ter
Terakhir Diperbarui : 2021-08-29 Baca selengkapnya