Maryah menjatuhkan tubuhnya ke sofa yang empuk dengan keras hingga menimbulkan suara 'gedebuk' yang keras. Kemudian setelah itu, dia menghela napas panjang. Maryah tidak akan melakukan dua hal kasar itu sekaligus di tempat lain, atau citranya sebagai seorang putri kerajaan akan tertekan.“Haa.” Sekali lagi, Maryah menghela nafas panjang dengan ekspresi muram.“Ya ampun, desahanmu sungguh luar biasa, saudari. Desahanmu bisa mengguncang seisi ruangan.” Maftah bercmu.“Jangan berckau denganku sekarang, Kak,” jawab Maryah dengan nada kesal.Maftha mengambil pulpennya dari kertas yang sedang dilihatnya. Kemudian dia meletakkan pulpennya untuk selamanya dan kemudian meletakkan dagunya di atas kepalan tangannya.“Apa yang membuatmu seperti ini, Kak?”“Tuan Dylan.”“Hmm, apa dia menolak permintaanmu untuk menghadiri acara itu?”Maryah menghela napas lagi. “Tidak. Dia menerimanya.”“Ya, bagus. Lalu? Apa yang membuatmu seperti ini? Apa mungkin ... ingatannya kembali?”Maryah mengatupkan bibirny
Terakhir Diperbarui : 2024-09-09 Baca selengkapnya