All Chapters of Sang Villainess Ingin Bikin Baby Dulu, Balas Dendam Kemudian: Chapter 11 - Chapter 20

294 Chapters

Hari Debut Villainess

Seseorang pernah mengunjungiku di penjara bawah tanah di hari ketika aku diputuskan untuk dihukum mati. Aku tidak melihat sosoknya karena aku terlalu fokus mengasihani diriku. Tapi aku cukup ingat ucapannya,-Bebanmu terasa sangat berat karena kau begitu lemah. Jadilah orang yang kuat, maka bebanmu akan terasa ringan. Meskipun ucapanku kini tak ada gunanya lagi untukmu, aku berharap kau bisa pergi sebagai orang yang kuat.’- katanya.‘Kira-kira, dia siapa? Aku tidak punya teman yang sudi mengunjungiku di penjara bawah tanah yang kumuh. Hmm..’Di kehidupan kali ini, akan menyenangkan jika aku bisa berteman dengan orang seperti itu.Aku kembali dari lamunan. Seperti kehidupan seorang putri di dongeng-dongeng. Para pelayan gercep melayaniku tepat setelah aku terbangun. Membasuh mukaku, memilihkan gaun untuk hari ini, membawakan makanan, menyisir rambut dan lain sebagainya. Kemewahan ini yang dulu membuatku terlena. Namun kali ini berbeda. Ak
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more

Hari Debut Villainess (2)

Setelah memberhentikan pelayan kamarnya secara sepihak, Fuschia hanya berada di dalam kamarnya seharian. Dengan alasan karena tidak ada pelayan yang melayani kebutuhannya seperti berganti pakaian, menyiapkan dandanannya dan lain sebagainya. Karena alasan itu ia melewatkan undangan perjamuan teh dari keluarga Nona Bellrose. Tentu saja Nona Bellrose naik pitam karena dirinya telah dipermalukan.Bahkan Fuschia tidak mengirimkan hadiah permintaan maaf ke kediaman Bellrose atas ketidakhadirannya. Hal itu membuat bangsawan lain yang hadir mempertanyakan hubungan kedua nona bangsawan tersebut.“Begitu Yang Mulia, bukankah lebih baik jika Anda mengirimkan hadiah kepada Nona Jasmine Bellrose?”“Hmm.. kira-kira hadiah seperti apa yang pantas untuknya sebagai permintaan maaf?” tanya Fuschia, matanya masih fokus pada buku yang tengah dibacanya saat ini.Jarinya mengetuk meja berirama.“Bagaimana dengan anting rubi merah jambu yang
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more

Penantian

“Saya dengar Anda memecat semua pelayan kamar kemarin, apakah Anda telah menemukan pengganti?” tanya Sophie.“Haa, kau bicara apa, Nona Sophie? Tentu saja beliau sudah menemukan pengganti, kalau belum, bagaimana bisa beliau tampil memukau seperti ini pagi ini?” sahut Laura, menghujani pujian untuk Fuschia. Sophie tampak kesal.  “Ah, sayang sekali. Aku belum menemukan pelayan pengganti. Ini semua berkat Merri.” timpal Fuschia, membuat ke dua nona itu terkejut.‘Jelaslah cantik. Ini dandanan dari abad 20, mana ngerti kalian? Hmp,’Tidak hanya pilihan gaunnya yang indah, tapi tatanan rambut serta polesan make-up tampak lebih menunjang kecantikan alami Fuschia. Berbeda dengan dandanan Fuschia sebelumnya yang lebih fokus dengan kemewahan. Bahkan hari ini hanya sedikit perhiasan menggantung di tubuhnya. Tapi entah kenapa, kesederhanaan itu terlihat mewah untuk seorang Fuschia.Tidak heran jika Sophie
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more

Pecundang Ulung

 Fuschia mengerjap-erjapkan matanya. “Elysian? Kau kah barusan yang menahan tubuhku?”“Benar, Yang Mulia. Apa Anda baik-baik saja?” Elysian tampak bersedih.‘Mustahil. Yang barusan tadi itu apa? Aku benar-benar melihat rambut pirang di depan mataku tepat!’ Fuschia mengamati rambut Elysian lebih seksama, tapi warnanya tetap cokelat tua, ciri khas keluarga Bellrose. ‘Haa… apa karena saking syoknya, sampai aku berhalusinasi? Ckckck.’“Apa yang baru saja Anda lakukan, Tuan Bellrose?” suara Albertus terdengar seperti sebuah peringatan, yang mana membuat Elysian melepaskan pegangannya dari lengan Fuschia.“Diamlah Albertus. Tuan ini telah membantuku. Dia lebih baik ketimbang pelayan di sini yang sibuk mengurus dirinya masing-masing. Kau pun sama saja.” balas ketus Fuschia, lalu memperbaiki posturnya.“Terimakasih Tuan Bellrose, silahkan kembali ke posisimu.” p
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more

Tidak Ada Lagi 'Kita'

‘Uwek. Cuih! Gara-gara wajah tampannya, tatapan matanya yang hangat, tuturnya yang lembut, juga perhatiannya, aku kesemsem sama si brengsek ini. Ha, amat disayangkan wajah tampan itu harus dimiliki manusia yang hatinya busuk.’ Fuschia mengangkat kepalanya. Ia berusaha mati-matian untuk merekahkan senyum termanisnya, walaupun tetap terlihat canggung.Fuschia tidak jago ekting.“Kenapa, Fuschiaku? Apa kau sakit? Kenapa wajahmu begitu pucat?” Hayden menjulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Fuschia - yang dengan spontan kembali membungkuk.“Maafkan Saya, Yang Mulia. Tidak  seharusnya saya menunjukkan wajah pucat seperti ini di hadapan Anda. Hanya saja, akhir-akhir ini saya kurang enak badan.”Hayden mengernyit. “Bagaimana kau bisa membiarkan hal ini terjadi, Albertus? Apa penjelasanmu?”Selagi Hayden menghardik Albertus dengan menjejalinya dengan bermacam-macam pertanyaan, Fuschia mengambil kembali
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more

Pengecut Yang Hidup

Kenapa aku berpikir kalau dengan melarikan diri dari tempat ini saja cukup untuk memberi kehidupan yang layak untuk anakku nanti? Bukannya lebih baik kalau dia tidak dilahirkan? Karena tidak ada jaminan juga kami bisa hidup damai tanpa dikejar oleh Hayden dan pasukannya, serta dari bahaya manusia lainnya yang berniat menyakiti kami.Sejujurnya, aku tidak yakin.Bukankah kematian adalah jawaban yang paling bijaksana?‘Wah, kenapa tiba-tiba aku jalan sampai ke Danau Hijau lagi? Tsk, apa alam bawah sadarku menyuruhku untuk menenggelamkan diri lagi ke danau itu?’Air di Danau Hijau masihlah sama hangatnya. Ketika permukaan air sudah sampai di lututku, aku menoleh ke belakang karena heran pada para pengawal atau Merri yang tidak  melarangku. Tapi aku tidak mendapati seorangpun di sana, padahal aku ingat mereka tadi membuntutiku. Kapan kami berpisah?‘Apa ini pertanda kalau aku bebas mati sekarang?’ Aku berjalan lebih jauh me
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more

Mengapa Kau Muncul Dari Sana?

“Kau! Kenapa kau muncul di sini?” Fuschia mencengkeram lengan baju pria itu lebih erat ketika ia mengenali siapa pria itu.“Yang Mulia?”“Tunggu, kenapa kau bisa cepat mengganti bajumu?”“Apa maksudmu, Yang Mulia? Sejak tadi saya mengenakan baju ini.”“Mustahil. Aku mengejarmu. Dengan jelas kau memakai baju warna cokelat, bukan jas abu-abu, Tuan Elysian.”Elysian tampak kebingungan. Ia mengamati pakaiannya hari itu dari atas hingga bahwa. Lalu ia menjulurkan tangannya untuk menenangkan Fuschia yang tengah panik, namun ia tarik kembali tangannya. Dia tidak berani menyentuh wanita ini dengan sembarangan, atau...Fuschia masih mengatur nafasnya satu per satu. Kaki yang hampir tidak pernah digunakannya berlari, melakukan tugas berat hari ini. Ia bisa merasakan kakinya gemetaran, gagal menumpu bobot badannya, sekaligus gaun basah yang berat. Ia ingin menjatuhkan tubuhnya sejenak untuk be
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more

Kebetulan Itu Tidak Ada

Hayden duduk santai di kursi agungnya. Di tengah-tengah aula istana kediamannya yang menjadi tempat berpesta. Dengan segelas champagne menggantung diantara kedua jarinya. Ia menikmati pesta kecil yang dirancang oleh istrinya, Fuschia, untuk dirinya dan pasukannya.Sesekali bibirnya mengukir senyum tatkala menyaksikan para prajuritnya tampak bersenang-senang dengan makanan dan alkohol yang disajikan elok oleh para pelayan. Lantunan musik orkestra mengiringi jalannya dansa para pasangan. Kakinya menghentak kecil, ikut terbawa alunan musik.“Kau boleh berdansa, Yang Mulia.” Saran Raymon yang berdiri di sisinya masih dengan sikap siaga.  “Mana bisa aku berdansa tanpa pasanganku, Raymon? Aku sudah menjadi pria beristri.”“Tentu saja, Yang Mulia.”“Mengapa kau tak berdansa dan menikmati pesta ini, Raymon? Aku melihat banyak nona mencuri pandang kepadamu.”“Tapi Yang-”“
last updateLast Updated : 2021-09-03
Read more

Semestinya Kau Tidak Di Sana

Tidak ada kata yang tepat selain keterkejutan saat pintu kamarnya terbuka, dan Fuschia melihat ada orang lain di sana. Fuschia berdiri terpatung di bibir pintu kamarnya. Kepala belakangnya seperti dipukul dengan tongkat baseball. Meskipun ia belum pernah dipukul menggunakan benda itu sebelumnya, tapi ia bisa membayangkan betapa sakitnya. Seperti saat ini.  Kepalanya pening seketika.“Fuschiaku, darimana saja kau selama ini?” Tanya Hayden menyelidik, jarinya mengetuk meja tak sabaran.Fuschia masih terpatung. Matanya menangkap Hayden duduk di sofa, sedangkan Raymon berdiri tegap di belakangnya. Dua orang yang paling ia benci di semesta, ada di hadapannya saat dirinya seorang diri. Fuschia menelan ludahnya pahit. Ia menarik nafasnya perlahan.“Hayd- Saya menyapa Yang Mulia Putra Mahkota.” Fuschia membungkuk, tangannya yang sudah kering, kembali basah tatkala menjinjing kecil gaunnya.“Tolong jawab aku, Fuschia.&rdq
last updateLast Updated : 2021-09-04
Read more

Permainan Dimulai

Siapa yang menyangka akan ada hari saat Fuschia bisa menikmati sajian teh bersama tokoh-tokoh penting dalam novel ini? Ada Hayden yang dengan anggun duduk di depannya. Lalu ada Raymon berdiri di belakang Hayden dengan sikap siaga, serta Sarah – yang tengah menyamar sebagai Sergei, duduk di sisi Fuschia.Tiga orang busuk yang menertawainya malam itu ada di satu tempat. Dan di sinilah dirinya sekarang, menyeruput teh bersama mereka yang telah membunuhnya.Sesekali Fuschia akan melirik tajam pada Raymon.‘Aku sangat menantikan hari di mana aku bisa melihat tubuhmu dicabik-cabik monster, Raymon.’ Fuschia menggertakkan giginya.Ia menahan emosi marah yang siap meluap dengan menyeduh teh hangat. Sebenarnya ia lebih ke orang yang ngopi, jadi kebiasaan bangsawan di sini meminum teh masih asing untuknya. Sekalipun ia telah melakukan aktivitas ini selama 13 tahun, tetap saja cita rasanya tidak  berubah. Ia merindukan kopi yang mampu melegakan
last updateLast Updated : 2021-09-05
Read more
PREV
123456
...
30
DMCA.com Protection Status