Home / Romansa / Terpaksa Menikahi Om-Om / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Terpaksa Menikahi Om-Om: Chapter 31 - Chapter 40

98 Chapters

Bab 31. Promenade

Setelah ujian beberapa minggu lalu, dan semua siswa di nyatakan lulus. SMA Sakura mengadakan promnight sebagai acara perpisahan. Maki, sebagai OSIS selalu sibuk mengatur pengisi acara, pembawa lagu, dan pemberian piala untuk siswa yang berprestasi. "Maki, emang gak ada model rambut lain apa? Tiap hari kondean terus. Kalau aku nih, langsung pusing!" ucap Chika cerewet. Maki tak menggubrisnya. 'Gini nih punya teman bawel. Suka ku lah pakai konde. Lebih unik dan gak mungkin ada yang tertarik,' batinnya savage. "Haru! Aoi! Foto yuk!" Ketiganya tersenyum manis, pose lain sampai Haruka jadi sasarannya. "Fumie! Aku belum siap kok udah cekrek sih! Hapus gak? Hapus!" Haruka meraih ponsel Fumie, karena Haruka memejamkan matanya dan bibir terbuka. Ke-aestetikannya hilang. Fumie tertawa. "Makannya Haru, fokus dong. Ini buat kenangan Haru. Ya gak Aoi?"Aoi mengangguk. "Kalau dansa nanti, kalian puny
last updateLast Updated : 2021-09-30
Read more

Bab 32. Balikan

"Silahkan mas di pilih bunganya. Ada bouquet putih, kuning, dan pink. Semuanya masih fresh, baru di petik dari kebun bunga," jelas Shizu ramah.Ryuji membeli bunga karena ia ingin balikan dengan Aoi. Apalagi disaat Aoi melempar senyum ke arahnya saat acara promenade waktu itu.Flashback On"Atas usaha dan kerja kerasnya dalam belajar sampai rela begadang dan ketiduran. Dia berhasil meraih peringkat pertama dan menggeser Ryuji yang selalu mendapat gelar sang juara di tahun-tahun sebelumnya. Dia adalah...""Aoi Mianami!"Ryuji terkejut. Aoi? Bagaimana bisa cewek itu menyainginya?Tapi Aoi tersenyum, ke arahnya! Betapa hatinya tak deg-degan saat ini.Flashback onDan Ryuji memilih jalan balikan untuk memperbaiki semuanya. Mungkin mulai dari awal akan jauh lebih baik."Yang warna putih aja. Berapa?""1000 ¥en saja mas," jawab Shizu tersenyum.'Semoga Aoi suka. Karena aku yakin, Aoi itu hanya mencintai aku.
last updateLast Updated : 2021-10-05
Read more

Bab 33. Reuni

Aoi membuka pintu belakang rumah dengan hati-hati. Langkahnya mengendap-endap, semoga saja Makoto tidak tau.Tapi saat melewati ruang tengah, Makoto tidak ada, TV pun juga masih menyala."Mana dia?""Oh, kayaknya di ruang tamu. Mungkin baca koran," Aoi melangkah masuk ke kamarnya. Malam ini sangat melelahkan, tapi untuk perasannya tidak. Karena Ryuji lah sekarang menjadi penyemangatnya.***Aoi menyipitkan matanya. Jendela kamarnya sangat terang karena cahaya matahari. Jam berapa ini?Aoi melihat jam wekernya.9 pagi."Kok aku gak di bangunin sih?" Aoi bergegas menuju dapur, biasanya Makoto membangunkan jam 5 pagi."Om Makoto?" suara Aoi menggema di seluruh ruangan.Saat tiba di dapur, Aoi tak menemukan keberadaan Makoto. Dimana pria itu berada?"Kemana sih?" Aoi melangkah menuju ruang tamu, mungkin saja Makoto masih tidur di sofa.Di ruang tamu, Aoi tak menemukan Makoto.Aoi mencoba menghubun
last updateLast Updated : 2021-10-06
Read more

Bab 34. Menyakitkan

Ryuji sekarang tanpa sungkan dan ragu datang ke rumah Aoi."Kamu rencananya mau kerja ya?"Ryuji dan Aoi duduk di ruang tamu. Sampai Aoi lupa membasuh wajahnya saat Ryuji sudah datang ke rumahnya pagi-pagi buta.Aoi menggeleng. "Namaku udah terdaftar di Universiras Sakura. Satu minggu lagi tes seleksinya. Doain aja aku lolos dan keterima disana," biarlah Makoto melarangnya, lagipula Aoi hanya ingin meraih cita-citanya."Iya, amien. Jalan-jalan yuk? Aku baru ada waktu sekarang. Kalau nanti sore atau malam gak bisa. Aku jaga mall," meluangkan waktu dengan orang yang di sayang memang penting, mungkin dengan ini Ryuji bisa memperbaiki hubungannya.Aoi mengangguk setuju. "Yuk, mana tangannya?"Seperti biasa, selalu Aoi yang meminta tangannya di gandeng.Hari ini Ryuji sangat senang, alasannya hanya satu. Makoto sama sekali tak menampakkan batang hidungnya."Boleh manggil sayang?"Aoi tersipu. Ryuji tetap manis dan romantis.
last updateLast Updated : 2021-10-07
Read more

Bab 35. Perjodohan

"Aoi?" Karin menekan bel beberapa kali."Gak di kunci kok ma," Amschel membuka pintunya."Masa jam segini masih tidur yah?" Karin melangkah menuju kamar Aoi. Di kunci."Aoi? Aoi? Kamu masih tidur ya nak?"Aoi menggeliat, suara mamanya itu sangat mengganggu tidur nyenyaknya."Mama pulang?" Aoi beranjak dari kasurnya.Saat Aoi membukakan pintunya, sang mama langsung memeluknya karena rindu itu berat."Maaf ya? Mama aja pingin banget pulang. Tapi karena kerjaan masih banyak, pulangnya lama," ucap Karin sedih.Aoi mengangguk. "Yang penting mama sama ayah udah pulang. Jadi aku gak sendirian lagi di rumah," beberapa hari belakang ini, ia kesepian. Apalagi Makoto yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar."Memangnya Makoto kemana? Apa dia gak nemenin kamu?" tanya Amschel heran.Aoi tak tau harus menjawab apa."Mungkin banyak kerjaan yah. Tapi, Haruka sama Fumie main kesini kok," rasanya senang, baru kali ini ia mencer
last updateLast Updated : 2021-10-08
Read more

Bab 36. Melepas Ikhlas

"Loh? Aoi mana? Bukannya tadi kalian ngobrol bareng ya?" tanya Himarin terkejut, Makoto masuk dengan wajah cueknya. Entah terjadi apa baru saja. "Aku disini kok ma," Aoi tersenyum tipis, bekas air mata di pipinya mengering. Semoga semuanya tak menyadari kesedihannya. "Duduk nak, mama mau ngomong sesuatu yang penting tentang perjodohan kalian," ucap Himarin serius. "Besok Makoto akan mengantarkanmu ke toko gaun pengantin ternama. Oh ya, cincinnya biar Makoto yang akan memilihnya nanti. Pasti bagus, ya kan nak?" Himarin tersenyum menatap Makoto. "Hm," hanya bergumam. Makoto malas menjawabnya. Kalau saja di hatinya masih ada rasa cinta kepada Aoi, mungkin akan senang. 'Andai aja kalau yang beliin cincin dan gaunnya itu Ryuji. Aku bakalan seneng banget,' batin Aoi, sudut bibirnya terangkat sedikit membentuk senyuman kecil. ***Karin tersenyum puas melihat Aoi mau dandan meskipun hanya bedak dan liptint
last updateLast Updated : 2021-10-26
Read more

Bab 37. Mengenal Makoto

Selama perjalanan pun, hanya kesunyian yang menyekat keduanya. 'Andai aja dia gak perlu hadir dalam hidupku. Semuanya pasti bahagia, bukan berakhir berpisah seperti ini,' batin Aoi mengeluh. Makoto melirik Aoi yang diam. 'Sebenarnya aku marah pada Ryuji. Dia sudah menyakiti hatimu untuk ketiga kalinya,' batin Makoto, ia ikut merasakan kesedihan yang di alami Aoi. Setelah sampai di mansion Rotschild, Makoto pergi tanpa mengatakan apa-apa. "Aku kira kamu bakal bilang kangen gitu. Tapi gak, aku aja yang terlalu berharap," Aoi memandang mobil Makoto yang sudah menghilang. ***Aoi berangkat sendiri ke rumah Haruka. Ia ada janji dengan Haruka untuk belajar bersama, persiapan ujian seleksi perguruan tinggi negeri. "Kenapa aku jadi gak suka jalan kaki ya?" tanya Aoi heran. Mungkinkah ia teringat kejadian waktu itu? Dimana seragamnya kotor karena ulah mobil sialan yang tak mau bertanggung jawab.
last updateLast Updated : 2021-10-29
Read more

Bab 38. Quality Time

Karin tersenyum senang, Aoi pulang. Tentu saja dengan Makoto. "Jadi kamu bangun pagi-pagi mau jalan berdua sama Makoto ya?"Aoi duduk di sebelah sang mama. Apa? Jalan berdua?"Gak kok ma. Kan aku mau-""Iya, Aoi kangen sama aku. Jalan berdua sebagai obat rindu aja kok, ya kan Aoi?" sela Makoto cepat, kalau beneran kangen hatinya baper tak karuan, tapi rasanya mustahil mengenai hati Aoi masih stand by dengan Ryuji. "Apa itu benar? Wah udah kangen aja. Makoto, yuk makan bareng-bareng. Mas Amschel sendiri loh yang masak. Jangan nolak, nanti dia galak," Karin sangat senang hari ini, apalagi Makoto bisa makn bersama. Semakin dekat dan akrab. Makoto mengangguk. "Aku juga pingin ngobrol sama ayah. Lebih asik aja daripada ayahku yang kadang-kadang susah buat ketawa," Makoto mulai bercerita tentang keluarganya. Aoi berdecak kesal. "Gak usah makan aja deh," Aoi melangkah memasuki kamarnya, yang ada sang mama lebih banyak
last updateLast Updated : 2021-10-30
Read more

Bab 39. Bahagia

Hari ini, Aoi sangat semangat. Ya, apalagi sekarang ia akan melaksanakan tes seleksi  universitas. "Aoi, kerjakan soalnya dengan teliti ya? Jangan grogi. Tetap tenang dan pikirkan baik-baik jawabannya," ucap Karin memberikan nasehat. Aoi mengangguk. "Iya ma. Doain semoga aku di terima disana ya?""Amien," jawab Amschel dan Karin bersamaan. "Makan yang banyak biar kosentrasi disana. Kamu kalau makan satu centong nasi, diet apa gak suka nasi?" Karin sampai lelah menasehati Aoi makan lebih banyak sesuai porsi, tapi satu centong tak mungkin akan kenyang lebih lama. Aoi terkekeh. Mamanya memang bawel tapi mencemaskan kesehatannya. "Kan aku gak laper ma. Kalau lapernya banget baru deh makan yang banyak," Aoi kurang suka dengan sayuran, sang mama selalu memberikan sayur di piringnya setiap sarapan. Aoi tak suka rasa pahit. "Karena sayur lagi? Aoi, sayur itu buat kebutuhan gizi dan zat besi. Kamu aja s
last updateLast Updated : 2021-10-31
Read more

Bab 40

Hari ini adalah hari pertama Aoi menjadi mahasiswi di US. Dengan memakai celana dan sweater andalannya, Aoi akan berangkat ke kampus jam 7 pagi. Dan lebih penting lagi adalah sarapan. "Ada kabar baik buat kamu Aoi," Amschel membuka pembicaraan, entah kabar baik apa. Aoi bisa menebak kalau bukan Makoto siapa lagi?"Makoto sekarang menjadi dosen bahasa jepang di kampus kamu. Kemarin malam Makoto telepon sama ayah, dia gak mau jauh-jauh dari kamu. Enak kan bisa di jaga Makoto?" Enak darimana? Aoi tak bisa bebas bergaul dengan teman-teman barunya nanti. Pria itu pasti akan mengomel jika dirinya dekat dengan cowok. 'Gak asik ah. Tau aja gini gak usah kuliah. Kabur kemana gitu, asalkan jangan pulang ke rumah lagi. Kenapa hidup aku gini amat sih? Di jodohin, di awasi, apa gak ada celah kebebasan sesuai pilihanku sendiri?' ingin Aoi utarakan ucapannya ini pada ayahnya tapi terpendam. "Ayah anterin kamu ke k
last updateLast Updated : 2021-11-02
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status