Home / Romansa / MAWAR / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of MAWAR : Chapter 31 - Chapter 40

44 Chapters

Januar Regan

"Nanti siang aku ada pertemuan dengan ayahmu, kau mau ikut bersamaku?" Mawar menggelengkan kepala pelan, "aku masih belum bisa menerima dia sebagai ayahku." Mawar menundukkan kepalanya, mulai mengaduk-aduk makanannya dengan hampa. "Meskipun tadi malam kau telah menjelaskan semuanya padaku, tapi tetap saja aku membencinya. Untuk bertemu dengannya aku belum siap, Bio." ucap Mawar dengan suara pelan. Fabio akan mengeluarkan suara tapi di urungkannya, dia hanya menatap Mawar dengan pandangan datar. Lalu selama sesi sarapan itu hanya  berlangsung dengan di isi oleh keheningan saja karena mereka berdua sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing. "Januar Regan?" Nico mengangkat satu alisnya menatap Joan dengan kening mengkerut. "siapa dia?" tanyanya kemudian. Joan sedikit menghembuskan nafasnya sebelum memberikan jawaban, tentu saja Nico tidak tahu apapun karena selama setahun ini pri
Read more

Apakah itu benar kau?

Mawar tengah bersembunyi di balik tembok, beberapa orang yang lewat menatap dirinya aneh, tapi dia tidak memperdulikannya, katakanlah dia bodoh dan pengecut karena lebih memilih bersembunyi untuk memperhatikan interaksi mereka. Juga katakanlah dia lebih bodoh lagi karena berusaha mencuri dengar obrolan Laura tentang mantan suaminya, bagaimana perempuan yang menjadi sumber atas kesalahpahaman ini sangat berbinar bahagia kala bercerita tentang Nico. "Anakmu sudah umur berapa, Lau?" tanya Kevin sembari menoel pipi Fred dan langsung mendapatkan pelototan dari anak itu yang berhasil membuat Kevin tergelak. Laura pun ikut terkekeh sebelum memberikan jawaban,"Empat tahun. Fred baru masuk sekolah taman kanak-kanak seminggu yang lalu, kau tahu Kev, betapa lucunya Fred saat memaksa ayahnya agar mau mengantarnya ke sekolah," ucap Laura. Sontak mata Mawar membulat dan jantungnya berpacu dengan cepat, dia membekap mulutnya, menatap Laura dan bocah kecil itu dengan
Read more

Aku tahu kau masih hidup

"Joan, cepat kemari dan cek semua cctv yang berada di gedung ini, terutama di kolam yang tadi aku masuki, lalu laporkan padaku perempuan yang aku selamatkan tadi, pastikan dia istriku atau bukan," Ucap Nico, sembari tanganya mengambil handuk yang di siapkan pengawal untuknya, berikut baju ganti untuknya.Terdengar jeda cukup lama di seberang telepon. Nico memberikan kode pada pengawalnya untuk segera pergi. Tepat saat dia akan membuka mulutnya untuk mengeluarkan sumpah serapahnya, suara Joan terdengar. "Kolam berenang yang mana, tuan?" tanya Joan.Nico langsung berdecak, "Apa kau bodoh, Joan? Kau tidak mengecek keberadaan ku? Apa saja kerjamu selama ini?!" ucap Nico dengan meninggikan suaranya."Baik, tuan." jawab Joan sekenanya.Nico langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak, kemudian dia berjalan dengan langkah lebar menuju pintu keluar, sekarang tujuannya adalah ruang cctv.Mata tajamnya semakin tajam saat berhadapan denga
Read more

Aku mencintainya

Mawar menatap dirinya di depan cermin, matanya terlihat sembab dan wajahnya sangat berantakan. Perasaannya pun tak menentu, tubuhnya sedikit gemetar karena biar bagaimanapun dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia sedang ketakutan, takut jika Nico akan berbuat hal gila padanya.Mawar tersentak kaget saat pintu tiba-tiba saja terbuka lebar, "kenapa kau di ada sana?!" Pekiknya kaget, dia yakin pintunya sudah di kunci dari dalam, lelaki itu memang sangat kurang ajar.Nico melipat kedua tangannya di depan dada, dia menatap Mawar dengan mata tajamnya yang terlihat menawan.Mawar berdecih lalu berjalan mendekati Nico, "aku tidak punya baju untuk berganti pakaian," alibinya. "Aku akan keluar membelinya. Kevin akan menemaniku dan aku sudah menelponnya tadi untuk mengantarku, aku yakin kau kenal dengan dia," ucap Mawar acuh tak acuh, sambil berjalan melewati Nico, entah dapat keberanian dari mana hingga dia bisa berbicara seperti itu pada Nico, dia pun mengap
Read more

Kau milikku

"Hentikan kubilang!"Nico melepaskan cengkramannya pada kerah baju Fabio hingga tubuh tak berdaya itu jatuh di atas rumput hijau yang di saksikan oleh semua pelayan dan pengawalnya.PlakKepala Nico berpaling ke samping saat tamparan Mawar mengenai rahangnya, dia terkekeh lalu menatap Mawar dengan bengis.BughBughMawar menghantamkan kedua kepalan tangannya pada dada Nico, memukulnya dengan membabi buta. "Brengsek!" Teriaknya, semakin lama pukulannya semakin melemah, dia menangis lalu badannya meluruh ke tanah, tangisannya semakin meraung saat kedua netranya melihat Fabio terluka parah dan sedang bertahan hidup di sana."Kau iblis keparat!" Pekik Mawar."Ya..itu aku," ujar Nico, mata tajamnya menyorot tajam pada Mawar, merasa tidak terima dirinya telah di tampar seperti itu apalagi untuk membela pria lain.Mawar segera menahan kaki Nico saat pria itu akan melanjutkan aksinya, "jangan! Apakah kau tidak lihat dia sudah ha
Read more

Dia sangat menggemaskan

Mawar menelan sarapannya dengan susah payah, dia merasa risih karena terus mendapatkan tatapan dari pria keparat itu. Prank! Mawar membanting sendok, lalu dia bersedekap tangan, memberanikan diri ikut membalas tatapan pria itu dengan tatapan sinis. Nico mengulum senyumnya, lalu tak lama kekehan terdengar dari mulut pria itu. "Habiskanlah sarapanmu, aku akan mengajakmu ke suatu tempat hari ini," Mawar masih diam bergeming, masih menatap Nico dengan sinis. Nico mengangkat kedua tangannya, kedua kakinya yang tadi di silangkanpun dia turunkan. "Baiklah-baiklah... Aku akan menunggumu di luar." Nico memilih mengalah, dia bangkit dari sofa yang tak jauh dari posisi Mawar berada, sebelum keluar dia berjalan mendekati Mawar Menyempatkan untuk mengecup singkat kening Mawar. Mata Mawar mengikuti kepergian Nico sampai lelaki itu hilang di balik pintu. Setelah memastikan Nico sudah pergi, Mawar langsung meloncat turun dari kasur menghiraukan sarapa
Read more

Obsesi

"Ini dimana?" Mawar mengedarkan pandangannya, dia mengernyit heran sekaligus kesal pada Nico karena pria itu memaksanya ikut serta dalam kunjungan kerjanya keluar kota, pria brengsek itu juga mengancamnya akan terus mengurung Fabio di ruang bawah tanah tanpa perawatan jika dia tidak menuruti keinginannya."Rumah kita yang baru." Ucap Nico. " Mungkin lebih tepatnya, rumahmu," koreksinya sambil merangkulkan sebelah lengan kekarnya di pundak istrinya.Mawar melepas paksa tangan itu dan melotot pada Nico. "Aku tidak mau berada disini,"Nico langsung berdecak tidak suka, dia benci penolakan. "Aku tidak menerima penolakan, sayang,"Mawar menghindar saat kedua tangan Nico yang kekar dan lebih besar darinya itu akan meraih pinggangnya. "Kau!"tunjuk Mawar tepat di hidung Nico, "jangan menyentuhku!" Sembur Mawar.Nico mengangkat satu alisnya, "apa kau bercanda?" tanya Nico sembari terkekeh. "Aku bahkan sudah pernah menyentuh setiap inci kulit mulusmu ini," N
Read more

Tipu muslihat

Laura menangis di pelukan Nico, matanya menatap kaca yang menampilkan sosok Fred yang tengah di tangani oleh banyak dokter di dalam sana. "Bagaimana keadaanya?" Suara Laura terdengar sangat lirih, kedua tangannya saling meremas satu sama lain sedangkan air matanya terus mengalir, kepalanya dia tenggelamkan di dada bidang Nico karena sedari tadi pria itu tidak pernah membiarkan dirinya lepas dari dekapan hangatnya. "Aku tidak ingin kehilangannya, sungguh. Lebih baik aku mati saja," tangisan Laura semakin menjadi dikala kepalanya membayangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada putranya. Nico menghembuskan nafasnya, lalu satu tangannya bergerak mengelus rambut Laura mencoba untuk menenangkan. Laura mendongakan kepalanya, menatap Nico dengan air mata yang bersimbah, "bagaimana jika aku kehilangannya," Nico menatap Laura untuk sesaat sebelum membuka mulutnya. "Tidak akan," ucap Nico. Laura tersenyum tulus, hanya dua kata saja yang keluar d
Read more

Wanita agresif

Nico mengetuk-ngetuk jari telunjuk dan jari tengahnya di atas meja, tatapan tajamnya lurus menatap Joan. "Dia kabur?" tanya Nico akhirnya setelah sekian lama bungkam.Joan mengusap belakang tengkuknya sebelum mengangguk dengan gerakan pelan.Nico berdecih, "apa tidak ada yang ingin kau jelaskan padaku, Joan?"Joan semakin menunduk bagai anak kucing yang tengah ketakutan. "Maaf tuan, ini kelalaian kami, " ucapnya, dia segera waspada saat melihat Nico bangkit dan mendekatinya.Bugh! Kepala Joan tertoleh ke samping saat pukulan hebat Nico mendarat tepat di sebelah pipinya dan hampir mengenai matanya jika saja dia tidak repleks menoleh."Bukan jawaban itu yang aku inginkan, Joan," Nico mengangkat satu alisnya, menatap Joan dengan sorot tajam.Joan menunduk, "ada penyusup masuk tadi malam tuan," ucap Joan dengan jujur.Joan langsung melangkah mundur saat Nico akan kembali menghajarnya.Nico terkekeh, "ah.. sudahlah, aku
Read more

Terasa hampa

Mawar sejak tadi masih berdiam diri di teras mansion menunggu mobil yang di tumpangi oleh ibunya hilang dari pandangan, senyum semringah sedari tadi tak hilang dari wajah cantiknya tatkala dia mengingat kembali senyuman tulus ibunya sebelum berpamitan. Semenjak ayahnya meninggal dunia dia tidak pernah melihat senyum itu lagi, kini senyum itu telah kembali, membuatnya merasakan perasaan bahagia yang teramat. Mawar menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan cepat, senyum lebar terpatri di wajah cantiknya, perasaanya kini terasa lega, seperti ada beban berat yang baru saja terangkat dari pundaknya.Tapi senyum indah itu perlahan memudar lalu tiba-tiba tatapan Mawar meredup, wajahnya terlihat sedih, "Kenapa aku tiba-tiba merasa merindukan pria brengsek itu?" ucapnya dengan kepala menunduk dalam, kini yang dia lihat hanya lantai yang beralaskan keramik polos, sama dengan perasaannya yang kian hari mulai terasa hampa.Lalu kepala Mawa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status