Beranda / Romansa / BUNGA ABADI / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab BUNGA ABADI: Bab 11 - Bab 20

89 Bab

FAKTA MENGEJUTKAN

Benar - benar rasanya seperti tertabrak pesawat. Di dalam mimpi dia bilang. Di dalam mimpi, dan ini adalah dunia nyata, sungguh orang secerdas dia tidak bisa membedakan mana dunia mimpi dan mana dunia nyata.  Ohhh..  Tuhan..  Hidup apa yang kujalani sekarang.Benar - benar gila, hanya karena mimpi aku kehilangan harga diri seperti ini. Ingin aku teriak di samping telinga orang ini saja, dia menciumku, melecehkanku karena sebuah mimpi."Pak, itu dunia mimpi, dan kita hidup di dunia nyata, bagaimana Pak Lingga bisa bilang aku mencurinya seolah aku benar - benar melakukannya,  dan yang terburuk adalah karena itu Pak Lingga melakukan..," sahut Azalea menggebu kemudian berhenti di kalimat terakhir.Mengambil nafas dan nadanya sedikit tertahan mengingat tubuh yang Azalea jaga seumur hidup di sentuh pria yang ia kenal selama sehari."Karena itu Pak Lingga menyentuhku!" lanjutnya berbicara pelan karena merasa malu ada Pak Pram d
Baca selengkapnya

KUBIARKAN SAJA HARI INI

Aku harus merasa bangga atau tidak karena menjadi satu - satunya wanita yang bisa membuat Lingga seperti itu. Tapi aku juga menyadari bahwa setelah ini Lingga akan terus melakukannya, dan aku juga sudah jelas tidak akan bisa melarikan diri darinya.Di dalam pantry aku terus memikirkan ini. Begitu lama aku duduk disana hingga sudah tiga gelas aku menghabiskan minuman dingin.  Lingga juga tidak mencariku, ya karena pekerjaanku disana adalah disentuhnya. Bukan pekerjaan layaknya karyawan lainnya. Entah akan seperti apa sikap Lingga nanti setelah ini. Tapi satu hal yang mengganjal dalam pikiranku,  bagaimana bisa bibir Lingga basah setelah mimpi itu."Mungkin saja dia ngiler haha," pikiranku seperti itu. Tapi bekas gigitan? Bagaimana itu bisa muncul disana. Entahlah, nanti saja aku memikirkannya. Saat ini aku hanya harus menenangkan diri. Lagi pula Lingga sendiri juga tidak tahu bagaimana itu bisa ada disana. Jadi dari mana aku haru
Baca selengkapnya

KEPUTUSAN

"Apa maksut dia mengatakannya dengan nada seperti itu? Apakah aku harus berterima kasih dan tenang karena ia tidak melakukan itu secara langsung? Apakah dia pikir dengan melakukan yang tadi tidak cukup untuk membuatku sakit hati. Sungguh laki - laki brengsek. Tidak meledak katanya? Yang seperti tadi tidak meledak? Bahkan ia seperti singa yang kelaparan, benar - benar brengsek,  brengseekkk! " aku mengutukinya terus di dalam hati.Air mataku menetes, hatiku tak lagi bisa menampung amarah yang telah Lingga buat disana.Lingga memberiku minum, entah karena dia peduli atau karena risih melihat wanita menangis. Aku mengambil gelas berisi minuman itu dari tangannya karena aku rasa juga  membutuhkan minum untuk menenangkan diri. Sementara Lingga kembali bergelut dengan pekerjaannya, aku masih berada di sofa dengan kemelut di pikiranku.Posisiku duduk kali ini. Sepintas aku tersadar tentang banyak kissmark yang
Baca selengkapnya

TERIKAT

Sekarang Lingga sedang menatapku tajam. Ia tidak mengatakan apapun tetapi tatapan wajahnya itu seolah mengisyaratkan kalimat kau mau mati. Tapi keputusanku sudah bulat jadi aku tetap melanjutkan kalimatku itu walaupun nanti akhirnya aku akan benar - benar mati."Terima kasih atas kerja samanya dua hari terakhir ini, saya pamit untuk pergi!" ucapku terakhir dengan tersenyum lembut kepadanya mengisyaratkan tidak apa - apa kau melakukan yang tadi tapi sekarang biarkanlah aku pergi.Lingga masih juga tidak berkata apapun. Ia hanya terus menatapiku tajam tanpa berkedip sekali pun.  Tatapannya kali ini lebih seram dari tatapannya sewaktu marah tadi.  Rasanya aku benar - benar terintimidasi walaupun ia hanya menatapku. Cukup lama Lingga seperti itu dan aku pun tidak bisa langsung beranjak pergi karena menunggu jam pulang bekerja.Sementara itu kulihat wajah Pak Pram memperhatikan Lingga
Baca selengkapnya

TERIKAT 2

Mata Lingga masih melihatku sambil ia berbicara pada teleponnya."Gracia, Bunga Azalea ini telah memecahkan vas langka milikku jadi ia harus membayarnya!"rupanya orang yang ia telepon adalah Gracia."Sekarang kamu buatlah sebuah kontrak yang berisi, pihak pertama Bunga Azalea harus mengganti vas giok langka yang telah di pecahkannya kepada pihak kedua yaitu aku Raden Lingga Kartanagara. Pihak Kedua memberikan batas waktu pembayaran semampu pihak pertama untuk membayar namun dengan sebuah jaminan yaitu pihak pertama harus bekerja kepada pihak kedua dengan melakukan apapun sesuai yang di inginkan oleh pihak kedua hingga ia bisa membayar ganti rugi dari giok langka tersebut. Tulis juga disana berapa tahun pihak pertama harus bekerja kepada pihak kedua sebagai jaminan, harga dari vas giok langka tersebut adalah 11 miliar, hitung dari gaji satu bulan yang di dapat oleh pihak pertama sehingga tahu harus berapa lama pihak pertama bekerja pada pihak kedua. Dan berikan gaji kep
Baca selengkapnya

SISI JAHAT

Aku mengubah posisi dudukku menghadap ke arahnya. Kini aku telah berhadapan dengannya. Begitu dekat dan jelas. Wajah tampan yang semula sangat kukagumi itu memang sungguhlah tampan. Namun wajah itu tak lagi bisa membuat hatiku berdebar - debar.  Hanya amarah yang menumpuk di dadaku hingga begitu keras."Ayoo suapi aku tehnya!" perintah Lingga dengan terus menatapku.Tak bisakah laki - laki ini melihatku biasa saja. Ingin sekali aku membuat permohonan untuk membuat laki - laki ini memalingkan wajahnya. Aku selalu merasa bahwa laki - laki ini akan menerkamku. Sedekat ini dengannya membuatku lebih jelas memandang wajahnya. Bola mata itu berwarna coklat terang, kukira sekarang dia tidak hanya keturunan Raja tapi juga keturunan vampir.  Karena matanya terlihat seperti Edward cullen, vampir ganteng di film senja yang terkenal sampai lima episode itu."Kenapa kamu hanya menatapku?  Wajah tampanku ini rugi dilihat wajah biasa sepertimu," ucapnya lagi
Baca selengkapnya

SISI JAHAT 2

Sejak bertemu Lingga entah kenapa semua hal yang terjadi padaku buruk. Sungguh aku rasa aku mulai membencinya. Begitu lelah kaki ini berjalan. Namun lelah di hatiku lebih dalam. Aku tidak bisa membayangkan apa saja yang akan Lingga lakukan padaku besok, tanpa kontrak saja dia bisa melakukan apa pun, apalagi sekarang setelah aku menandatangani kontrak hidupku itu.Sepanjang jalan aku hilang dalam lamunan. Memikirkan kenapa semua hal di dunia ini seolah menuruti keinginannya. Contohnya saja, aku bukanlah orang ceroboh tapi kenapa hari ini aku memecahkan vas giok itu. Seolah vas Giok itu mencegahku pergi. Sekarang aku menjadi merinding mengikat kalimat jika kamu bisa pergi. Bagaimana bisa pergi, bahkan aku menjadi terikat.Akhirnya aku telah sampai di rumah.  Kubaringkan sesaat badanku di ranjang kasur putihku yang bersih,  setelah jalan begitu jauh rasanya kakiku ini mau patah. Denga
Baca selengkapnya

SESUAI KEINGINANNYA

Setiap hari menjadi jelek sungguh tidak apa - apa,  dari pada menjadi pelepasan nafsunya saja. Aku tersenyum sepanjang perjalanan. Kurasa kini aku tahu bagaimana caranya agar dia berhenti menyentuhku."Turun!" Perintah Lingga kepadaku."Lohhh, kenapa tidak ke kantor Pak?" tanyaku."Iyaa kamu jelek banget, buat aku gak bisa mikir," jawabnya jahat banget."Ohh orang ini, ingin sekali kuberi sianida di kopinya nanti biar langsung out," balasku dalam hati.Lingga berjalan memasuki sebuah butik yang dari luar saja tampak mewah. Aku mengikutinya dari belakang. Pelayan toko langsung membukakan pintu untuknya sambil menundukkan kepala. Dibalik pintu itu berjejer baju - baju mewah hasil design sendiri si pemilik butik.Dinding berwarna dominan putih dengan selingan warna biru navy di beberapa sisi. Lampu gantung mewah dan besar terpasang di tengah - tengah. Aroma ruangan yang sangat wangi dan tenang. Di sisi kanan baju model casual digantung rap
Baca selengkapnya

SESUAI KEINGINANNYA 2

Norma baik tetap norma baik. Sopan santun tetap sopan santun. Harga diri harus dijunjung tinggi. Karena itu aku menjaga tubuhku ini agar bernilai lebih dimata suami dan Tuhanku. Tetapi manusia di depanku ini sedikit demi sedikit ingin merusaknya."Pak, jangan disini, di luar banyak orang!" kataku gugup berharap kali ini saja dia mau mendengarku.  Aku sungguh malu di mata para pelayan tadi. Mereka juga adalah wanita,  bagaimana aku menghadapi diriku yang sudah tidak ada harganya di mata mereka."Owhhh berarti di kantor boleh yaa? Tenang saja,  tidak ada orang disini!" jawab Lingga santai sambil memegang daguku dan mengangkatnya hingga melihat dirinya.Berharap apa aku pada orang ini. Sudah pasti dia tidak akan mendengarkanku. Di ruang ganti ini memang tidak ada orang lain tapi di luar, pelayan sebanyak itu memangnya bukan orang. Sungguh manusia ini. Lingga kemudian mengecup bibirku sekilas lalu menghadapkan tubuhku ke depan kaca dengan posisi Lingg
Baca selengkapnya

LEBIH MENGERTI

"Kalau kita menabrak justru tidak bisa sarapan," ucapku, lalu akhirnya Lingga memelankan laju mobilnya."Kamu benar," jawabnya sambil melihatku dengan tersenyum."Kita sarapan sekarang saja!" ucapnya lagi sambil menghentikan mobilnya di pinggir jalan.Azalea menjadi gugup karena Lingga sekarang sudah menatapinya tajam. Perlahan tatapan itu semakin dekat. Wajah tampan yang menyeramkan itu semakin mendekati tubuh Azalea. Semakin dekat hingga membuat Azalea memejamkan matanya. Mulut Lingga yang sexy kini sudah 5cm dekat dengan bahu Azalea yang menggoda, hembusan nafas dari hidungnya membuat tubuh Azalea semakin gemetar. Lingga membuka mulut tersebut, memperlihatkan gigi yang tersusun rapi dengan sedikit taring. Semakin dekat hingga akhirnya gigi taring tersebut menggigit bahu Azalea."Aaaaaaaaa" teriak Azalea."Cuma bercanda," cetus Lingga sambil tertawa.Azalea membuka mata sambil mengelus bahunya yang di gigit oleh Lingga. Terdapat bekas gigi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status