Semua Bab Jika Waktu Berakhir: Bab 11 - Bab 20

83 Bab

Bab 4.1 | Aku Benci Ayah

Faiz mengemasi barang-barangnya. Ia baru saja latihan silat bersama rekan-rekan satu ekstrakurikuler. Saat itulah ia dipanggil gurunya. Gurunya termasuk seorang lelaki paruh baya yang usianya mungkin sudah 50-an. Meskipun sudah berumur tapi dia termasuk salah satu pendekar yang paling disegani. Namanya Ki Anwar. Mengajar untuk anak-anak SMA memang merupakan tantangan tersendiri, terlebih biasanya anak-anak remaja itu kebanyakan suka pamer, termasuk pula Faiz. Menyadari Faiz merupakan seorang siswa yang berbakat, maka ia begitu hati-hati untuk menggembleng bocah itu.“Bagaimana akhirnya?” tanya Ki Anwar. Meskipun melatih silat tapi baju yang dipakainya kaos lengan panjang dengan ikat pinggang sebagai penanda tingkatannya di dalam perguruan.Faiz menghela napas, “Saya tidak tahu guru. Rasanya saya harus ke Jakarta. Saya tak punya pilihan lain.”“Aku tidak bisa mencegahmu kalau begitu. Hanya saja, itu artinya waktumu tinggal sedikit la
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 4.2 | Aku Benci Ayah

Faiz mengambil sepeda miliknya dan segera mengayuh pedal. Dia melewati gerbang lalu langsung berbelok ke jalan raya. Dia setel gearnya ke gear berat agar gaya dorongannya bisa membuat dia lebih cepat bergerak. Angin berhembus menerpa wajahnya membawa kesejukan. Sepedanya melaju di atas jalan raya, terkadang ia naik ke trotoar. Untuk menuju ke rumahnya ia pun melewati jalanan kecil yang menurun, jalanan itu kemudian terhubung dengan jembatan kecil. Dari jembatan kecil itu ia masuk ke kampung baru, dari kampung tersebut ia melewati gang sempit kemudian berbelok lagi ke jalanan yang agak lebar. Di sini ia melewati perlintasan kereta api. Saat itu ternyata ada kereta api yang mau lewat. Palang diturunkan petugas dengan cara manual. Ini bukan perlintasan kereta api yang berada di jalanan besar. Perlintasan api ini dibiayai swadaya masyarakat, petugas kereta apinya pun digaji juga dari iuran masyarakat setempat.Sekitar lima menit Faiz menunggu sambil ditemani beberapa pengendara m
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 4.3 | Aku Benci Ayah

Iskha berganti pakaian dengan baju casual. Dia memakai cardigan kemudian mengambil gitar yang tergantung di kamarnya. Setelah selesai berdandan dengan make-up tipis, ia pun keluar dari kamarnya. Dia segera menuju ke dapur untuk mengisi perut. Ada sayur asem berisi kacang, jagung dan tauge. Dia tersenyum saat melihat isi mangkuk tempat sayur tersebut. Sayur asem, salah satu sayur kesukaan Iskha. Dia pasti bakalan nambah kalau ada sayuran tersebut. Dia segera duduk di kursi.“Wah, masak sayur asem nih. Asyiiikk!” seru Iskha.“Iya, mama emang sengaja masak itu. Biar suaramu nggak ancur,” ucap mamanya yang berada di ruang tengah sambil menonton televisi.“Makasih ya ma,” ucap Iskha. Dia pun segera mengambil secentong nasi kemudian mengguyurnya dengan kuah sayur asem beserta isinya.“Nanti pulang jangan malam-malam! Mama nggak mau di rumah sendirian apalagi tiba-tiba listrik mati seperti kemarin,” pinta mamanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 5.1 | Keluarga Nyentrik

“Iskha? Iskha? Kau tak apa-apa?” tanya suara anak perempuan. Dia pasti Kayla, pikir Iskha.Iskha membuka matanya perlahan-lahan. Dia merasa pusing dan bingung bagaimana ia bisa berada di ruangan dengan Kayla di hadapannya. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi dan di pikirannya ada sesosok tubuh manusia tanpa kepala, lalu kepalanya ada di tangannya. Itu menakutkan sekali. Siapapun yang melihatnya bakalan merinding dan dia pingsan ketakutan.“Erggh...,” Iskha mengerang sambil bangun dari tidurnya. Dia memijit-mijit kepalanya. Dilihatnya keadaan sekitar tempat ia berada dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sesosok lelaki yang tadi dilihatnya tanpa kepala dan menggendong kepalanya sendiri. Dia berdiri di sebelah Kayla. Hampir saja Iskha melompat.“I-itu, tadi aku lihat bapak ini nggak punya kepala. Trus kepalanya dibawa,” jelas Iskha menjelaskan apa yang tadi dilihatnya sebelum pingsan.Kayla menoleh ke arah ayah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 5.2 | Keluarga Nyentrik

“Jaman sudah canggih non, om pakai GPS,” ujar ayah Kayla.“Yuk turun!” ajak Kayla.Iskha hanya manggut-manggut mendengar penjelasan ayah Kayla. Mereka segera turun untuk menuju ke dalam studio musik.Studio itu terletak di pinggir jalan. Ada tiga lantai dengan kaca jendela terlihat berwarna hijau dari luar. Di atas bangunan itu ada papan nama yang cukup mentereng dengan tulisan STUDIO MUSIC HARAPAN. Dari luar tampak banyak sepeda motor terparkir di sana. Iskha segera berlari-lari kecil memasuki studio itu. Dari pintu masuk langsung saja dia disambut beberapa orang.“Nah, ini dia. Kukira nggak jadi latihan,” sapa seseorang pemuda bertopi hitam dengan tulisan ABSOLUTE. Tampangnya biasa saja dengan baju kaos warna hitam dan celana jins, serta sepatu kets warna putih.“Oh, Sandi. San, sorry lama. Tadi aku pake acara pingsan segala,” sahut Iskha.“Hah? Pingsan? Pingsan kenapa? Kamu sakit?&rdqu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 5.3 | Keluarga Nyentrik

“Serius, kalau aku penasaran dengan seseorang maka aku akan banyak bertanya dan selalu ingin tahu tentangmu. Aku juga orangnya blak-blakan, nggak mau bicarain orang di belakang,” ujar Iskha. “Jadi aku ingin tahu sesuatu hal tentangmu.”“Iya, tanya saja!” ucap Kayla.“Aku agak merasa aneh dengan tiba-tibanya kau berada di komplek perumahanku. Itu yang pertama, yang kedua keluargamu yang nyentrik. Tidak biasa aku melihat keluarga seperti itu. Pekerjaan ayahmu juga sebenarnya masih belum jelas, tapi entah kenapa ada sesuatu yang menggelitikku,” ucap Iskha.“Trus?”Iskha menutup wajahnya sejenak. Ia lalu menaruh kedua tangannya di meja. “Mungkin kebetulan atau apa, tetapi cara menata rambutmu, sifatmu, kesukaanmu, bahkan juga cara berpakaianmu kenapa mirip aku? Kau seperti mengetahui banyak hal tentang diriku kemudian kamu meng-copy-nya.”Untuk beberapa detik Kayla terdiam. Lalu di
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 6.1 | Bukan Salahku Kalau Terlambat Sekolah

Hari berikutnya sekolah ramai seperti biasa. Kayla pun mencoba untuk berangkat naik angkot. Saat ia berangkat buru-buru di pagi hari, ibunya langsung menegur, “Lho, pagi sekali?”“Harus berangkat pagi, bu. Mau coba naik angkot. Kemarin dikasih tahu ama Iskha kalau angkotnya jalannya lambat,” ujar Kayla.“Memang begitu kan?”“Aku tak pernah tahu,” ucap Kayla. “Oh ya, kasih tahu ayah dan ibu juga sih, jangan sembarangan copot kepala di luar rumah. Mengerti?”“Iya, ibu tahu kejadian kemarin,” jawab ibunya.“Kita cuma sementara di sini, jadi kasih kesan terbaik. Aku ingin ketika kembali nanti Iskha benar-benar tahu siapa aku,” ucap Kayla.“Iya, tapi ingat. Jangan melakukan kesalahan. Sekali kamu melakukan kesalahan maka kau sama saja menginjak sayap kupu-kupu dan itu tidak baik. Kau tak akan mau bukan membuat dunia paralel baru?” nasehat ibunya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 6.2 | Bukan Salahku Kalau Terlambat Sekolah

Iskha menepuk jidatnya. Dia sekarang berdiri di pinggir jalan menunggu angkot-angkot lainnya yang lewat. Tapi satu dua tiga angkot yang lewat semuanya penuh. Gadis ini makin tak sabaran, akhirnya dia pun mengambil keputusan terakhir, yaitu jalan kaki. Kalau kebetulan ada angkot lewat nanti ia akan mencegatnya. Sebelum itu ia mengirim pesan ke Lusi agar temannya itu tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Lus, aku telat nih kayaknya. Ban angkot yang aku tumpangi meletus,” tulisnya di pesan chat.“Kenapa aku jadi sial gini sih?” gerutunya. Dia berjalan sambil sesekali menengok ke belakang. Tetapi angkot yang lewat sekali lagi penuh. Sepertinya usahanya untuk bisa naik angkot tidak akan ada hasil.Sudah selama sepuluh menit Iskha berjalan tetapi hasilnya nihil. Untung saja dia tadi sarapan, kalau tidak sudah dipastikan ia akan pingsan di tengah jalan. Dia melihat ke jam tangannya, sudah jam tujuh lewat. Dia benar-benar terlambat. Saat itulah ia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 6.3 | Bukan Salahku Kalau Terlambat Sekolah

“Kalian ternyata di sini. Ngapain juga kau ada di luar?” tanya Kayla yang melongok dari dalam pagar. Dia lalu menoleh ke sekitar tempat ia berdiri. “Ini posisi strategis sih, nggak bakalan ada guru yang memergoki kalau ada muridnya yang telat trus lompat pagar di sini.”“Ayo, buruan naik!” desak Faiz agar Iskha segera menaiki tangga kecil tersebut.Iskha lalu menuruti saja. Kakinya satu persatu menaiki tangga yang terbuat dari bambu itu. Setelah itu dia melompat pagar. Ternyata di dalam pagar sudah ada tangga lagi yang serupa. Ia lalu menuruninya. Faiz bergerak menuruni tangga. Setelah itu mereka disambut Kayla.“Udah ada gurunya?” tanya Iskha.“Ya sudah dong, ini jam berapa?” ucap Kayla sambil berkacak pinggang.“Trus kamu juga ngapain ada di sini?” tanya Faiz.“Penasaran aja kalian bakalan masuk sekolah lewat mana, soalnya gerbang sudah digembok. Hehehe,” j
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya

Bab 7.1 | Dihukum Itu Menyenangkan

“Lho, kenapa aku juga dihukum seperti ini?” tanya Kayla. “Aku kan nggak terlambat.”“Tapi kamu ikut-ikutan kami,” ucap Faiz sambil meringis menatap tiang bendera yang ada di depannya.“Katanya kantin aman. Padahal Pak Bambang patroli untuk memeriksa apakah ada siswa yang membolos ataukah tidak. Tujuan utamanya tentu saja kantin. Dasar bodoh!” ucap Iskha.“Iya, iya, aku salah. Aku berhutang maaf kepada kalian,” ujar Faiz.“Eh, tapi enak juga yah berdiri sambil hormat bendera begini. Apalagi sambil ngobrol seperti ini. Tak terasa kita sudah setengah jam melakukannya,” terang Kayla.“Nggak usah diterangkan. Kita lagi apes. Ini semua salah Faiz. Ngapain juga kamu nyusul aku? Kayak orang kurang kerjaan aja,” keluh Iskha. “Lain kali nggak usah. Kamu juga Kay, ngapain juga nungguin aku lompat pagar segala?”“Tapi ini seru lho. Aku soalnya belum per
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status