Beranda / Fantasi / Jika Waktu Berakhir / Bab 4.1 | Aku Benci Ayah

Share

Bab 4.1 | Aku Benci Ayah

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-22 06:56:36

Faiz mengemasi barang-barangnya. Ia baru saja latihan silat bersama rekan-rekan satu ekstrakurikuler. Saat itulah ia dipanggil gurunya. Gurunya termasuk seorang lelaki paruh baya yang usianya mungkin sudah 50-an. Meskipun sudah berumur tapi dia termasuk salah satu pendekar yang paling disegani. Namanya Ki Anwar. Mengajar untuk anak-anak SMA memang merupakan tantangan tersendiri, terlebih biasanya anak-anak remaja itu kebanyakan suka pamer, termasuk pula Faiz. Menyadari Faiz merupakan seorang siswa yang berbakat, maka ia begitu hati-hati untuk menggembleng bocah itu.

“Bagaimana akhirnya?” tanya Ki Anwar. Meskipun melatih silat tapi baju yang dipakainya kaos lengan panjang dengan ikat pinggang sebagai penanda tingkatannya di dalam perguruan.

Faiz menghela napas, “Saya tidak tahu guru. Rasanya saya harus ke Jakarta. Saya tak punya pilihan lain.”

“Aku tidak bisa mencegahmu kalau begitu. Hanya saja, itu artinya waktumu tinggal sedikit la

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 4.2 | Aku Benci Ayah

    Faiz mengambil sepeda miliknya dan segera mengayuh pedal. Dia melewati gerbang lalu langsung berbelok ke jalan raya. Dia setel gearnya ke gear berat agar gaya dorongannya bisa membuat dia lebih cepat bergerak. Angin berhembus menerpa wajahnya membawa kesejukan. Sepedanya melaju di atas jalan raya, terkadang ia naik ke trotoar. Untuk menuju ke rumahnya ia pun melewati jalanan kecil yang menurun, jalanan itu kemudian terhubung dengan jembatan kecil. Dari jembatan kecil itu ia masuk ke kampung baru, dari kampung tersebut ia melewati gang sempit kemudian berbelok lagi ke jalanan yang agak lebar. Di sini ia melewati perlintasan kereta api. Saat itu ternyata ada kereta api yang mau lewat. Palang diturunkan petugas dengan cara manual. Ini bukan perlintasan kereta api yang berada di jalanan besar. Perlintasan api ini dibiayai swadaya masyarakat, petugas kereta apinya pun digaji juga dari iuran masyarakat setempat.Sekitar lima menit Faiz menunggu sambil ditemani beberapa pengendara m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Jika Waktu Berakhir   Bab 4.3 | Aku Benci Ayah

    Iskha berganti pakaian dengan baju casual. Dia memakai cardigan kemudian mengambil gitar yang tergantung di kamarnya. Setelah selesai berdandan dengan make-up tipis, ia pun keluar dari kamarnya. Dia segera menuju ke dapur untuk mengisi perut. Ada sayur asem berisi kacang, jagung dan tauge. Dia tersenyum saat melihat isi mangkuk tempat sayur tersebut. Sayur asem, salah satu sayur kesukaan Iskha. Dia pasti bakalan nambah kalau ada sayuran tersebut. Dia segera duduk di kursi.“Wah, masak sayur asem nih. Asyiiikk!” seru Iskha.“Iya, mama emang sengaja masak itu. Biar suaramu nggak ancur,” ucap mamanya yang berada di ruang tengah sambil menonton televisi.“Makasih ya ma,” ucap Iskha. Dia pun segera mengambil secentong nasi kemudian mengguyurnya dengan kuah sayur asem beserta isinya.“Nanti pulang jangan malam-malam! Mama nggak mau di rumah sendirian apalagi tiba-tiba listrik mati seperti kemarin,” pinta mamanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Jika Waktu Berakhir   Bab 5.1 | Keluarga Nyentrik

    “Iskha? Iskha? Kau tak apa-apa?” tanya suara anak perempuan. Dia pasti Kayla, pikir Iskha.Iskha membuka matanya perlahan-lahan. Dia merasa pusing dan bingung bagaimana ia bisa berada di ruangan dengan Kayla di hadapannya. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi dan di pikirannya ada sesosok tubuh manusia tanpa kepala, lalu kepalanya ada di tangannya. Itu menakutkan sekali. Siapapun yang melihatnya bakalan merinding dan dia pingsan ketakutan.“Erggh...,” Iskha mengerang sambil bangun dari tidurnya. Dia memijit-mijit kepalanya. Dilihatnya keadaan sekitar tempat ia berada dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sesosok lelaki yang tadi dilihatnya tanpa kepala dan menggendong kepalanya sendiri. Dia berdiri di sebelah Kayla. Hampir saja Iskha melompat.“I-itu, tadi aku lihat bapak ini nggak punya kepala. Trus kepalanya dibawa,” jelas Iskha menjelaskan apa yang tadi dilihatnya sebelum pingsan.Kayla menoleh ke arah ayah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Jika Waktu Berakhir   Bab 5.2 | Keluarga Nyentrik

    “Jaman sudah canggih non, om pakai GPS,” ujar ayah Kayla.“Yuk turun!” ajak Kayla.Iskha hanya manggut-manggut mendengar penjelasan ayah Kayla. Mereka segera turun untuk menuju ke dalam studio musik.Studio itu terletak di pinggir jalan. Ada tiga lantai dengan kaca jendela terlihat berwarna hijau dari luar. Di atas bangunan itu ada papan nama yang cukup mentereng dengan tulisan STUDIO MUSIC HARAPAN. Dari luar tampak banyak sepeda motor terparkir di sana. Iskha segera berlari-lari kecil memasuki studio itu. Dari pintu masuk langsung saja dia disambut beberapa orang.“Nah, ini dia. Kukira nggak jadi latihan,” sapa seseorang pemuda bertopi hitam dengan tulisan ABSOLUTE. Tampangnya biasa saja dengan baju kaos warna hitam dan celana jins, serta sepatu kets warna putih.“Oh, Sandi. San, sorry lama. Tadi aku pake acara pingsan segala,” sahut Iskha.“Hah? Pingsan? Pingsan kenapa? Kamu sakit?&rdqu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Jika Waktu Berakhir   Bab 5.3 | Keluarga Nyentrik

    “Serius, kalau aku penasaran dengan seseorang maka aku akan banyak bertanya dan selalu ingin tahu tentangmu. Aku juga orangnya blak-blakan, nggak mau bicarain orang di belakang,” ujar Iskha. “Jadi aku ingin tahu sesuatu hal tentangmu.”“Iya, tanya saja!” ucap Kayla.“Aku agak merasa aneh dengan tiba-tibanya kau berada di komplek perumahanku. Itu yang pertama, yang kedua keluargamu yang nyentrik. Tidak biasa aku melihat keluarga seperti itu. Pekerjaan ayahmu juga sebenarnya masih belum jelas, tapi entah kenapa ada sesuatu yang menggelitikku,” ucap Iskha.“Trus?”Iskha menutup wajahnya sejenak. Ia lalu menaruh kedua tangannya di meja. “Mungkin kebetulan atau apa, tetapi cara menata rambutmu, sifatmu, kesukaanmu, bahkan juga cara berpakaianmu kenapa mirip aku? Kau seperti mengetahui banyak hal tentang diriku kemudian kamu meng-copy-nya.”Untuk beberapa detik Kayla terdiam. Lalu di

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Jika Waktu Berakhir   Bab 6.1 | Bukan Salahku Kalau Terlambat Sekolah

    Hari berikutnya sekolah ramai seperti biasa. Kayla pun mencoba untuk berangkat naik angkot. Saat ia berangkat buru-buru di pagi hari, ibunya langsung menegur, “Lho, pagi sekali?”“Harus berangkat pagi, bu. Mau coba naik angkot. Kemarin dikasih tahu ama Iskha kalau angkotnya jalannya lambat,” ujar Kayla.“Memang begitu kan?”“Aku tak pernah tahu,” ucap Kayla. “Oh ya, kasih tahu ayah dan ibu juga sih, jangan sembarangan copot kepala di luar rumah. Mengerti?”“Iya, ibu tahu kejadian kemarin,” jawab ibunya.“Kita cuma sementara di sini, jadi kasih kesan terbaik. Aku ingin ketika kembali nanti Iskha benar-benar tahu siapa aku,” ucap Kayla.“Iya, tapi ingat. Jangan melakukan kesalahan. Sekali kamu melakukan kesalahan maka kau sama saja menginjak sayap kupu-kupu dan itu tidak baik. Kau tak akan mau bukan membuat dunia paralel baru?” nasehat ibunya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Jika Waktu Berakhir   Bab 6.2 | Bukan Salahku Kalau Terlambat Sekolah

    Iskha menepuk jidatnya. Dia sekarang berdiri di pinggir jalan menunggu angkot-angkot lainnya yang lewat. Tapi satu dua tiga angkot yang lewat semuanya penuh. Gadis ini makin tak sabaran, akhirnya dia pun mengambil keputusan terakhir, yaitu jalan kaki. Kalau kebetulan ada angkot lewat nanti ia akan mencegatnya. Sebelum itu ia mengirim pesan ke Lusi agar temannya itu tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Lus, aku telat nih kayaknya. Ban angkot yang aku tumpangi meletus,” tulisnya di pesan chat.“Kenapa aku jadi sial gini sih?” gerutunya. Dia berjalan sambil sesekali menengok ke belakang. Tetapi angkot yang lewat sekali lagi penuh. Sepertinya usahanya untuk bisa naik angkot tidak akan ada hasil.Sudah selama sepuluh menit Iskha berjalan tetapi hasilnya nihil. Untung saja dia tadi sarapan, kalau tidak sudah dipastikan ia akan pingsan di tengah jalan. Dia melihat ke jam tangannya, sudah jam tujuh lewat. Dia benar-benar terlambat. Saat itulah ia m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Jika Waktu Berakhir   Bab 6.3 | Bukan Salahku Kalau Terlambat Sekolah

    “Kalian ternyata di sini. Ngapain juga kau ada di luar?” tanya Kayla yang melongok dari dalam pagar. Dia lalu menoleh ke sekitar tempat ia berdiri. “Ini posisi strategis sih, nggak bakalan ada guru yang memergoki kalau ada muridnya yang telat trus lompat pagar di sini.”“Ayo, buruan naik!” desak Faiz agar Iskha segera menaiki tangga kecil tersebut.Iskha lalu menuruti saja. Kakinya satu persatu menaiki tangga yang terbuat dari bambu itu. Setelah itu dia melompat pagar. Ternyata di dalam pagar sudah ada tangga lagi yang serupa. Ia lalu menuruninya. Faiz bergerak menuruni tangga. Setelah itu mereka disambut Kayla.“Udah ada gurunya?” tanya Iskha.“Ya sudah dong, ini jam berapa?” ucap Kayla sambil berkacak pinggang.“Trus kamu juga ngapain ada di sini?” tanya Faiz.“Penasaran aja kalian bakalan masuk sekolah lewat mana, soalnya gerbang sudah digembok. Hehehe,” j

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22

Bab terbaru

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 27.3 | Diculik

    Arief menurutinya lalu duduk di kursi yang ada di seberang Ihsan. Dia melihat kiri kanan, ada banyak anak buahnya di sini. Apakah mereka orang suruhan pamannya? Dia tak tahu bagaimana cara pamannya berbisnis, yang jelas ia tahu pamannya orang yang sangat berpengaruh di Wijaya Group. Hampir sebagian besar usaha di Wijaya Group ini dikuasai oleh pamannya.“Aku ingin tahu dimana Kayla?” tanya Arief.Ihsan memberi isyarat menunjuk ke papan catur. “Kalau kau bisa mengalahkanku dalam permainan ini aku akan memberitahu dimana dia.”“Om, hentikan semua ini kalau ayah tahu, maka Om tahu apa yang akan terjadi,” ancam Arief.“Arief, kau itu masih naif. Kau kira aku menyuruhmu kemari tanpa persiapan? Bahkan ayahmu tak akan mampu berbuat apa-apa,” jawab Ihsan.Arief mengamati papan catur yang ada di hadapannya. Papan catur itu sudah dimainkan, posisi bidak putih tampak lebih unggul daripada bidak hitam. Tetapi bid

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 27.2 | Diculik

    “Arief! Arief!? Arief!?” panggil Faiz. Dia menampar-nampar pipi saudaranya itu.Arief yang setengah sadar membuka matanya lalu tiba-tiba langsung terbangun. Dia menerkam Faiz, hampir saja ia kalap kalau Faiz bukan seorang ahli bela diri pasti sudah terjerembab oleh terjangan Arief tadi. “Kayla! Kayla!”“Woy! Sadar! Ini aku Faiz!” ucap Faiz. Segera ia mendorong Arief. Cowok itu pun berusaha berdiri.“Mana? Mana Kayla?!” tanya Arief.“Woy! Sadar! Kamu barusan pingsan di tengah lapangan basket,” jawab Faiz.Arief melihat sekelilingnya. Ada Faiz, ada Iskha dan Lusi. Dia tak melihat Kayla. Kemudian di dekat tempat dia berdiri ada ponsel yang tadi diberikan oleh orang berbaju hitam. Segera dia mengambil ponsel itu. Arief membuka kontak yang ada di dalam ponsel tersebut. Hanya ada satu nomor. Nomor itu bernama BOSS.“Kayla diculik,” ucap Arief.“Iya, kami tahu dia

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 27.1 | Diculik

    “Kayla? Itu kau kan?” sekali lagi Arief memanggilnya.“Iya, ini aku,” jawab Kayla.“Ah, syukurlah. Kau membuatku gila. Kau mengerti? Kau membuatku gila. Aku kira kau itu tidak ada tetapi perasaanku mengatakan lain, kau itu ada,” ucap Arief.Kayla tersenyum. “Iya, beberapa saat lalu aku memang menghilang, tetapi sekarang aku kembali.”“Aku ingin kau ikut denganku!” pinta Arief.“Ikut kemana?” tanya Kayla.Arief tiba-tiba menggandeng tangan Kayla. Dia menarik lengan gadis itu sehingga Kayla tak bisa melawannya. Cowok itu mengajak Kayla menjauh dari keramaian, hingga akhirnya mereka sampai di lapangan basket. Suasana di lapangan itu gelap karena tak ada cahaya. Cahaya yang ada di lapangan itu hanya didapat dari koridor kelas yang ada di sekitar pinggir lapangan. Malam makin larut dan bintang-bintang mulai muncul menghiasi langit.Tangan Kayla di lepaskan. Kayla tahu

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 26.4 | Terhubung

    “Kau mengambilnya, sebab itulah aku bisa kembali ada,” ujar Kayla. “Aku tak percaya bisa bertemu nenek lagi.”“Kau mengatakan aku nenekmu?” tanya Iskha.“Iya, kau nenekku, kau juga sahabatku yang terbaik yang pernah ada. Aku melakukan kesalahan sebelum akhirnya kau pergi untuk selamanya. Aku kemudian ingat pesanmu ada seorang sahabat yang namanya mirip seperti namaku yang memberikan arloji itu kepadamu. Aku menyelidikinya dan tak kutemukan orang dengan nama seperti namaku di masa ini, di tempat ini. Dari situ aku sadar akulah yang kamu maksud, aku dari masa depan,” jelas Kayla. “Misiku hampir gagal. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tak mengerti kenapa aku sampai menghilang?”“Mungkin saja, itu karena hal itu. Waktu itu...aku mendengar Faiz mengucapkan perasaannya kepadamu. Aku kira, aku kira Faiz menyukaimu,” terang Iskha. “Tetapi benarkah kau cucuku dari masa depan?”&ldq

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 26.3 | Terhubung

    “Kau belum menjawabku,” lanjut cowok itu.Iskha lalu mendorong pemuda itu sambil berusaha merebut coklatnya. “Itu coklat milikku, balikin!”Faiz mengangkat sebungkus coklat itu tinggi-tinggi. Lucu saja melihat kedua tingkah polah dua insan ini. Iskha berusaha meraih coklatnya, tetapi Faiz yang lebih tinggi mengangkat tangannya tinggi-tinggi akhirnya Iskha seperti kucing melompat-lompat ingin meraih sesuatu. Teman-temannya tertawa melihat hal itu.“Kalau melihat mereka kok rasanya dejavu ya?” gumam Sandi.“Oh, jangan-jangan kertas ini...,” Reno menunjuk gulungan ke kertas yang ada di ransel mereka.“AAHHHH!!” keempat anggota band berseru bersamaan.Lusi terkejut ketika keempat orang itu berseru. Dia tak mengerti apa yang terjadi. Tiba-tiba keempat anggota band tadi tertawa terbahak-bahak.“Oh, jadi begitu ceritanya. Baiklah,” gelak Ucup.“Tapi boleh ju

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 26.2 | Terhubung

    Arief mendesah lagi. Dia masih berada di sekolahan bersama dengan pengurus OSIS lainnya sedang mengatur dekorasi panggung. Tetapi pekerjaannya sudah selesai malam itu. Dia dan teman-temannya sedang beristirahat sambil makan-makan dari nasi kotak yang sudah disediakan untuk panitia. Meskipun makanannya tak begitu mewah, hanya berupa ayam bumbu rujak dengan sambal lalu nasi putih plus acar itu saja sudah membuatnya kenyang. Setelah makan dia duduk di sudut panggung sambil melihat teman-temannya yang asyik berkelakar di antara kursi-kursi yang sudah diatur. Dia menebak, kursi-kursi itu tak akan ada gunanya besok, karena para penonton lebih suka melihat pertunjukan itu sambil berdiri.“Pastikan ya gaes sebelum pulang, tak ada kesalahan. Sound system, lighting dan lain-lain!” ujar Arief dari kejauhan.“Sudah pasti, tenang aja! Pulang aja, Rief. Kamu sudah dari pagi di sini. Biar yang lain gantiin!” ucap salah satu panitia yang juga beristirahat.

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 26.1 | Terhubung

    Malam itu Iskha senyum-senyum sendiri. Setidaknya sekarang ia lega kalau Faiz memang menyukainya. Semua pertanyaannya selama ini telah terjawab. Tetapi masih ada misteri yang belum terpecahkan. Di mana Kayla? Bagaimana ia bisa menghilang begitu saja? Kenapa juga semua orang tak ingat dengan Kayla dan hanya dia sendiri yang bisa mengingatnya? Misteri ini memang belum terjawab, namun pasti ada jawabannya. Sementara itu ponsel Iskha berkali-kali berdering, serta Faiz yang mengiriminya chat dengan pertanyaan berkali-kali agar Iskha menjawabnya. Tetapi Iskha membalasnya dengan balasan yang singkat, “besok aja”.Dia merasa menang telak kali ini membuat Faiz was-was. Pasti sekarang ini Faiz tidak bisa tidur memikirkan jawaban yang akan diberikannya besok. Melihat ekspresi wajah Faiz sejak kembali ke kelasnya membuat dia senang sekali. Lusi saja sampai bingung dengan tingkah polah dua orang ini. Iskha tampak senang dengan ekspresi penuh kemenangan, sedangkan Faiz seperti

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 25.3 | Aku Menyukaimu

    Faiz menatap mata Iskha. Dia bingung ingin mengekspresikan perasaannya. Kedua insan itu hanya terdiam sambil saling menatap mata. Tetapi Faiz yang mengalah, “Ah, sudahlah. Ngomong-ngomong besok kamu mau tampil?”Iskha benci hal ini. Kenapa Faiz tak menjawabnya. Dia mendengus kesal. “Iya.”“Kalau misalnya aku pergi, kau kehilangan tidak?” tanya Faiz tiba-tiba membahas sesuatu yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.“Pergi? Pergi kemana?” tanya Iskha.“Yah, ke tempat yang jauh gitu,” jawab Faiz. “Kira-kira kau akan merasa kehilangan tidak?”“Tempat yang jauh itu banyak, emangnya kau mau kemana? Ada kompetisi di luar kota?” tanya Iskha yang mengetahui kalau ekstrakurikuler pencak silat di sekolahnya mengikuti kompetisi di luar kota.Faiz menggeleng. “Bukan itu, kalau itu semua juga tahu.”“Lalu apa?”“Aku mau kuliah d

  • Jika Waktu Berakhir   Bab 25.2 | Aku Menyukaimu

    Ternyata Iskha membawa Faiz ke ruang UKS. Di sana ia segera masuk dan meminta minyak kayu putih untuk dioleskan di tempat yang gosong tadi. Faiz dipaksa duduk di kursi sementara Iskha mengambil minyak lalu menaruh sedikit di tangannya, setelah itu dia mengoleskan minyak itu ke luka gosong yang ada di perut Faiz. Berkali-kali Iskha menelan ludah saat mengolesinya. Ini pertama kali ia melihat perut seorang lelaki dan entah kenapa jantungnya berdegup lebih kencang.“Hati-hati! Sakit tahu!” ucap Faiz.“Kalau kamu berisik aku tambah lagi,” ancam Iskha.“Iya, iya. Nggak, nggak kok,” ucap Faiz sambil mengangkat kedua tangannya. Dia kapok mengusili Iskah lagi.“Nah, cukup!” ucap Iskha setelah selesai mengolesinya. Matanya menatap tajam ke arah Faiz. Faiz merinding melihat tatapan itu. Dia mengembalikan minyak tersebut ke tempatnya sambil berterima kasih kepada penjaga UKS.“Hei, mau kemana?” tanya

DMCA.com Protection Status