Home / Fantasi / Jika Waktu Berakhir / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jika Waktu Berakhir: Chapter 21 - Chapter 30

83 Chapters

Bab 7.2 | Dihukum Itu Menyenangkan

Akhirnya semua anak-anak pun terdiam. Mereka melihat ke depan. Saat itulah Faiz baru masuk dari pintu dengan santainya. Arief hanya melirik saja ke arahnya tanpa peduli ia darimana. Faiz dan Arief terkenal tidak akur, entah karena apa, yang jelas Faiz tidak suka kalau dipasangkan dengan Arief. Bahkan ketika Faiz kembali duduk di tempatnya pun ia tak peduli.“Ada apa?” tanya salah satu murid kepada Arief.“Jadi bulan depan akan ada festival sekolah, yang mana masing-masing kelas akan mengadakan stand. Stand-stand ini akan dibuka di beberapa tempat yang ada di sekitar halaman sekolah. Terserah sih temanya, bebas asalkan tidak melanggar peraturan sekolah. Jadi jangan harap ada jual beli atau persewaan DVD bajakan,” jawab Arief.“Festival sekolah ya? Hmmm oh iya, bulan depan ulang tahun sekolah kita. Pantes aja sih,” ujar murid yang lain.Kayla menaikkan alisnya. Dia merasa bersemangat mendengar kata “Festival Sekolah
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 7.3 | Dihukum Itu Menyenangkan

Sayup-sayup terdengar suara musik di headset yang dipasang di telinga Arief. Diskusi dengan teman sekelasnya tadi stuck, karena tak ada sepakat. Bahkan mereka masih bingung apa yang akan dibawakan nanti di festival sekolah, sementara acaranya bulan depan. Dia sedang mendengarkan musik lagu-lagu RnB yang ngebeat, padahal saat itu ia sedang berada di tempat duduk para pemain yang sedang beristirahat. Dia ada acara ekstrakurikuler hari ini setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Sebagai seorang murid teladan, ia punya banyak agenda yang mungkin murid-murid biasa akan merasa kecil karenanya. Sejak dari bangun pagi sampai tidur lagi hidupnya telah teratur. Bangun pagi dia sudah mempersiapkan segala yang ia butuhkan untuk bersekolah. Setelah itu ia mandi, membersihkan diri dengan berbagai macam sabun. Ritual mandinya lumayan lama ditambah ia terkadang bersenandung. Di mandi terkadang pula sempatkan untuk menata rambutnya, entah gaya mohawk, punk, stylish, harajuku ataupun
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 8.1 | Drama Rumah Tangga

Faiz tiba di rumah dengan lesu. Hari ini terlalu banyak kejadian yang membuatnya berpikir keras tentang dirinya. Ketika mendengar nama Saphira barulah ia mulai teringat lagi ketika dia, Iskha dan Saphira masih bermain bersama di lingkungan ia tinggal sekarang. Itu jauh sebelum Iskha pindah dari tempat ini. Kabar terarkhir Saphira pindah ke luar negeri setelah itu tak ada kabar sama sekali. Apa yang terjadi dengan Saphira tak ada yang tahu, bahkan orang tuanya pun tak pernah mengabarinya.“Sudah pulang Faiz?” tanya sang ibu yang masih sibuk menjahit. “Koq nggak salam sih?”“Maaf. Assalaamu’alaykum,” ucap Faiz.“Wa’alaykumussalam. Ganti baju trus makan siang. Kamu pasti lapar,” ucap sang ibu.Faiz hanya mengangguk pelan. Sudah menjadi kebiasaan kalau dia menyembunyikan apapun yang dia rasakan. Dia menengok ke ibunya sebentar sebelum masuk ke kamar yang menjadi dunianya.&ld
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 8.2 | Drama Rumah Tangga

Iskha masih menangis di gendongan bocah laki-laki itu. Tampaknya ia tak peduli, yang penting ia pulang dalam keadaan bersih dari lumpur karena pasti orangtuanya bakalan marah kalau melihat ia kotor seperti sekarang ini.“Iskha, diem dong. Masa’ nangis melulu dari tadi?” bujuk Faiz. “Ntar aku kasih pisang goreng deh.”Iskha menggeleng. “Nggak mau.”“Trus apa dong biar kamu diem. Kita udah dapet kedelai nih, ntar kita bakar sama-sama,” bujuk Faiz sekali lagi.Iskha menggeleng-geleng. “Nggak mau.”“Halah, makin bawel aja sih kau ini,” gerutu Faiz.“Bakso, semangkok. Baksonya Pak Udin,” ucap Iskha.Faiz terkejut. “Lho, kok bakso?”“Pokoknya bakso kalau nggak kita nggak temenan lagi,” ancam Iskha. “Faiz jahat!”Saphira tertawa. “Ayo, aku juga minta bakso. Dasar anak iseng, kalau nggak awas besok!
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 8.3 | Drama Rumah Tangga

“Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf. Yang sebenarnya pula aku tak bisa membawamu dari sini, sebab aku terikat perjanjian dengan ayahku. Selama usia anak-anakku belum 17 tahun maka aku tak bisa membawanya kembali,” ujar Hendra Wijaya. Ini sesuatu yang mengejutkan.“Mas, apa maksudnya anak-anakmu? Jangan bilang kalau kau sudah...?” Yuni tak meneruskan kata-katanya saat suaminya mengangguk.“Iya, aku sudah menikah sebelumnya. Aku minta maaf karena tidak jujur kepadamu,” ucap Hendra Wijaya.“Bohong!? Kenapa? Kenapa kau tak jujur kepadaku? Lalu apa arti semua ini? Apa arti pelukan yang selama ini kau berikan? Apa artinya ciuman yang kau berikan kepada keluargamu selama ini, mas? Kenapa? Kau jahat!?”Faiz yang mendengar suara ayahnya itu pun mulai meneteskan air mata. Dia seolah-olah mengerti apa yang terjadi meskipun usianya masih belum cukup umur untuk bisa mengerti hal itu.“Yuni, aku masih me
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 9.1 | Belajar Itu Menyenangkan

Iskha sampai di rumahnya saat matahari sudah membuat bayangan yang panjang. Ia merasa penat walau hanya menjadi pemandu sorak di pinggir lapangan bersama dengan cewek-cewek yang lain. Kekagumannya kepada Arief sebenarnya sudah lama ia rasakan semenjak pertama kali MOS. Ada peristiwa yang membuat menyukainya. Saat itu ketika ada tugas, dia selalu payah. Membuat papan nama dari daun pisang, membawa gambar pahlawan, bahkan juga merangkum secara bebas salah satu program acara televisi. Tugas aneh-aneh itu biasa didapatkan anak-anak baru, meskipun ada peraturan yang melarangnya hanya saja sebagian merasa masa bodoh dengan itu semua. Toh, yang penting tidak ada kekerasan fisik dalam acara orientasi. Tugas-tugas nyeleneh dan berat memang telah menjadi sarapan bagi anak-anak baru, bahkan orangtua mereka mewanti-wanti agar tidak kaget ketika mengikuti masa orientasi ini.Iskha terlambat bangun pagi itu, dia benar-benar terlambat bangun. Siswa baru harus datang jam 6.30 lengkap dengan
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 9.2 | Belajar Itu Menyenangkan

“Sebelum kita belajar matematika, ada yang ingin aku sampaikan seputar pelajaran ini. Pertama, matematika itu bukan momok yang harus ditakuti karena mau tak mau kita akan bertemu dengan pelajaran ini. Kedua, setiap yang kita pelajari di dalam matematika sebenarnya bermanfaat tetapi kita belum menyadarinya. Ibaratnya kita seperti diberikan sebuah alat, tahu cara menggunakannya tapi tak tahu fungsinya untuk apa. Seperti ini, kita tahu stetoskop yang biasa digunakan dokter itu digunakan untuk memeriksa detak jantung bukan? Tetapi kita hanya tahu cara mengoperasikannya karena kita melihat langsung dokter yang memakai dan menggunakannya. Kita juga tahu cara menaruhnya di leher kita, tetapi apakah kita tahu fungsi yang sebenarnya?” jelas Kayla.Iskha yang mendengarkan dengan seksama mulai manggut-manggut. Dia merasa apa yang dikatakan temannya itu ada benarnya.“Kalau seorang dokter ia bisa mendeteksi tentang penyakit yang diderita pasiennya dengan menempel
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 9.3 | Belajar Itu Menyenangkan

Belajar bersama memang menyenangkan. Iskha mendapatkan ilmu-ilmu baru dari Kayla. Kayla memberikan berbagai macam cara-cara untuk  bisa menyelesaikan persoalan matematika dengan cepat. Bahkan mungkin Iskha tak pernah tahu sebelumnya cara-cara seperti itu. Intinya anak itu benar-benar cerdas. Pengetahuannya sangat banyak dan tidak pernah dibayangkan sebelumnya kalau si murid baru ini benar-benar cerdas. Bahkan Iskha sangsi kalau Arief lebih pintar darinya. Arief memang pintar di kelas, tetapi Kayla ini seperti memiliki wawasan yang lebih. Besok ada pelajaran matematika dan dia ingin melihat kemampuan Kayla. Hanya saja ketika Kayla menjelaskan kepadanya tentang persoalan-persoalan yang sulit di pelajaran ini membuat Iskha sudah faham kalau Kayla benar-benar lebih pintar dari Arief.“Ngomong-ngomong besok olahraga bukan?” tanya Kayla.“Iya, kamu sudah punya bajunya?” tanya Iskha balik.Kayla mengangguk. “Sudah, tadi Bu Rina member
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 10.1 | Saat Dia Pergi

Hujan deras terjadi di bulan November. Ingin sekali waktu itu Iskha segera pulang, tetapi hujan menghentikannya di halte tempat ia biasa menyegat angkot. Dia masih SMP waktu itu. Bosan menunggu sudah pasti, apalagi di hujan seperti ini angkot-angkot jarang ada yang mau mengambil penumpang. Tak habis pikir juga memang kenapa mereka melakukannya. Akhirnya  seorang anak SMP termenung di pinggir jalan menanti-nati kendaraan tersebut tanpa pernah tahu kapan akan tiba di halte. Meskipun kendaraan beroda empat itu tidak datang, ada sesuatu yang menarik. Seorang anak perempuan menganyuh sepeda mini berkeranjang terlihat dari kejauhan. Tak berapa lama kemudian dia pun berhenti di depan halte. Saat wajahnya menoleh ke Iskha barulah perempuan itu mengenalinya.“Saphira?!” seru Iskha sambil terkejut. “Ngapain kamu hujan-hujan ke sini sambil naik sepeda?”“Jemput kamu dodol!” ujarnya. “Nih, jas hujan. Pake gih, trus naik di boncengan.&
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Bab 10.2 | Saat Dia Pergi

“Assalaamua’alaykum,” salam Saphira dan Iskha bersamaan ketika masuk ke dalam rumah.“Wa’alaykumsalam. Eh, ada tamu!” seru mamanya Iskha. “Apa kabar Saphira?!”Saphira segera mencium tangan orangtua Iskha, lalu diapun dipeluknya.“Lama nggak ketemu, gimana sekarang? Sekolah di mana?” tanya wanita itu lagi.“Di SMP Pawyatan Daha, tante,” jawab Saphira.“Oh, nggak bareng sama Faiz?” tanya mamanya Iskha.Saphira menggeleng.“Ma, minta jeruk anget dua dong. Kedinginan nih!” keluh Iskha yang sudah masuk kamar.“Oh, sebentar! Duduk dulu! Tante bikinin minum,” ucap mamanya Iskha.“Makasih tan,” ucap Saphira. Ia lalu duduk di sofa yang empuk sambil menyandarkan tubuhya.Selama dua menit Saphira bengong melihat isi ruang tamu. Dia melirik ke sana ke sini, menoleh kiri dan kanan. Dia meli
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status