Home / Romansa / Dalam Dekapan Waktu / Chapter 1 - Chapter 5

All Chapters of Dalam Dekapan Waktu: Chapter 1 - Chapter 5

5 Chapters

Prolog

bAwan kelabu terlihat masih menyelimuti langit di sore hari. Butiran air yang tadinya jatuh dan menghujam bumi kini telah hilang, menyisakan hawa dingin yang masih menyergap dan aroma tanah khas usai datangnya hujan yang masih menguar di udara. Kuhirup dalam-dalam aroma itu sambil terus berjalan memeluk tubuhku sendiri. Kedua tanganku yang keriput bersedekap sembari mengelus sweater abu-abu yang cocok dengan semburat warna awan sore ini. Hawa dingin terasa begitu menggigit melebihi cuaca di musim dingin. Semua itu karena tubuh rentaku yang sudah tidak seberapa mampu beradaptasi dengan suhu. Bahkan, hal itu melinukan semua tulangku. Namun, aku harus terus berdiri di sini. Di depan istana kecilku yang terlihat jauh lebih sederhana dari pada istana-istana disekitarnya. Hingga akhirnya, hal itu pun terjadi …. Tiba-tiba terdengar teriakan dan pekikkan orang-orang di sekitar yang memekakkan telinga sebelum akhirnya pendengaranku terasa berdengung. Orang-orang dengan panik berlari mendata
Read more

Bab 1. Anugerah dan Kutukan.

Ada dua masa di dalam hidupku yang merupakan titik balik dalam kehidupanku.  Pertama, saat aku mengalami anugrah sekaligus kutukan ini untuk yang pertama kali. Kedua, saat pertama kali aku bertemu dengannya. Pria dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya. Pria yang menuntunku menemukan tujuan hidup dan cinta.  Kan ku ceritakan untuk kalian. Sejauh yang bisa ku ingat. Malam itu adalah malam biasa di bulan Juli. Bintang menghiasi langit yang sangat cerah dan udara terasa panas karena saat itu musim panas di pinggiran kota London.Saat itu umurku menginjak 6 tahun. Aku sedang duduk di kursi belakang mobil Aston Martin kesayangan ayahku. Ya! dia mencintai mobil itu lebih dari apa pun. Bahkan, dia tak akan membiarkan setitik debu pun mengotori cat abu mengkilatnya.Saat itu kami sedang menuju ke rumah perkebunan milik nenekku yang tak begitu jauh. Sejauh aku memandang hanya pohon menghijau yang berjajar
Read more

Bab 2. Ethan Maurice Winster

Malam di musim dingin yang indah. Aku berdiri di tepian jalan yang hampir seluruhnya tertutupi oleh salju namun tak menyulutkan antusias semua orang untuk menikmati liburan, membuat suasana menjadi hangat. Hiasan natal tampak sudah menyemarakkan lingkungan. Pohon-pohon cemara tampak gemerlap dengan lampu dan dekorasinya. Anak-anak semangat untuk bertemu sinterklas bertubuh gempal hasil sumpalan kostumnya, khas dengan janggut putihnya. Usiaku saat itu dua puluh tahun. Kembali ku peluk diriku sendiri karena dinginnya masih bisa ku rasakan menyusup diantara mantel coklat tebal dengan bulu halus di bagian lehernya yang sengaja ku timpa dengan syal tebal. Aku juga menggunakan penutup telinga khusus dan topi rajut, napasku tampak beruap. Ah! dari semua musim, musim ini lah yang paling ku benci. Saat itu aku sudah mengerti apa yang terjadi
Read more

Bab 3. Sesuatu yang menyengat.

“Tak apa. Kalian ingin pergi, ‘kan? Nikmati waktu kalian.” Ethan menegapkan tubuhnya yang tampak jauh lebih tegap dari pada Jacob. Memberikan sedikit senyuman yang bukannya melegakan bagiku, tapi malah semakin menusuk. Di detik itu, aku semakin bertanya apa yang terjadi pada diriku. “Ya. Benar! Lena, Ayo.” Jacob berdiri dan membuat pautan tangan kami merenggang. Tapi, saat itu aku terus memandangi cara pria di depanku memandangku. Ada getaran perasaan yang benar-benar tak bisa aku artikan, tapi satu yang membuatku bahkan tak bisa berpaling menatapnya, ketulusan itu terasa kuat. “Lena?!” Suara Jacob yang sedikit meninggi dengan remasan di tangannya membuat aku akhirnya sadar akan sekitarku. Apa yang sudah aku lakukan? Pikirku sambil melihat wajah Jacob yang tampak tentu tidak menyukai yang sudah aku lakukan. Pria itu hanya memainkan rahangnya melihat bagaimana Jacob meremas tanganku kuat-kuat. “Oh! Ya! Aku pergi dulu,” kataku dengan gugup dan sebisa mungkin meninggalkan tempat itu se
Read more

Bab 4. Sentuhan bagaikan sihir.

“Dia akan baik-baik saja.”Suara itu samar ku dengar saat indera pendengaran ku mulai berfungsi kembali. Aku mencoba sekuat tenaga untuk membuka mataku yang terasa sangat erat terkatup. Beberapa kali mengerjapkannya, akhirnya aku bisa melihat sekitarku. Dari baunya yang khas, aku tahu aku ada di salah satu klinik atau mungkin rumah sakit. Tak jauh, ku lihat siluet nenekku yang semakin nyata sedang berbicara dengan seorang wanita yang aku asumsikan sebagai seorang dokter.“Nek?” erangku yang terasa tercekat. Ada rasa gatal dan kering bersamaan yang membuatku kesusahan untuk menelan salivaku sendiri.“Lena?! Bagaimana kabarmu? Apakah kau baik-baik saja?! Bagaimana kau bisa begini? Kau membuat Nenek sangat khawatir!” Wanita tua yang selalu berbau lavender itu mencercaku dengan begitu banyak pertanyaan yang hanya bisa aku jawab dengan anggukan pelan.Mataku bergulir ke sisi nakas ruang rawat itu. Melihat tas dan juga buku yang bertumpuk. Salah satu buku adalah buku yang diberikan oleh Eth
Read more
DMCA.com Protection Status