All Chapters of Putra Naga Pangeran Yang Terbuang: Chapter 21 - Chapter 30

97 Chapters

Bab 8.2 | Kedatangan

Bandi menggeleng-geleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya di ponsel pintarny. Layar ponsel memperlihatkan bagaimana Aryanaga bergerak dengan cara yang tidak biasa. Menggendong Asri lalu bergerak cepat. Nyaris mustahil ada manusia normal bergerak secepat itu. Video itu sudah menjadi viral sekarang, entah siapa yang meng-upload-nya. Apapun yang sudah ada di internet, maka tidak ada yang akan bisa menghapusnya.“Bagaimana sekarang, Bandi?” tanya Aryanaga.“Kita pindah,” jawab Bandi.“Tidak bisa seperti itu. Lalu bagaimana dengan Asri? Kita tak mungkin pindah begitu saja tanpa dia. Kasihan dia!”“Pangeran, ini sudah di luar kendali. Pangeran kira video ini tidak dilihat oleh para goblin? Ingatlah, banyak orang yang tahu ten
Read more

Bab 8.3 | Kedatangan

“Kang Mas, kalau nanti ketemu dengan Asri, Kang Mas janji jangan keras kepadanya, ya?” ucap Raden Ayu Herawati.“Bocah itu harus diberi pelajaran. Setidaknya, ia tidak pergi begitu saja dari rumah tanpa kabar. Dan jangan Bune sekali-kali membela dia. Dia sudah mencoreng nama baik keluarga! Dia harus pulang!” kata ayahnya Asri.“Bukannya dulu yang mengusir dia dari rumah Kang Mas sendiri?” kata Herawati berusaha untuk mengingatkan apa yang dulu pernah terjadi.Raden Mas Purwono Seno terdiam. Dia tahu, dulu dia yang menginginkan Asri pergi. Namun, jauh di lubuk hatinya ia masih menyayangi putri tertuanya itu. Sebenarnya yang diinginkan oleh Raden Mas Purwono Seno adalah kebaikan putrinya. Bisa mendapatkan jodoh yang baik dengan segala kebutuhan terjamin adalah keinginan yang tidak muluk-muluk. Semua kebutuhannya sudah dipenuhi, lalu kenapa Asri tidak mau?
Read more

Bab 9.1 | Pusaka Keluarga

Ruang tamu mendadak hening. Meskipun hari masih siang, tetapi suasananya lebih terasa angker. Lebih cocok seperti ruang tempat interogasi penyidik. Ornamen-ornamen artistik dengan berbagai lukisan yang digantung di tembok tidak sanggup mengubah suasananya. Asri dan Aryanaga benar-benar merasa berada di dalam ruang interogasi. Tampak wajah Seno yang tak bersahabat, wajah Herawati yang bertanya-tanya, sedangkan Bandi dan Tyas hanya menjadi penonton dari jauh.“Eh, Om. Sudah bekerja berapa lama ama dia?” tanya Tyas kepada Bandi yang ada di sebelahnya.“Sebelum Arya lahir, aku sudah bekerja di keluarga ini,” jawab Bandi.“Sekaya apa sih orang tuanya Arya?” tanya Tyas.Bandi menoleh kepada Tyas. “Cukup kaya kalau dari ukuran kalian.”“Serius?”Bandi tersenyum. “Mungkin tu
Read more

Bab 9.2 | Pusaka Keluarga

“Saya bukan silmuan. Saya setengah manusia setengah naga. Ini wujud saya saat menjadi ... boleh dibilang bentuk hybrid. Meskipun keturunan naga, saya belum bisa berubah menjadi naga yang sempurna. Saya sebenarnya adalah seorang Pangeran, lebih tepatnya putra mahkota dari kerajaan naga. Ayah saya seorang raja yang cukup disegani. Sedangkan Ibuku adalah penguasa dari Gunung Semeru sejak ratusan tahun yang lalu. Beliau yang selama ini menahan amarah gunung tersebut hingga tidak mengeluarkan laharnya. Meskipun usia beliau sudah ratusan tahun sama seperti Ayahku, beliau tidak pernah menua sedikit pun. Beliau juga satu-satunya manusia yang sanggup memadamkan api Ayah saya. Mereka kemudian saling mengenal, hingga kemudian menikah dan lahirlah saya,” jelas Aryanaga.Seno masih terperangah. Kalau memang benar apa yang dikatakan oleh Aryanaga berarti ia sekarang ini benar-benar dalam masalah besar. Apakah anaknya sudah tahu tentang h
Read more

Bab 9.3 | Pusaka Keluarga

Seno menelan ludah. Dia sadar, kalau saja tadi dia memegang pedang itu, mungkin saat ini nyawanya sudah melayang. Akhirnya dia menundukkan wajahnya, lalu kedua telapak tangannya menyatu seperti menghaturkan hormat kepada raja atau junjungan.“Jangan begitu,” pinta Aryanaga. “Saya tidak pantas diperlakukan seperti itu.”“Setidaknya sekarang aku yakin kalau sinuwun berkata yang sesungguhnya. Beberapa waktu yang lalu, aku bermimpi dengan mimpi yang sama. Bermimpi tentang sebuah pusaka aneh yang belum pernah aku lihat. Dan ternyata, sekarang pusaka ini ada di hadapanku. Di dalam mimpiku, aku bertemu dengan seorang lelaki yang memberitahuku sebuah pusaka terlarang yang tidak sembarangan orang bisa memegangnya. Kini aku tahu pusaka apa itu,” jelas Seno.Aryanaga paham apa yang dimaksud Seno. Ayah Asri ini seperti memiliki kemampuan bisa menerawang sesuatu di ma
Read more

Bab 10.1 | Jual Mahal, Dong!

Aryanaga mengundang semua orang untuk makan malam di rumahnya. Termasuk Tyas yang sebenarnya tak ada kaitannya dengan semua hal ini. Jamuan makan malam itu cukup istimewa dengan Bandi yang sudah mempersiapkan masakan terbaik. Mulai dari steak daging yang sangat lezat dengan sausnya yang membuat air liur meleleh, sampai ke kuliner Indonesia semacam kari ayam, rendang, serta urap-urap yang tersaji dengan istimewa seperti restoran-restoran terkenal.“Arya sudah berjanji untuk menjagamu, jadi Romo ama ibu sedikit lebih tenang,” ucap Seno.Asri nyaris tersedak. Ia tentu saja terkejut. Bagaimana Romonya bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti itu? Padahal tadi pagi keduanya masih cekcok satu sama lain. Apa yang dibicarakan antara Romo dengan Aryanaga? Asri sangat penasaran.Aryanaga yang duduk di samping Asri tak bicara sedikit pun. Ia sedikit-sedikit melirik ke arah Asri yang juga
Read more

Bab 10.2 | Jual Mahal, Dong!

Pintu kamar Asri diketuk. “As, ini Tyas. Kamu nggak apa-apa?” tanya Tyas dari luar kamar kos.Asri tak menjawab. Dia masih berada di kamarnya. Untuk keluar saja ia tak berani. Ia malu setengah mati apalagi setelah diprovokasi oleh Aryanaga seperti itu.“Arya tadi bilang kamu kurang enak badan. Kalian bertengkar?” tanya Tyas lagi. “Anak itu emang sembarangan, ngaku-ngaku pacar kamu? Boleh aku masuk?”“Masuk aja! Nggak dikunci kok,” ujar Asri.Tyas kemudian membuka pintu kamar. Mendapati sahabatnya sedang berbaring di kasur membuatnya makin khawatir. “Kamu nggak apa-apa?”“Hmm,” jawab Asri.“Lagi ngapain? Nggak enak badan beneran?” tanya Tyas.Asri kemudian bangkit. Dia duduk di atas kasur, sementara Tyas duduk di depannya. Tyas
Read more

Bab 10.3 | Jual Mahal, Dong!

“Apa?” tanya Asri.“Kau jelek kalau bangun tidur,” kata Aryanaga. Entah itu pujian atau hinaan, tapi lebih seperti hinaan.“Emang,” jawab Asri.“Meskipun begitu aku suka,” ucap Aryanaga.Anjir, pagi-pagi udah nge-flirt! Asri langsung kembali ke kamar kosnya. Menyesal ia langsung keluar kamar pagi ini.“Aku tunggu di meja makan, sarapan bareng ama orangtuamu!” ucap Aryanaga.Asri yang sudah masuk ke kamarnya segera membangunkan Tyas. Dia bergegas mandi, setelah itu gantian Tyas yang mandi. Asri segera ganti baju untuk masuk kuliah. Seharian ini jadwalnya penuh, maka dia harus memastikan semuanya baik-baik saja dan tidak kekurangan suatu apapun.Asri mempersiapkan buku-buku yang dia bawa, peralatan make-up, setelah itu dimasukkan semuanya ke d
Read more

Bab 11.1 | Sendirian

Seorang laki-laki sedang duduk di sudut alun-alun Kota Batu. Dia adalah Edo Susantyo. Terlihat uap tipis mengepul dari mulutnya. Dia merasa kesal, karena sudah tiga batang rokok dia habiskan hanya untuk menunggu anak buahnya untuk segera menemuinya di tempat yang terlihat banyak para pengunjung di sana. Dari kejauhan ada bianglala besar. Apabila naik ke benda tersebut, maka nyaris seluruh kota Batu bisa terlihat dari atas sana. Beberapa orang laki-laki tak lama kemudian mulai menghampirinya. Kontras sekali penampilan mereka dengan penampilan necis Edo. Ada alasan khusus kenapa lelaki berjambang tipis ini sampai harus berada di Kota Batu, yang notabenenya masih brada di dalam wilayah Malang Raya. Apalagi kalau bukan mengejar mantan kekasihnya, Asri.“Bagaimana?” tanya Edo. Dia matikan lalu menginjak putung rokoknya.“Ketemu bos. Fix ini dia,” jawab salah satu di antara orang-orang tadi.
Read more

Bab 11.2 | Sendirian

“Bajingan!” umpat Asri. Demi apapun yang ada di dunia ini, saat ini Asri benar-benar emosi berat. Dia sudah bertengkar dengan orang tuanya. Ia sudah kehilangan ponsel, perutnya lapar dan satu-satunya harapan dia malah sekarang merangkul perempuan lain.“Brengsek!”Gadis berkacamata ini terus mengikuti Edo sambil menjaga jarak. Ia tak mau Edo mengetahui kalau sedang diikuti. Setelah Edo ke meja resepsionis, Asri terus memperhatikan dari jauh sambil menjaga agar tidak ketahuan. Sorot matanya menatap tajam nomor kunci yang sedang diserahkan oleh resepsionis kepada Edo. Kamar nomor 302.Segala hal negatif langsung menyerang kepala Asri. Gadis ini mulai berpikir keras, kenapa Edo tak bisa dihubungi? Apakah mungkin gara-gara bersama perempuan ini? Siapa perempuan ini? Keluarganya? Tidak mungkin. Kenapa juga mereka berciuman, sambil masuk ke dalam hotel? Sinting. Asri masih belum ya
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status