Home / Romansa / Terjerat Gadis Manja / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terjerat Gadis Manja: Chapter 21 - Chapter 30

70 Chapters

Terima Cintaku

“Kamu bisa ngerasain, kan?” Bianca mengangguk pelan. “Aku mau detakan gila ini masih bisa kamu rasakan di jantung kamu juga. Karenaku …”Bianca lantas mengangguk, tidak mampu mengeluarkan suara dari tenggorokannya. Semua terlalu tiba-tiba, tapi sangat melegakan hingga rasanya Bianca ingin mengingat hari ini sebagai hari paling indah untuknya.Morgan menarik Bianca dalam dekapannya. Erat, seolah tidak ingin Bianca menjauh satu jengkalpun darinya. Mengetahui Bianca masih menyimpan perasaan cinta untuknya, Morgan tidak tahu hal apa lagi yang membuatnya bisa sebahagia ini. Bianca membalas tidak kalah eratnya. Membuktikan bahwa ia menginginkan hal ini sejak lama. Mendapati Morgan membalas cintanya.“Makasih untuk tetap cinta sama pria bodoh sepertiku.”Morgan melepas pelukannya, beralih menarik tengkuk Bianca untuk menyatukan kening mereka. Saling berpandangan dalam jarak dekat, tidak peduli den
Read more

Calon Direktur Prima Growth Company

Morgan bergerak kecil sebelum matanya terbuka untuk bangun. Diliriknya jendela besar di sisi kiri, memperlihatkan langit yang sudah menggelap. Jam digital di meja nakasnya menunjukkan angka 19.02.Morgan mendudukkan tubuhnya. Tubuhnya sudah luar biasa baik, peningnya tak lagi tersisa, dan tenaganya terasa pulih setelah melewati masa penuh haru saat ia mengungkapkan perasaannya terhadap Bianca dan meluruhkan semuanya dengan tangisan bersama gadis yang kini resmi menjadi miliknya.Tadi, setelah saling menumpahkan tangisan di atas lantai dingin dapur, Bianca menarik Morgan untuk memakan makan siangnya berupa bubur ayam. Hanya 3 suapan, Morgan menyerah untuk lidahnya yang pahit. Selanjutnya gantian Morgan yang menarik Bianca untuk ke kamarnya. Membawa Bianca berbaring dan memasuki dekapannya, dengan dalih ia membutuhkan Bianca untuk menemaninya istirahat meski sejujurnya ia hanya ingin menikmati lagi detakan indah yang tercipta di jantungnya karena B
Read more

Pria Ganteng Itu Milik Bianca

Jam silver di dinding ruangan menunjukkan pukul delapan pagi. Jika hari biasanya Morgan masih sibuk dengan kancing kemeja dan tautan dasi sebelum berangkat ke kantor demi mengumpulkan pundi-pundi uangnya, maka hari ini ia tidak melakukan hal serupa. Sosok Presiden Direktur itu nampak berbeda dari kesehariannya, terlihat dari penampilan khas bangun tidur lengkap dengan piyama dan wajah sembab. Jauh berbeda dari kesan angkuh dan maskulin yang seolah merekat kuat dalam dirinya.Oh, jangan lupakan senyuman cerahnya. Alasannya? Yang pertama, karena ia menikmati jadwal cuti paksa seperti yang sempat sekertarisnya katakan tadi malam.Awalnya Morgan berniat ke kantor karena kondisi tubuhnya memang tidak separah yang orang bayangkan karena jika ditilik lebih lanjut, sakitnya bukan dari fisik melainkan tekanan batin. Namun memiliki teman baik seorang dokter tidak selamanya menyenangkan. Terbukti dari perintah Reynald yang meminta Doni mengosongkan jadwal M
Read more

Restui Hubungan Kami

“Kak, aku mau beli kopi bentar.”“Kopi nggak baik buat kesehatan kamu, Bi.”Morgan –sok— bernasehat, meski beberapa hari belakangan kopi seolah menjadi temannya. Bianca yang tentunya masih ingat dengan penjelasan Jongin tentang kebiasaan Morgan selama ia pergi, hanya memutar bola matanya malas.“Aku tau. Tapi setidaknya aku nggak minum kopi berlebihan sampai pingsan di depan tempat pemakaman.” sindir Bianca dan menyebabkan sosok lain dalam mobil menoleh cepat kearahnya. Dengan segera mobil itu berhenti di depan sebuah café, di mana Morgan sering menemukan Bianca pergi ke sana atau mungkin sudah menjadi pelanggan tetap di sana.“Cepat ke sana, cuma lima menit.”Kontan saja Bianca bersorak dalam hati. “Kamu nggak mau?” tanyanya.“Nggak. Aku nggak mau pingsan saat menyetir.” Bianca terkekeh pelan, lalu mengecup singkat pipi kiri Mor
Read more

Berani Ciuman Depan Umum

“Bee …” Suara Vyan melunak, namun Karen justru beringsut masuk ke pelukan Vyan. Memeluk pria itu seerat mungkin demi meredam emosinya.Satu-satunya sosok yang masih terdiam adalah ibu Vyan. Wanita itu lagi-lagi terhenyak dengan reaksi Karen yang di luar ekspektasinya. Ia kira Karen akan menangis ketakutan, ataupun berlutut agar ia tidak melanjutkan ancamannya. Tapi, apa yang terjadi? Karen justru melawannya tanpa rasa takut dan kini berusaha meredam emosi putranya agar tidak meledak.“Mama liat, kan?” Vyan kembali berucap dan semakin mengerat pula pelukan Karen ditubuhnya. “Mama udah bikin gadis yang aku cintai menangis ketakutan. Bukan takut karena Mama akan bikin hidupnya berantakan, tapi takut kalau Vyan akan benci Mama setelah ini.”“Aku nggak tau ini keberuntungan atau bukan. Yang jelas, secara nggak sengaja melihat Mama kembali maksa Karen buat putus sama aku, udah cukup nambahin kekec
Read more

Pria Tak Mengerti Perasaannya Sendiri

“Semuanya udah berakhir. Gue dan Bianca sepakat lupain masa lalu kita.” Morgan tersenyum tulus ke sahabatnya. “Semua berkat bantuan lo juga, Rey. Thanks!”Reynald balik tersenyum lalu meraih tas kerjanya. “Bianca emang gadis paling baik kedua yang pernah gue temui setelah Nesha. Jangan pernah sia-siain dia lagi karena gue nggak mau liat lo sekarat lagi kayak kemaren. Ngomong-ngomong, gue harus pergi ke RS sekarang.”“Jadi lo kesini cuma buat lihat kondisi gue?”“Hm. Walaupun alasan utamanya adalah gue mau tau gimana perkembangan hubungan lo sama Bianca. Lo tau, mikirin lo dan Bianca buat gue ngerasa kayak berselingkuh di belakang Nesha.”Morgan tertawa kecil dan ikut berdiri. “Thanks, bro! Gue nggak tau gimana jadinya kalo kemarin nggak ada lo.”“Ck! Gue tau. Well, selamat ngobrolin bisnis yang nggak gue ngerti sama Sekretaris lo.” Reynald ber
Read more

Be With

Bianca menghela napas kecil saat dinginnya jus dalam kaleng menyentuh kerongkongannya. Siang ini terasa lebih panas dari biasanya.Bianca berdiri di depan halte bis, memutuskan untuk pulang menaiki bis alih-alih menelepon Morgan atau sopirnya untuk menjemputnya. Ia hanya mengirimkan pesan pada Morgan atas kepulangannya. Entah kenapa hari ini Bianca ingin merasakan naik bis kembali, setelah cukup lama ia tidak menaiki transportasi umum itu.Sebuah bus berhenti di depannya. Dengan semangat Bianca melangkah masuk dan bernapas lega melihat kondisi bus yang cukup sepi. Ia memutuskan untuk duduk di kursi belakang dan di dekat jendela, sembari mendengarkan lagu dari earphone putih kesayangannya.Suasana hati Bianca sangat bagus hari ini. Hal itu dikarenakan oleh keberadaan Morgan yang kembali melingkupi hari-harinya. Dan berbeda, tidak ada lagi goresan perih saat menemukan Morgan di dekatnya. Morgan benar-benar memiliki penawar untuk menyembuhkan
Read more

Menjaga Wanita yang Demam Itu

Pukul lima sore yang sudah gelap. Mendung menggantung di langit namun rintikan hujan belum terlihat.Sebuah mobil berhenti di pekarangan rumah Keluarga Bianca yang luas. Sepuluh detik kemudian, seseorang muncul dari dalam mobil seraya menggenggam ponselnya. Morgan, yang menganggap dirinya bukan tamu yang harus menekan bel rumah demi dibukakan pintu utama, langsung memasuki rumah besar itu.Sudah lama Morgan tidak datang kemari, mungkin dua atau tingga minggu yang lalu? Yang jelas sebelum hubungannya dan Bianca membaik seperti sekarang.Morgan sudah melewatkan waktu bertemu Bianca, bahkan tidak sempat menjemput Bianca dari kampusnya. Lebih tepat, Morgan tidak tahu kapan urusan Bianca akan berakhir sedangkan saat Morgan bertanya, ternyata Bianca sudah di rumahnya dan pulang menaiki bus.Morgan sedikit kesal, bagaimanapun ia berjanji untuk menjemput Bianca sementara gadis itu menyelesaikan urusannya. Namun ternyata, Bianca malah pulang
Read more

Rengkuh dan Kecup

Morgan menuruni tangga seraya sibuk dengan ponselnya. Besok ia sudah mulai bekerja dan sekretarisnya –Doni- sudah membawa beberapa file dan laptop kerjanya tadi, saat Morgan menyuruhnya mengambil pakaian ganti.“Lo masih di apartment gue?”Morgan berbicara di telepon, dan pria tinggi bernama Vyan adalah lawan bicaranya.“ ...”“Lo bisa nginep di sana. Gue nggak bisa pulang malam ini.”“ ...”“Hm. Bianca sakit. Gue nggak tega ninggalin dia sendirian. Well, walaupun ada pelayan tapi mereka nggak mungkin jagain Bianca sepanjang malam.”“ ...”“Ya. Gue yang minta tolong Doni buat ngambil pakaian termasuk setelan kantor.”“ ...”“Oke. Gue tutup.”Klik!Morgan meletakkan ponsel ke dalam saku celananya. Kini ia tengah duduk di sofa, menghampiri laptop dan beberapa file yan
Read more

Berselimut Dekapan

“Ayo kita menikah!”Bianca membeku dalam sekejab. Mata rusanya yang masih memerah akibat demam, berpendar lurus di mata tajam Morgan. Mencari celah canda di sana dan -sayangnya- ia tidak menemukannya di paras tampan itu.Apa Morgan sedang dalam mode serius?Atau, Bianca yang salah dengar? Ia sedang sakit dan kemungkinan besar inderanya tidak berfungsi dengan baik untuk mencerna ucapan Morgan. Mungkin Morgan mengajak Bianca untuk 'tidur' bukan 'menikah' seperti yang Bianca dengar. Ya, mungkin seperti itu.“S-sepertinya aku salah dengar.”“Aku serius, Bi. Aku mau menikah denganmu. Dan kamu nggak salah dengar.”Dan di saat Bianca tengah bingung dengan isi pikirannya, maka Morgan seolah menyiram bensin dalam bara api. Pria itu memperjelas lagi, menunjukkan bahwa dirinya tidak salah minum obat ataupun mabuk atau Bianca yang salah dengar.Nyatanya Bianca sama sekali tidak salah deng
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status