Tiba-tiba Bianca merasa sentimental. Entahlah, semula ia sangat bahagia melihat kebahagiaan terpancar di sekitarnya. Namun tanpa bisa dicegah, kerinduan itu muncul ke permukaan hatinya, hingga tanpa sadar menggigit bibirnya untuk meredam tangis yang bisa menghancurkan suasana hangat itu. Bianca merindukan Papa dan Mama. Duduk di kursi makan bersama Adian, berdoa, dan menikmati makan malam dengan penuh canda dan keceriaan. Suatu ketika sang Mama memarahi Adian karena nilainya yang menurun, ketika sang Papa akan membela Adian setelahnya, dan ketika Bianca hanya mengejek adik lelakinya dengan leletan lidah. Hal sederhana itulah yang membuat Bianca lagi-lagi teringat keluarga utuhnya dulu. Meskipun ia telah dianggap sebagai anggota keluarga Morgan, tapi tetap saja, tidak ada yang mampu menggantikan kehangatan keluarganya sendiri, di mana Bianca dilahirkan dan dibesarkan dalam waktu dua puluh tahun ini. “Sudah! Sudah! Jangan bahas itu lagi!
Read more