Beranda / Pernikahan / Suami Tak Sempurna / Bab 221 - Bab 230

Semua Bab Suami Tak Sempurna: Bab 221 - Bab 230

241 Bab

Episode 221. Hanya Sally yang Tahu

Pembicaraan mereka berlima sungguh menyenangkan hingga jam makan siang tiba.   Mereka pun makan siang bersama di ruang makan. Tidak ada yang mempertanyakan soal Albert, Sally dan Marcell, padahal mereka masih berada di mansion, masih berkemas-kemas.   Setelah makan siang, mereka kembali berkumpul di ruang utama. Sambil menikmati potongan buah yang segar mereka berbincang-bincang dengan santai.   "Jadi mulai hari ini, Green dan Hana akan tinggal di mansion ini bersama saya," ucap Reyhans kemudian. Itu adalah pernyataan bukan pertanyaan. Artinya Hana dan Green memang harus tinggal di mansion.   "Kami tinggal di sini?" Mata Hana melebar. Tentu saja dia mau tinggal di sini. Sangat mau! Tempat ini dibangun begitu indah, sangat mewah, juga unik dan menarik. Tentu Hana ingin menikmati tinggal di sini bersama Green. Dia kemudian menatap kedua orang tuanya. Apakah orang tuanya akan sedih jika dia meninggalkan
Baca selengkapnya

Episode 222. Istri yang Bodoh

"Untuk dua hari ini kita menginap di sini sampai Papa menemukan rumah yang tepat untuk kita tinggali," ucap Albert. Wajahnya terlihat sangat lelah dan ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa kamar hotel itu. Mereka memesan dua kamar, tetapi saat ini Marcell berada di kamar orang tuanya untuk berdiskusi. Sebenarnya Marcell malas berada di ruangan ini bersama kedua orang tuanya. Itu karena dia sangat kecewa dan membenci perbuatan Sally dan Albert. Tetapi walaupun perbuatan orang tuanya sangat tercela, mereka tetap adalah orang tua yang sangat baik dalam memperlakukan Marcell. Mereka selalu memberikan kasih sayang dan cinta yang melimpah ruah untuk Marcell. Mereka mendukung dan memanjakannya. Hati Marcell sama sekali tidak bisa menyingkirkan fakta itu. Itu sebabnya dia mau duduk di situ dan membahas masa depan bersama mereka. Sally menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dan memijat kedua pelipisnya. Tidak lama setelah itu, ia kembali menatap
Baca selengkapnya

Episode 223. Albert Kecewa

Marcell segera berdiri dan menghampiri papanya. "Pa, tenangkan dirimu," ucapnya sambil memegang kedua bahu papanya.   "Bagaimana....bagaimana bisa aku tenang!" teriak Albert. Tangannya gemetar menunjuk ke arah Sally. "Gara-gara dia....gara-gara dia, aku membuang anak kandungku sendiri. Dan gara-gara dia, papa kandungku jadi membenciku. Sekarang, untuk mencoba bangkit pun dia juga yang langsung menghancurkan. Aku tidak mengerti...aku sungguh tidak mengerti pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku mencintai wanita iblis seperti dia?"   Tangis Sally mengeras mendengar ucapan Albert. Sally tahu Albert pasti membencinya saat ini.   Marcell mengatupkan mulutnya. Ingin sekali dia berkata bahwa papanya juga berhati iblis. Kalau tidak, mana mungkin bisa terpengaruh oleh keinginan jahat mamanya. Tetapi keadaan tentu akan semakin kacau jika dia berkata seperti itu sekarang. Marcell sungguh stres menghadapi semua ini. Dia juga ingin
Baca selengkapnya

Episode 224. Wangi Sekali

16+   "Aku ingin segera ke kamarku, tapi ada yang ingin kutanyakan pada Papa dan Mama," ucap Marcell setelah mereka selesai berembuk tentang rencana ke depannya   "Tanyakanlah," sahut Albert.   "Apa yang membuat Papa tega membuang Green padahal dia adalah darah daging Papa sendiri?" tanya Marcell.   Albert mendesah. "Ini karena pengaruh mamamu. Berawal dari mamamu yang sangat kesal dan cemburu karena kakekmu terlihat lebih sayang pada Green daripada kamu."   "Tapi ini bukan sekedar karena pengaruh Mama, Marcell," sela Sally. "Sewaktu Green masih balita, dia bukan hanya sering kejang, tetapi dia juga terlihat bodoh, apalagi saat dia menatap, terlihat sekali bodohnya. Papamu merasa malu terhadapnya, itu sebabnya dia setuju dengan Mama untuk menyingkirkannya." Sally menjelaskan apa adanya. Dia tidak mau jika hanya dirinya saja yang dinilai buruk oleh putranya.  
Baca selengkapnya

Episode 225. Mirna dan Budi

Budianto Assa dan Mirna Wati bersama putra mereka Rafa saat ini berada di mobil dalam perjalanan menuju ibukota. Tadi mereka dijemput dan diminta mengemas semua barang-barang mereka yang berharga.   "Yeeeeeeiiii! Akhirnya aku akan bertemu Kak Green. Aku kangen banget sama Kak Green!" Rafa tampak riang gembira.   Budi dan Mirna tersenyum melihat putra mereka yang begitu bersemangat.   "Benarkah kita akan menetap di ibukota, Bu?" tanya Rafa menatap ibunya dengan tatapan berbinar. Tentu saja dia berharap jawabannya adalah iya.   "Iya, sepertinya begitu," jawab Mirna. Mereka diminta mengemas barang, apa lagi kalau bukan akan menetap di ibukota?   Mata Rafa melebar. "Ayah! Kalau kita pindah ke sana, berarti ayah tidak bekerja lagi dong?" Rafa tampak agak cemas.   "Sepertinya ayah akan mencari pekerjaan yang baru nanti."   "Ayah minta pekerjaan
Baca selengkapnya

Episode 226. Berita Buruk

Seperti biasa setiap pagi sambil menunggu Evelyn menyajikan sarapan, Alex menonton berita di televisi. Mata Alex melebar saat dia melihat berita yang cukup menggemparkan. "Apa ini?" gumamnya heran.   "Ada apa, Pa?" tanya Veronika yang sedang santai menuruni tangga. Dia sudah bersiap-siap, tinggal sarapan lalu berangkat ke kampus.   Alex tidak menjawab pertanyaan putrinya, sebaliknya mata dan telinganya tampak berfokus pada berita yang disajikan. Veronika penasaran. Dia menghampiri papanya dan ikut menonton. Seketika matanya melebar melihat berita tak terduga itu. Tanpa sadar tangannya menutup ke arah mulut.   "Bagaimana bisa tiba-tiba begitu? Apa yang terjadi, Pa?" tanya Veronika heran.   Evelyn menghampiri mereka. "Ada apa? Serius banget? Ayo sarapan dulu."   Veronika menyahut, "Ini, Ma. Beritanya, Tuan Albert Williams, papanya Marcell, tidak lagi menjadi CEO di Williams Global
Baca selengkapnya

Episode 227. Bagaimana Bisa?

Marcell melangkah gontai menuruni tangga rumah baru mereka. Dua hari lalu mereka sudah benar-benar pindah ke rumah yang baru. Sangat repot dan melelahkan. Alisnya sedikit menaik saat melihat ibunya sedang mengumpat duduk di sudut sofa lantai bawah. Dia pun menghampiri Sally."Ada apa, Ma?" tanyanya walau dia sudah bisa menebak apa yang membuat ibunya itu marah."Marcell, kamu baru saja berhasil menjual mobilmu, dan setengah hari setelahnya, berita tentangmu yang telah menjual mobil pribadi tersiar dengan cepat hingga ke luar negeri. Semua orang menjadi riuh. Banyak sekali hinaan yang dilontarkan publik pada kita. Lihatlah ini!" Mata Sally yang semula marah kini menjadi berkaca-kaca saat ia mengulurkan ponselnya pada Marcell.Marcell menerima ponsel ibunya dan mulai membaca beberapa komentar netizen terhadap mereka."Kok jual mobil? Apa sudah nggak bisa makan?""Ya begitulah akhir dari manusia bejat dan serakah. Hahahaha! 😂😂😂""Padahal mer
Baca selengkapnya

Episode 228. Istri Pencemburu

Mirna Wati merasa tidak nyaman akan sikap Sally. Dia tahu bahwa Sally pasti merasa harga dirinya jatuh lantaran mereka bertetangga sekarang. Mirna sendiri tidak menyangka akan hal ini."Ini sungguh kebetulan, Nyonya Sally," tanggap Mirna dengan rendah hati. "Anda hendak ke mana? Mungkin kita satu arah. Kami bisa mengantar anda sekalian.""Tidak perlu," ketus Sally. "Aku yakin pasti kalian kan yang membocorkan masalah Green pada papa mertuaku? Itu sebabnya sekarang kalian bisa hidup enak. Sungguh licik!"Kening Mirna mengerut. "Tidak. Kami sama sekali tidak melakukan itu. Kalau kami ingin melakukannya, pasti sudah dari dulu kami lakukan. Kami tidak memiliki keberanian sebesar itu, Nyonya Sally.""Bulls**t!" umpat Sally.Mirna mendesah. "Baiklah kalau anda menolak tumpangan dari kami, Nyonya Sally. Kami permisi." Mirna lalu masuk ke dalam mobil dan mobil itu melaju pelan meninggalkan Sally yang berdiri tegang penuh emosi. Rasanya Sally ingin segera p
Baca selengkapnya

Episode 229. Perasaan Istri

"Marcell!" Veronika memberanikan diri memanggil Marcell dan langsung menghalangi jalannya. Dia mendongak menatap Marcell. Mereka saling menatap dalam diam."Apa?" Akhirnya Marcell yang duluan membuka mulut."Aku tidak tahu apa gosip itu benar atau tidak. Tapi kalaupun orang tuamu memang bersalah, aku merasa itu tidak adil jika orang-orang ikut menghinamu. Itu sebabnya aku tidak bisa menahan diri untuk memarahi mereka.""Oh. Tapi berhentilah ikut campur masalahku," ucap Marcell melangkahkan kakinya, tetapi lagi-lagi Veronika menghalangi."Kenapa sih kamu bersikap dingin begini, padahal aku kan bermaksud baik?" ucap Veronika dengan raut sedih."Kenapa memangnya kalau aku bersikap dingin? Kamu mau mengatakan bahwa aku adalah orang sombong seperti kata mereka semua?" Marcell bersedekap."Tentu saja tidak," sangkal Veronika cepat. Dia terlihat tampak ragu tapi kemudian dia bertanya, "Apa....kamu masih membenciku karena persoalan Hana waktu itu? Persoalan ancaman skandal yang kutujukan padan
Baca selengkapnya

Episode 230. Melawan Rasa Trauma

Tepat memasuki jalanan yang sepi, suara sebuah mobil dan deru motor yang tidak tahu berapa jumlahnya terdengar bising melomba mereka."Lihat!" seru Hana dengan kening mengerut dalam ketika terus mengamati jalan belakang."Jack, mereka ada banyak," lapor Julia dengan nada ringan."Siapa pun mereka, mereka jelas bermaksud jahat. Percepat laju mobil, kalau tidak kita akan terkejar, Jack!" seru Hana kembali dengan panik."Tidak sempat," ucap Julia."Bukan tidak sempat," ucap Jack saat sebuah mobil telah berhasil memblokir jalan mereka. "Hanya saja, bukankah tadi Nyonya Muda penasaran siapa mereka? Akan kucari tahu sekarang," sambungnya lagi.Hana terperangah mendengarnya. Dia memang sempat bertanya siapa mereka, tetapi bukankah tentu lebih aman jika mereka segera melarikan diri dari mereka?Suara deru motor yang begitu bising cukup mengganggu telinga mereka. Motor-motor itu segera mengepung mobil Jack."Mereka benar-benar banyak," gumam Green dengan kening mengerut.Tiga orang keluar dar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status