Semua Bab Suami Tak Sempurna: Bab 121 - Bab 130
241 Bab
Episode 121. Hari Sepi
Hana diam terpaku melihat hasil poin Green di dinding. Melihat Hana diam, Green semakin sedih. Dia sudah mengecewakan Hana. Sartika mengusap sisi bahu Green. "Tidak apa-apa. Ini cuma latihan. Yang terpenting Ujian Sekolah dan Ujian Nasional nanti." Green mengangguk lemah. Andai Hana yang berkata begitu padanya tetapi malah Sartika. Sementara itu pikiran Hana sedang mengembara. "Padahal Green sudah bersemangat belajar selama ini tetapi tetap gagal." Hana mendesah. "Hana, kenapa melamun? Ayo kembali ke kelas." Sartika menarik tangan Hana. Mereka bertiga berbalik menuju kelas. "Hana, maafkan aku. Aku tidak lulus." Green berucap lirih. "Green, kamu harus lebih rajin lagi belajar karena US dan UN sudah di depan mata. Aku tidak ingin kamu gagal seperti sekarang," tanggap Hana dengan wajah serius. Green menelan ludahnya dengan rasa sedih. Dia ta
Baca selengkapnya
Episode 122. Bertemu Marcell
Mata Sartika dan Hana cukup fokus ketika melihat spanduk besar bertuliskan Kejuaraan Touring Car Championship.   Memasuki area sirkuit, Hana dan Sartika segera mengambil tempat duduk dan mulai memperhatikan para penonton yang sudah asyik menikmati pertandingan yang sedari tadi berlangsung.   "Ramai juga ya! Aku tidak menyangka kita telat. Maafkan aku sedikit lambat karena sakit perut," ucap Sartika tidak enak hati.   "Tidak apa-apa. Aku juga bukannya suka melihat pertandingan seperti ini," sahut Hana agar Sartika tidak merasa bersalah.   Sartika terkekeh. "Aku tahu, ini semua demi Marcell."   "Iya. Makanya aku harus mendapat hasil. Aku tidak mau waktuku terbuang percuma, Sartika. Apalagi karena demi hadir di sini, aku jadi meninggalkan Green di rumah. Dia pasti kesepian di hari libur yang membosankan," lirih Hana.   "Um? Aku merasa kamu agak lebay, Hana. Eksp
Baca selengkapnya
Episode 123. Serba Salah
"Aku sudah dengar sih, toko itu memang menjual barang branded original. Benar-benar bagus banget!" Sartika terpukau menceritakan kejadian ketika mereka memasuki sebuah toko mewah yang terkenal di kota itu.   "Terima kasih ya, Hana. Aku suka banget dress-nya. Mahal lagi harganya. Bikin merinding."   Hana terkekeh. Sebenarnya Hanalah yang memaksa Sartika untuk memilih barang yang dia suka, karena sedari tadi Sartika hanya mengekori dirinya yang sibuk memilih barang belanjaan. Kalau tidak dipaksa, Sartika tidak akan mengambilnya. Dia memilih sebuah gaun biru selutut yang cantik seharga satu juta.   Sartika melirik tas belanja berisi jaket hoodie berwarna hitam dengan motif mata kucing putih, juga sneakers bercorak hitam dan putih. Dari sekian belanjaan Hana, cuma tas belanjaan ini yang berada di dekatnya. Yang lain ada di bagasi mobil.   "Hana, apa itu untuk Marcell?" tebak Sartika karena dia sudah meli
Baca selengkapnya
Episode 124. Kamu Istriku tapi Bukan Milikku
"Ada apa?" Green menoleh pada Hana yang mendongak padanya.   "Tolong jangan berwajah seperti itu. Kamu sering murung dan itu membuatku tak nyaman," ucap Hana dengan wajah sendu.   "Kamu sendiri tahu kenapa aku seperti ini. Haruskah aku selalu memasang senyum seolah tidak ada yang terjadi? Kamu istriku tetapi bukan milikku. Kamu bahkan akan segera menjadi milik pria lain. Haruskah aku bersikap riang?" lirih Green.   Hana dengan cepat berkata, "Aku tidak bisa membalas perasaanmu tapi aku bisa membuatmu lebih baik dan tentunya juga akan bahagia dengan membantumu untuk meningkatkan kualitas hidup. Aku sudah memilih universitas yang bagus untukmu nanti. Mudah-mudahan kamu bisa lulus." Hana terlihat kikuk.   "Hana, bersikaplah seperti di awal kita bertemu. Tolong jangan kaku dan menjaga jarak dariku. Kalau kamu seperti itu aku akan merasa kehilangan," pinta Green padanya.   Hana tampak
Baca selengkapnya
Episode 125. Terungkap
Hana langsung menoleh ke belakang dan terkejut bahwa yang berada di belakang mereka adalah Veronika. Wajah Veronika memerah dan sebentar lagi ia pasti akan meletus dan memuntahkan lahar panas.   'Jika itu terjadi, hancurlah semua rencanaku, begitu pula nama baikku! Hana, kau benar-benar bodoh! Kenapa kau selalu menunda persoalan ini? Kalau sudah seperti ini bagaimana lagi jadinya?' Hana mengutuki diri di dalam hati.   Cepat-cepat Hana membalikkan badannya.   "Veronika, ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Tolong, tolong jangan berteriak. Aku bisa menjelaskannya padamu," ucap Hana pelan dengan nada panik. Kali ini dia sungguh takut. Sementara Marcell tampak diam mengamati.   "Apa kau pikir aku orang jahat?!" ucap Veronika dengan suara mulai tinggi.   "Veronika, percaya padaku, aku tidak menggoda Marcell," lirih Hana dengan suara cepat.   "Diam kau, Hana. Jan
Baca selengkapnya
Episode 126. Marcell Berkeras
"Bisakah kita bicara berdua saja?" ucap Hana sambil melirik Veronika yang berlinang air mata. Marcell kembali menatap Veronika. "Pergilah. Tinggalkan kami berdua," usirnya. "Dan satu lagi, jangan sampai status Hana tersebar. Kalau tersebar, aku akan menuntut pertanggungjawaban darimu dan keluargamu." Veronika hanya mengangguk lemah, dan segera meninggalkan tempat itu. Hatinya telah hancur saat ini. "Sampai kapan pun Marcell tidak akan bisa menjadi milikku. Dia bahkan sangat membenciku," lirihnya dengan air mata yang kembali mengalir. Setelah kepergian Veronika. Hana kembali memulai percakapan. "Marcell, a-aku akan melakukan proses cerai setelah Ujian Nasional," ucap Hana gugup. 'Aku tidak boleh menyinggung masalah perceraian pada Green sampai ujian berakhir, kalau tidak, Green pasti akan kepikiran lalu ujiannya bisa gagal.' Marcell menyip
Baca selengkapnya
Episode 127. Untuk Membuatnya Tinggal
Hana menghembuskan napas berat saat dia sedang berendam di bathtub.   "Persoalan terberat dalam hidupku baru saja selesai dengan tuntas. Bahkan persoalan ini selesai dengan cara yang sangat mudah dan hasilnya sesuai dengan harapanku, juga keluargaku. Tapi dadaku malah terasa lebih sesak.."   "Tuhan.. Sebenarnya apa yang membuatku seperti ini? Aku bahkan tidak merasa senang sedikit pun," lirih Hana di dalam hati.   Hana memejamkan matanya.   "Sebenarnya aku tahu jawabannya. Mungkin karena aku merasa bersalah pada Green. Aku yang sudah menggodanya duluan hingga akhirnya dia mencintaiku. Dan sekarang, aku malah membuatnya terluka. Aku tidak bisa menutup mata akan hal ini."   "Aku akan menebusnya, Green. Aku akan membantumu untuk sukses dan mandiri, juga sehat kembali. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu." Tekadnya di dalam hati.   Selesai berendam, H
Baca selengkapnya
Episode 128. Bukan Bujukan dari Hati
"Saat tadi aku mengatakan pada Green bahwa kami akan bercerai, Green mengatakan padaku bahwa ia akan keluar dari rumah ini. Jadi, bisakah Papa membujuknya agar tetap tinggal bersama kita? Selama ini Papa dan Mama selalu bersikap dingin dan ketus padanya. Wajar saja dia tidak betah tinggal di sini. Jika Papa dan Mama membujuknya untuk tinggal dan bersikap ramah padanya, mungkin dia akan melunak dan mau tinggal bersama kita!" Anton mengangkat sebelah alisnya. "Apa Papa tidak salah mendengar? Kamu meminta Papa untuk membujuknya tinggal? Bukankah seharusnya saat ini dia yang merasa cemas takut diusir karena sudah tidak berguna bagi keluarga kita? Kenapa malah posisinya terbalik?" Kening Hana mengerut. "Apa yang sedang Papa katakan? Green tidak pernah takut meninggalkan rumah ini. Bahkan belakangan ini dia selalu mengeluh ingin kembali ke keluarga Assa karena perlakuan keluarga Winata yang begitu membencinya. Kalau bukan karena demi melindungiku
Baca selengkapnya
Episode 129. Membuatnya Sangat Sakit
"Ma, susul Hana. Sapa Marcell dengan ramah!" ucap Anton tersenyum sumringah. Jika mereka menyapa berdua bersama sepertinya terkesan berlebihan.   "Okay, Pa!" Jihan segera ke depan untuk menyapa calon menantu idaman masa depan.   Anton kemudian mengarahkan pandangannya pada Green. "Kalau kamu sudah memutuskan untuk keluar dari rumah ini setelah bercerai maka lakukanlah," ucap Anton dengan nada dingin. Dia tidak perlu berpura-pura lagi karena Hana sudah tidak ada di ruang makan itu.   "Baik," ucap Green tanpa ragu.   ***   Di sekolah, Marcell dan Hana tampak semakin akrab. Sementara Veronika tidak masuk sekolah hari ini. Dia masih merasa terpukul akan kejadian kemarin.   Di jam istirahat, Marcell melangkah ke luar kelas sambil menggenggam tangan Hana. Green hanya bisa diam menatapnya.   Tetapi suasana kelas segera riuh melihat adegan manis
Baca selengkapnya
Episode 130. Memiliki Dirimu
"Marcell, ini sudah jam delapan malam. Aku harus segera pulang." Hana menuntaskan makannya dengan lebih cepat.   "Kenapa? Aku kan sudah meminta izin? Lagian Om Anton sendiri bilang boleh saja agak lebih malam. Asalkan tidak lewat dari jam 11 malam." Marcell merasa tidak senang karena Hana terkesan buru-buru.   Mendengar itu, Hana kesal sekali pada papanya. Hana pernah berjanji pada Green jika dia harus pulang sebelum jam tidurnya. Dia tidak ingin melanggar hal itu. Suasana hati Green sudah cukup buruk, Hana tidak ingin menambah keburukan lagi.   Pada akhirnya Hana sampai di halaman rumah pukul setengah sepuluh malam.   "Apa aku boleh cium kamu?" tanya Marcell meminta izin sebelum berpisah.   Hana terkejut mendengarnya. "Itu...aku belum siap, Marcell," ucap Hana menolak halus.   Marcell hanya mengangguk dengan bibir mengerucut. "Kalau begitu masuklah ke dalam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
25
DMCA.com Protection Status