All Chapters of Between Two Loves: Chapter 11 - Chapter 20

123 Chapters

Bab 11 Romansa Rintik Hujan

Bab 11 Romansa Rintik Hujan     "Sayang, mengapa kelihatan murung? Ada apa? Apa ada sesuatu yang kau pikirkan? Cerita dong! Jangan di pendam sendiri," Brandy mendekatiku.     Aku merasa dilema. Apa harus aku menceritakan semuanya pada Brandy?      Namun, harus berpikir dua kali untuk mengatakan kenyataan yang aku hadapi. Pertanyaannya, pantaskah? Pantaskah seorang suami sebaik Brandy harus mendengar kenyataan pahit itu? Kalau seandainya dia tahu apa yang telah terjadi, mungkin saja dia akan marah dan langsung menceraikan aku.     Tidak, aku tidak ingin itu terjadi. Aku belum sanggup kehilangan suamiku.      Kulihat Brandy beranjak dari duduknya, aku membiarkan saja. Sejenak kemudian ia kembali dengan sebuah gelas di tangan.     "Minum dulu, Sayang. Supaya rileks. Ini aku bawakan suplemen makanan untukmu, di minum ya,"   
Read more

Bab 12 Pengintai Kemesraan

Bab 12 Pengintai Kemesraan "Lihat langit, mendung. Karena itu cuaca menjadi dingin. Tapi  aku merasa suasana ini hangat," ucapnya datar.      "Oh ya?" Timpalku seolah ingin menebak.      "Kau tahu kenapa, Mera?"      Aku menggeleng pelan.     "Karena ada kamu, kamu yang membuat suasana berbeda," tawa renyahnya mengalir.       "Gombal," imbuhku.   "Kau tidak percaya, Mera?"     Brandy membalikkan tubuhku, hingga kini wajahnya berada berhadapan denganku.     "Kau satu-satunya wanita yang berhasil membuatku jatuh cinta. Senang sekali rasanya aku berhasil menjadikanmu istri," ujarnya.     "Bagaimana menurutmu? Apa aku tampan?" Tanyanya lagi.     Pertanyaan konyol.     "Menurutmu sendiri bagaimana?" Aku balik bertanya.
Read more

Bab 13 Ipar Pengusik Ketenangan

Bab 13  Ipar Pengusik Ketenangan     Uuuh Brandy, andai kau tahu siapa sebenarnya kakakmu itu. Tak sudi lagi rasanya aku melihat wajah Abraham s*alan itu.    "Untuk apa dia duduk sendirian di sana? Cuaca sedang tidak bersahabat begini, malah berdingin-dingin di sana, nanti bisa sakit." gerutu Brandy           Sebentar kemudian sosok Abraham beranjak, lalu berjalan masuk ke arah ruangan Villa.Ada apa dengan pria itu?     "Mungkin dia sedang ingin menikmati hujan." Jawabku sekenanya.     "Kasihan Kak Abraham, harus sendirian. Tapi salah sendiri mengapa tidak ingin segera menikah. Lama-lama bisa jadi perjaka tua dia," Brandy berucap sambil terkekeh.      "Yuk, kita masuk, cuaca bertambah dingin. Sepertinya sebentar lagi hujan akan semakin deras,"     Tiba-tiba Brandy menggendong tubuhku. 
Read more

Bab 14 Melupakan Itu Tak Mudah

Bab 14 Melupakan Itu Tak Mudah     "Mana serangganya?" Aku kembali mengingat ke ucapan Brandy semula.     "Tidak ada serangga, Sayang. Adanya ini,"    Brandy menyerahkan kotak itu ke tanganku. Aku menyambutnya riang.     "Apa ini? Untukku? Cantik sekali!" Ulangku lagi.     "Ya, Mera. Aku membelikan hadiah ini khusus buat kamu. Bukalah!"     "Oowh, terimakasih, terimakasih,"     Perlahan aku membuka kotak kecil tersebut.     What ...? Begitu kotak itu kubuka, terlihatlah sebuah untaian rantai halus dan elegan keperakan dengan sebuah mata liontin yang berwarna biru berkilau.     Aku terkesima.     "Bagaimana? Apa kau menyukainya?" tanya Brandy meminta pendapatku.     "Ooh, tentu saja, tentu saja. Mmm, sebaliknya apa kau tidak rugi menghabisk
Read more

Bab 15 Moment Yang Telah Usai

Bab 15 Moment Yang Telah Usai       "Sekarang aku berbicara sebagai  kakakmu, dan juga sebagai sesama laki-laki. Tolong,  jagalah Mera baik-baik. Jangan sampai kau bertindak menyakitinya. Buatlah dia bahagia sekuat yang kau mampu," suara Abraham.   Abraham, Abraham. Sebelum kau berpesan demikian, seharusnya kau sadar, bahwa kaulah pria pengusik ketenanganku.     Aku merasa tidak enak dengan kehadiran Abraham di villa ini. Aku tidak menyukainya..    Bergegas aku mengganti pakaian. Dalam hati aku berharap Abraham akan segera berlalu dari sini. Aku tidak ingin terus-menerus terganggu karena kehadirannya yang lambat laun bisa saja membuat Brandy curiga.      Sedikitpun aku tidak ingin membuat Brandy kecewa hanya karena kelakuan b*jat Abraham.      Katanya mau le luar negeri, tapi mengapa pria itu belum pergi juga? Apa itu  hanya akal-ak
Read more

Bab 16 Seberapa Istimewa Wanita Yang Menyakiti Kakakku?

Bab 16 Seberapa Istimewa Wanita yang Menyakiti Kakakku?    "Ya, kamu benar, Mera. Aku sampai heran di buatnya, memangnya seberapa istimewakah wanita yang telah menyakiti hati kakakku? Hingga nyaris membuat kakakku linglung. Apakah dia putri dari pengusaha besar? Apa dia lulusan Oxford atau Harvard? Namun, semegagumkan apapun gadis itu, dia tidak patut untuk menyakiti kakakku separah ini. Andai saja aku tahu siapa wanita itu, uuuh...!"     Ku lihat ada emosi menyeruak dari raut wajah Brandy. Andai saja kau tahu Brandy, akulah wanita yang sedang kau bicarakan.  Tapi, aku tidak merasa seistimewa yang dia kira. Buktinya aku di sini biasa-biasa saja. Aku gadis biasa, bukan lulusan Oxford atau Cambridge, tapi justru lulusan UI. Aku penyuka budaya lokal. Dulu pernah mengeyam pendidikan di University of Melbourne, namun tidak begitu lama, aku akhirnya lebih memilih pulang ke Indonesia dan melanjutkan kuliah di negeri tercinta ini. B
Read more

Bab 17 Lagi-lagi Abraham

Bab 17 Lagi Lagi Abraham     Kali pertama aku menerima ungkapan cinta dari seorang laki-laki.      Apa aku polos? Tidak. Hanya saja aku masih terlalu kaku untuk hal seperti ini.      Ingat, hanya pelukan. Dekapan Abraham pun tak kubiarkan untuk berdurasi lama. Sebab, naluri ketimuran masih melekat erat padaku.      Kurasa waktu yang berjalan cukup singkat itu, cukup untuk membuat hati bergemuruh.     Tak banyak kata yang mampu kuucap saat itu.      Namun, dengan segala kedekatan kami, tak pernah sekalipun Abraham  bersikap lebih. Maksudnya, ia tak pernah mencoba menyentuhku lebih dari batas kewajaran.     Seringkali di pagi buta, aku dikejutkan oleh buket bunga yang ia taruh didepan pintu. Biasanya di sela-sela kuntum-kuntum tersebut ia menyelipkan secarik kertas dengan kata-kata cinta untukku. 
Read more

Bab 18 Dilema Yang Membuncah

Bab 18 Dilema Yang Membuncah     "Iya ini buah kesukaanku. Makasih ya," ucapku.     "Makasih untuk apa?" Brandy menyipitkan mata.     "Terima kasih sudah membelikan buah favoritku," jawabku sembari menikmati potongan apel merah merekah tersebut.      "Ooh itu, Itu tadi Kak Abraham yang membawakan,"     Uhuk ..! Uhuk ...!     Potongan apel yang masih tersisa di tangan kuletakkan kembali ke atas meja.     Abraham lagi, Abraham lagi. Lama-lama pria itu semakin membuatku bosan.     "Kenapa, Sayang?" Brandy menyentuh bahuku.     "Eh tidak. Aku tidak apa-apa." Jawabku cepat.     Untuk menghindari kejanggalan, aku kembali menikmati potongan apel yang tadi kutaruh di atas meja. Peduli amat dengan yang  membelikan. Brandy pun ikut nimbrung menikmati.
Read more

Bab 19 Semeja Dengan Mantan Memang Tak Mudah

Bab 19 Semeja Dengan Mantan Memang Tak Mudah     Siang ini, Mobil melaju memasuki sebuah pekarangan rumah yang cukup megah. Beberapa waktu lamanya kami menghabiskan waktu bersama sebagai suami istri, hari ini moment dan itu telah berakhir.     Di teras rumah, Nyonya Jonathan menyambut kami dengan muka penuh kehangatan. Beberapa asisten segera mengangkat barang kami dari dalam mobil ke dalam rumah. Serasa jadi tuan putri saja aku di rumah ini. Apa-apa serba di layani.     "Assalamualaikum," ucapku dan Brandy bersamaan sembari merundukkan tubuh sedikit.     "Waalaikum salam, selamat datang, anak-anakku." Sapa ibu mertua.      Tangannya menggandengku.        Masuk ke ruangan demi ruangan yang cukup luas, akhirnya mertua mempersilahkan aku untuk duduk di sofa ruang keluarga, di ikuti oleh Brandy dan Nyonya Jonathan sendiri.  &nb
Read more

Bab 20 Luka Di Kepala Abraham

Bab 20 Luka Di Kepala Abraham"Bagaimana, menantuku? Apa hidangannya lezat?" Tanya Nyonya Jonathan meminta pendapatku.     "Tentu saja, Bu. Lezat sekali." Aku menjawab.     "Masakan ini tadi Abraham yang request,  ternyata seafood jenis ini memang enak," ujar Nyonya Jonathan.      Abraham yang request? Hadeeh ....       "Kakak memang ngerti betul mana masakan enak," lanjut Brandy.          "Abraham, apa ini?" Nyonya Jonathan menyentuh kening Abraham. Semua orang yang berada di sana ikut melirik ke arah Abraham.     Aku terkhenyak.      Itu adalah luka membiru akibat lemparan gelas yang ku lemparkan padanya sewaktu di villa. Astaga, aku tidak mengira akan membekas separah itu.      "Itu bekas tertimpa guci, Bu." Timpal Brandy.     
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status