Beranda / Romansa / Mantan Istri / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Mantan Istri: Bab 151 - Bab 160

186 Bab

Kebaikan Intan

"A-apa maksudmu, Mas? Bukankah bapak bilang kalau uang itu dari Mas Baskoro? Jangan mengada-ada, kau hanya ingin aku menjauhi Baskoro dengan alasan seperti ini bukan? Samasekali tak masuk akal."Wulan bangkit dengan kesal, lalu berjalan keluar pintu tergesa-gesa. Ia terkejut saat melihat Baskoro berdiri mematung di pintu kamarnya."Mas...," gumamnya."Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk memberikan uang kepada kalian, bagaimana bisa aku tidak pernah tahu Intan ternyata sangat perhatian dengan detil seperti ini," lalu Baskoro akhirnya menegaskan.Waluyo juga ternganga melihat Baskoro yang mengatakan hal itu pada Wulan adiknya yang selalu terobsesi dengan Baskoro."Maafkan aku, salahku membohongi bapak bahwa uang ini darimu. Itu karena Intan juga memintaku merahasiakan uang ini darimu dan juga ayahku. Akhirnya...kau terpaksa mendengar juga kenyataan ini.""Tidak mengapa, aku menyukainya bahkan merasa sedikit bersalah. Bahkan orang lain seperti Intan sangat perduli dengan keluargaku."
Baca selengkapnya

Keluyuran

Bastian merengut mendengar jawaban Intan yang menganggap pendapat Baskoro tidak penting. Baginya figur ayah sangat mendominasi pikirannya."Bukankah kesopanan itu sangat penting, Mommy? Kenapa Mommy bilang begitu?" lirihnya tapi masih bisa terdengar di telinga Intan."Baik, nanti saja Mommy akan menelpon kembali."Intan menuju Mansion, hari semakin sore dan ia harus berjuang bersama Indra sendiri untuk mempersiapkan acara sederhana itu. Ia bisa melihat kebahagiaan ayahnya lagi setelah sekian lama hidup menduda. Ia juga bisa melihat Anita selalu tersenyum saat Abraham menatapnya.Lalu ia mendekati Indra yang termenung di balkon lantai atas seorang diri. Anak itu pasti sedang memikirkan Mellisa dan apa yang mereka hadapi saat ini."Apakah kau masih memikirkannya? Memikirkan apa yang harus kau lakukan saat ini?""Kak, aku merasa sangat patah hati," katanya pelan, hatinya seperti tertusuk duri."Kenapa? Apa kau akan membuat Mellisa merasa guncang dan merasa bersalah kepadamu? Kalau begitu
Baca selengkapnya

Merajuk

Bukan membalas ucapan Baskoro, Intan memilih diam dan pergi dari hadapan Baskoro dan ayahnya. Ia samasekali tak ingin melihat Baskoro malam ini. Akan tetapi tentu saja Baskoro tidak menyerah begitu saja. Ia tak mengerti kenapa Intan sampai semarah ini saat ia datang."Intan, kenapa sih?" ujarnya sambil mencekal lengan Intan agar tak terus menjauh.Intan melihatnya sebentar lalu mengibaskan lagi tangannya. Iapun masih melangkah menjauh."Intan, please, jelaskan padaku kenapa kamu marah, oke?" pinta Baskoro dan menggenggam tangan Intan."Lepaskan!" bentak Intan."Tidak mungkin, aku tidak akan melepaskan tanganmu sebelum kau menjelaskan apa yang membuatmu begitu marah.""Aku? Untuk apa aku marah? Seharusnya aku bagaimana dengan tingkahmu?" ketusnya."Tingkahku? Apa maksudmu, Intan? Apa salahku sebenarnya? Selama ini kau selalu berterus terang dalam menegur kesalahanku. Tapi lihatlah ini, kau bahkan tidak mau menjelaskan apa yang sebenarnya membuat kamu sangat marah.""Maksudmu kau bisa
Baca selengkapnya

Rayuan

Baskoro sempat tersenyum, melihat bagaimana Intan merajuk kepadanya."Astaga, apa yang harus aku lakukan?" gumamnya kemudian.Lalu ia melangkah mengikuti Intan ke ruang utama yang sudah dipenuhi para tamu undangan.Baskoro mengambil posisi berdiri di samping Intan. Menyambut beberapa tamu dengan senyuman mengembang, memberikan ucapan selamat datang di sisi Intan.Sesekali ia melirik wanita di sampingnya, dan terkadang mereka saling bertemu pandang. Akan tetapi Intan selalu saja melengos kesal.Lalu Baskoro mengambil kesempatan untuk merangkul pundak Intan, tapi Intan dengan cepat menepisnya."Ssst...banyak orang melihat. Ingat loh...kita ini pasangan romantis.""Itu dulu, aku tidak perduli sekarang ini!" ketusnya."Hallo...Intan, kamu tambah cantik nih," kata seorang wanita berpenampilan glamor menyapanya. Dia adalah salah seorang kerabat ayahnya. "Oh ya, ini ya calon suamimu. Waah, kalian memang pasangan serasi loh. Kapan nih rencana merid?""Ah Tante...belum ada kok, belum ada renca
Baca selengkapnya

Keajaiban

Dengan sekuat tenaga, Intan berhasil mendorong tubuh Baskoro menjauh. Kedua bola matanya melotot seperti mau keluar. Napasnya tersengal karena perlakuan Baskoro yang menghimpit tubuhnya."Kau tak berpamitan dengan aku, dan menerima telepon diam diam. Seharusnya kau bilang kemana dan dengan siapa kau akan bertemu."Baskoro tersenyum. Ia sadar, panggilan Wulan di tengah malam itu semenit setelah Intan memasuki kamar tidurnya. Jadi kemungkinan besar Intan menguping pembicaraannya untuk bertemu dengan seseorang.Ia ingin menjelaskan, akan tetapi sebenarnya ia berniat untuk menyelesaikan tanpa Intan harus tahu. "Kalau aku mengatakan akan menemui Wulan, kau pasti lebih cemburu lagi," katanya."Ah, alasan saja. Seharusnya kau bilang saja sehingga aku tidak punya praduga.""Aku mau cerita, tapi sulit sekali menghubungi mu saat itu. Kau bahkan memutuskan sambungan telepon dariku. Sebenarnya, ayah Wulan sedang sakit keras sehingga ia berharap aku datang menjenguknya meskipun cuma beberapa meni
Baca selengkapnya

Jangan Menunggu

Indra sedikit melihat ke arah Mellisa yang merasa marah kepadanya. Ia tahu, ucapannya terlalu kejam untuk Mellisa saat ini. Akan tetapi melepaskan diri dari menutup mata juga lebih sulit untuk saat ini.Demi kehidupan tanpa penyesalan, iapun harus berpikir lebih baik dan dewasa."Indra, aku mohon. Bisakah kau memikirkan lagi untuk kita?""Mellisa, aku justru memikirkan masa depanmu yang lebih baik. Kau tak boleh menyesali hidupmu. Untuk apa kau percaya pada pria sepertiku? Cinta bagiku tidak lebih penting dari karir yang akan kuraih. Aku juga tak ingin menyesal sehingga menyia nyiakan kesempatan untuk memiliki karir yang bagus. Mellisa, jangan buang waktumu untuk menungguku. Aku sungguh tidak punya kepastian dengan pernikahan dini di usiaku ini. Percayalah, aku telah memikirkannya."Mellisa merasa kesal. Lalu ia memukul keras lengan Indra."Berengsek!! Kau pengecut!!" pekik Mellisa dengan air mata yang bercucuran. Indra pasrah dengan kemarahan Mellisa. Sejujurnya, hatinya pun sangat
Baca selengkapnya

Wasiat Ibu

Mellisa melangkah pergi dengan perasaan tak menentu. Pilihan itu pada akhirnya membuat dirinya tak berdaya. Akan tetapi sedikit demi sedikit ia yakin bisa mengatasi perasaannya saat ini. Untuk itulah ia memilih berdamai dengan kenyataan. Sebuah kenyataan bahwa Dokter Yusac adalah satu satunya jalan untuk ia bisa menentukan sikap.Malam ini iapun akhirnya menghubungi dokter Yusac untuk menjemput dirinya di mansion Abraham. Ia berharap ia bisa bernapas sejenak dengan kekecewaannya saat ini atas keputusan Indra."Masuklah," sambut dokter Indra dengan membuka pintu mobil untuknya."Terimakasih," ujar Mellisa lirih.Sekian lamanya mereka hanya diam membisu."Ehmm, Mellisa, aku sangat lapar sekarang ini. Bisakah kita mampir ke restoran sebentar?"Mellisa hanya mengangguk, bahkan sebenarnya iapun belum sempat mencicipi makanan hidangan pernikahan Abraham tadi.Di restoran, Mellisa masih bersikap canggung dan diam. Hingga beberapa orang pramusaji menyiapkan menu makanan di hadapan mereka."Ta
Baca selengkapnya

Orang yang Tak Peka

Indra masih meringkuk di bawah selimut tebal di kamarnya. Rasa letih membuatnya bangun kesiangan. Padahal ia sudah berjanji untuk menemui kelompok tim dan melakukan pengurusan keberangkatan secara gladi resik.Waktu yang semakin dekat, akan tetapi konsentrasi yang ia miliki sedikit kacau dengan adanya permasalahan dirinya dengan Mellisa. Mau tak mau ia harus menguatkan dirinya untuk melawan apapun yang melemahkan tekatnya.Intan menggelengkan kepalanya، melihat bagaimana Indra begitu santai sementara orang lain sudah tak bisa tidur memikirkan turnamen tersebut."Indra, cepat bangun. Hei!" Intan mencoba menggelitik pinggang Indra, hanya saja tubuhnya saja yang bergerak kesana kemari sementara matanya masih tetap terpejam.Sekali lagi ia menggelitik lebih keras, membuat tubuh Indra semakin menggeliat seperti cacing kepanasan. Kali ini bahkan sambil berteriak-teriak minta ampun."Bangun! Semua temanmu sudah menunggu!" teriak Intan di telinganya.Indra membuka matanya, menatap tajam dan s
Baca selengkapnya

Terimakasih

Intan menautkan alisnya saat mendengar penuturan Baskoro. Tidak memahami apa maksud dari perkataan tidak peka terhadap orang lain juga merasa bodoh dan tak berguna, tidak mengerti apa maksud ucapan terimakasih untuknya."Berterima kasih? Untuk apa? Apa aku melakukan sesuatu?""Saat aku kembali ke kampung, aku ternyata bisa melihat atas apa yang kamu lakukan, dan aku berterima kasih kepadamu.""Ooh, jadi kamu berterima kasih karena bisa bertemu dengan Wulan?""Intan, dengarkan dulu perkataan ku. Aku tahu kau sangat marah karena Wulan disebabkan rasa cemburumu, meskipun yang terjadi tidak seperti yang kau pikirkan. Aku kesana sungguh hanya memenuhi panggilan ayahnya dan Waluyo yang sudah menjadi keluargaku selama ini. Tapi kau selalu dibakar cemburu dan menuduh aku melakukan yang bukan bukan."Intan melengos, menatap kesal keluar kaca mobilnya."Waluyo sudah menceritakan semuanya tentang bantuan yang kau berikan untuk mereka. Aku bahkan tak mengira kau melakukannya di belakangku. Sebena
Baca selengkapnya

Kecupan Terakhir

Indra juga terpaku membisu dalam ucapan itu, akan tetapi ia tidak akan melampaui kesanggupannya. Ia harus bisa bersikap lebih rasional daripada egoisme seorang bocah lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis. Setidaknya pengorbanan saat ini akan lebih baik sebelum semuanya terlambat."Mellisa, aku sungguh mempercayai perasaanmu. Dan juga perasaanku, kau tak perlu meragukan lagi. Akan tetapi aku tetap tidak akan menempuh jalan yang tidak seharusnya. Kau boleh membenciku, menganggap ku pria buruk dan pengecut, kau boleh mengatakan aku brengsek atau apapun yang kau suka, tapi tolonglah, relakan aku untuk mengejar cita citaku. Seandainya nanti, di suatu waktu akan ada kesempatan untuk kita bersama, tentu saja kita akan mengingat janjiku saat ini, dan mungkin saja bagi kita untuk bersama kembali.""Aku tahu, tentu saja aku akan merelakan mu, dan kau merelakan aku. Jika suatu waktu kita dipertemukan kembali, aku berharap kita dalam kisah yang bahagia," kata Mellisa dengan menatap lembut ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status