Home / Mystery/Thriller / Dendam Pendekar Peniru / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dendam Pendekar Peniru: Chapter 31 - Chapter 40

62 Chapters

Bab 31 Pertarungan Seperti Mainan

 Akan tetapi musuhnya adalah iblis, dengan bergitu laju. Masih bisa di imbangi, dengan kekuatan iblis, yang mengunakan energi aslinya. Wusss! Burmmm! Darrr! Setelah pertemuan dua serangan itu, terjadi ledakan besar. Yang mengempaskan apa saja, yang di lewat ledakan itu. Banny tersenyum melihat itu semua, setelah membangkitkan unsur apinya. Termasuk mustika Es abadi, membuat Banny hanya sedikit memiliki. Balas kasian pada lawanya pada kawannya, Banny menjadi sosok berbeda.  Wuss! Duarrr! Bummm! Banny dan makhluk itu, sama-sama terpental, Banny terpental sekitar 500 meter. Bagi makhluk itu pula, hanya terpental 150 meter. Terlihat berbezaan energi dan kekuatan, tetapi Banny belum terlalu serius. Hurkk! Hurkk!  Warkk! Banny terbatuk dua kali, dan memuntahkan darah segar. Memandangkan Banny terluka
Read more

Bab 32 kampung pendekar

  Setelah seminggu Banny di perguruan itu, Banny akhirnya kembali. Kembali menulusuri daratan besar itu, melihat Banny akan pergi. Fera merasa sedih, dan tidak rela di tinggalkan, dengan muka cemburut Fera Berkata."Popo boleh aku ikut dia?" Tanya Fera."Bisa saja, jika Banny menijinkan kau ikut bersamanya." jawap Ki Kalinga. Mendengar itu, Fera langsung berlari kecil menuju. Ruang rehat Banny, kerana Banny belum pergi, Banny berniat pergi. Bila waktu sudah memasuki suasana malam, setelah sampai di dekat ruang Banny. Fera mengetuk pintu, berharap Banny akan membuka pintu itu. Kerana Fera tahu, tanpa suara atau semacamnya pun. Banny masih mengatahui itu dirinya, setelah menunggu beberapa saat. Akhirnya Banny membuka pintu ruang itu, dan keluar tanpa memakai baju. Hal itu membuat Fera terkejut, dan seketika Fera menutup matanya.&n
Read more

Bab 33 Hasrat Bertarung

  Awal sekali mereka cari di kampung itu, rumah makan kerana lapar. Banny dan Fera menekan energi kependekaran mereka, agar tidak di curigai.  Orang-orang di kampung itu, melihat Banny dan Fera. Kerana mereka tidak merasakan energi kependekaran, sehingga mereka. Memandang mereka dengan pandangan hina, dan memandang rendah. Hal itu membuat Fera mengepalkan tangannya, ingin menyerang mereka. Tetapi Banny menahan Fera, agar tidak membuat masalah. Terlebih tangan kirinya, di tutupi kain panjang, membuat mereka tambah curiga. Tetapi Banny hanya menangapi biasa saja, tetapi unsur Api dan Es. Berkobar-kobar, ingin menyerang mereka yang melihat.  Banny juga sebenarnya ingin menyerang mereka, tetapi Banny tau ini tempat orang. Setelah 30 minit akhirnya, mereka akhirnya jumpa rumah makan. Yang memiliki ruang inap, Banny dan Fera
Read more

Bab 34 Musuh 1 Kampung

 Setelah Fera menyelesaikan semua pendekar itu, Fera menyusul. Di meja Banny dengan pipi mengembung, kerana marah. Musuhnya sangat senang di kalahkan,dan juga Banny meninggalakan dirinya. Banny yang Melihat itu malah terkekeh, dan berkata."Hihihi gadis tengkil, kenapa muka mu macam udang." Banny terkekeh."kakang itu, mengapa meninggalkan aku sendiri," marah Fera"sudahlah itu latihan mu juga, kerana ini baru sedikit, belum lagi nanti, ketemu perguruan golongan hitam," bebel Banny. Panjang lebar membuat Fera terdiam, dengan kepala menunduk."Kenapa kau menyesal mengikuti ku?" tanya Banny. Serta merta Fera menjawap, dengan senyuman di bibirnya."Tidak kakang aku malah senang, mengikuti dirimu," jawap Fera. Setelah menunggu 10 minit, akhrinya pelayang yang tadi. Mengambil pesanan Banny, datang membawa 2 porsi ayam, dan sebotol arak. Tetapi se
Read more

BAB 35 Hewan Lelembut

  Setelah beberapa saat, menunggu musuhnya akhirnya mereka tiba di sana. Dengan senjata masing-masing mereka, dengan berani ketua mereka berkata."Jika diri mu berani, mari maju sini,tunjukan kekuatan mu" kata ketua mereka."Ahahah, kalian berani keroyokan, dasar lemah sekali," hina Banny."Binatang beraninya dirimu menentang kami, sepertinya mencari mati" Balas ketua tersebut. dengan nada marahnya, tidak terima semua hinaan itu, seketika ketua kumpulan tersebut, memasang kuda-kuda."Jurus Penarik Nyawa!" teriak ketua tersebut. Melihat serangan itu, Banny membuka sedikit energinya, agar bisa menahan serangan tersebut. Setelah Banny membuka energinya, bersamaan dengan itu juga, serangan ketua penyerang tersebut tiba, di tempat Banny."Tameng Es Abadi!" Teriak Banny dengan lantang. Dan serangan dari ketua tersebut, telah pun tiba di tempat Banny, saling dorong satu sama lain.
Read more

Bab 36 Panglima Kerajaan harimau lelembut

 Tetapi harimau itu malah mengerang, kerana tertekan energi Banny. WARKK! WARKK! Banny fikir kekuatan hewan itu, hanya bergitu saja, tetapi beberapa minit kemudian Kekuatan hewan tersebut itu, tiba-tiba saja bertambah kuat. Banny terdesak kesal akan hal itu, tetapi harimau tersebut. Telah pun terlepas dari pengekang Banny, dan berniat menyerang Banny. Sekelip mata harimau itu, telah hilang dari pandang mata Banny. Membuat Banny memasang siap-siaga, tanpa Banny rasakan. Dari arah belakang, harimau tersebut menyerang Banny, dengan cekarannya itu. WUSSS! TRAKKK! Banny pun menghilang, dan kembali muncul di atas pohon. Dengan senyuman di bibirnya, Banny mengibaskan tangannya. Dan memegang sebotol arak, bagi menemaninya bertarung. Tetapi harimau tersebut, tidak memberikan Banny rehat sesaat pun. Har
Read more

Bab 37 2 Pendekar

 "Kerajaan kami telah hancur, di sebabkan oleh, kawanan iblis sialan," maki Boyot."Ternyata tujuan kita sama, aku pun akan mencari, perguruan golongan hitam, dan termasuk pengikut iblis durjana," balas Banny. Setelah itu, mereka kembali di mana, tempat Fera ditinggalkan."Sialan punya anak manusia, seorang wanita kau tinggalkan, seorang diri di goa ini?" Tanya Boyot. Dengan di sertai makiannya tersebut, tetapi Banny yang telah biasa. Hanya tersenyum menangapi semua itu, dan mengeleng kepala."sudahlah kau harimau jelek, mulut mu bau bangkai," umpat Banny."mulut mu bau arak, celaka maniak arak," balas Boyot."Arkkkk! sudah lebih kita teruskan masuk goa ini," marah Banny. Setelah beberapa minit, mereka memasuki goa tersebut, mencari keberadaan Fera. Sehingga Banny mengunakan tenaga dalam, untuk memanggil Banny."Fera! ohhh, kekasihku dimana dikau!" Teriak Banny.&nb
Read more

Bab 38 Kelakuan Sang Harimau

 "Mau apa kalian, memasuki kampung ini?" Tanya pendekar tersebut."Kami hanya mencari rumah makan, kerana sudah 3 minggu, kami tidak makan," jujur Banny."Cihhhh, melihat baju mu saja, membuat ku berfikir, dan terlihat sangat dirimu golongan hitam." hina pendekar tersebut. Dengan matanya melihat Banny, dari atas ke bawah, seperti memandang rendah. Hal tersebut membuat Fera, mengangam tangannya akibat menaham marah. Tetapi Banny menahan Fera, dan menganggap seperti biasa saja. Kerana memang bajunya, cuma itu saja bewarna hitam, itu pun warna kesukaannya. "Apa memang, kami tidak bisa memasuki kampung ini?" Tanya Banny dengan sopan."Bisa tetapi ingat, kami akan mengawasi kalian, dan kami tidak segan-segan, membantai kalian." Amaran pendekar tersebut."Terima kasih, kerana kalian sudi, menerima kedatangan kami." tunduk Banny berterima kasih."Sudah kalian masuk saja, aku muak meliha
Read more

Bab 39 Energi Pemanggil

 Setelah mereka selesai makan, Banny, Fera dan sosok harimau Banny.  Berjalan menuju ke lantai 2, di mana ruang inap tersebut berada.  Baru saja sampai di lantai tersebut, gila Banny kumat, dan mengoda Fera. "Fera, kita tidur 1 bilik yuk." Goda Banny dengan keningnya turun naik.  Perkataan Banny, membuat Fera memerah, dan langsung mencubit pinggang Banny.  ARKKKK!  Teriak Banny kesakitan, dan tersenyum melihat muka malu Fera.  Setelah itu mereka menunggu, lelaki yang tadi melayan mereka sampai.  Bagi mengurus peginapan mereka, dan nanti membayar juga makanan mereka tadi.  30 Minit berlalu akhrinya, mereka memasuki ruang masing-masing.  Sebelum Banny memasuk ruangnya, Banny sempat mengoda Fera. "Fera ayuk," Goda Banny. Dengan keningnya turun naik.  Membuat Fera langsung melaju, memasuki ruangnya, takut dan malu.  Meli
Read more

Bab 40 Gadis Peminum

"Sebentar, aku lupa memberikan gambaran, bagaimana menyerap energi itu." Jelita kembali muncul. Dan tersenyum kecut, dan mengaruk kepalanya, yang tidak gatal"Dirimu membuat ku terkejut, Jelita suatu saat nanti, jika mau muncul beritahu diriku dulu," mohon Banny. Jelita langsung mendekati Banny, dan mengirimkan energi berwarna biru. Hal tersebut, terkejut dan melihat gambaran, bagaimana menyerap inti energi itu."Ini bagaimana wahh, hebat sekali dirimu Jelita," puji Banny. membuat Jelita tertunduk malu, dan seketika Jelita memukul kepala Banny."Celaka mengerikan sekali wanita ini," batin Banny dalam hati. Takut jika Jelita mendengar, akan menerima kembali pukulan Jelita."Mengapa dirimu memukulku Jelita, awas saja jika suatu hari nanti," sambung Banny."Jumpa lagi suatu saat nanti." Terang Jelita, dan langsung menghilang kembali. Banny langsung mengibaskan tangannya, bag
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status