Home / Romansa / Luka Cinta Aluna / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Luka Cinta Aluna: Chapter 21 - Chapter 30

110 Chapters

Bab 21 Mengistrahatkan hati

*** Ada yang aneh dengan pagi ini, Zolan berada di depan kamar Aluna, ia menunggu. Aluna tidak tahu rencana Zolan. Saat Aluna membuka pintu, ia sudah berdiri gagah. “Yukk!” ucap Zolan lalu berjalan. Aluna masih berdiri di depan pintu kamar, “Bagaimana mungkin aku ikut dengannya? Aku akan ke kampus dan Zolan ke kantor. Tidak mungkin ia akan mengantarku ke kampus, ataukah perkiraanku salah?” Aluna membatin. Zolan berbalik. Ia menatap Aluna yang masih saja berdiri. “Mengapa masih di situ, kamu tidak ingin ke Kampus?” tanya Zolan. “A-a-aku, mau ke kampus,” jawab Aluna terbata, dan Bingung. "Apakah aku harus ikut dengannya? Rasanya tidak mungkin. Aku belum menyiapkan mental untuk berhadapan dengan Zolan hari ini. Rencananya aku akan menghindarinya. Ternyata dia yang menyambutku lebih dulu. Pagi ini, Zolan tidak seperti biasanya," batin Aluna. “Ya sudah, yuk!” Zolan berjalan dua langkah. Kemudian berbalik lagi. “Mengapa masih diam, Aluna? Yu
Read more

Bab 22 Rencana Fahmi

*** “Aluna, tadi kamu di cari Pak Anton!” tutur seorang teman kelas saat berpapasan dengan Aluna. “Kapan?” tanya Aluna menanggapi, alisnya berkerut. "Bukankah Pak Anton bisa langsung menghubungi lewat nomor telepon yang sudah aku kasih," batinnya. “Belum lama, tadi beliau masuk kelas,” jawabnya. “Oh iya, temakasih!” balas Aluna. "Aku tidak tahu Pak Anton ini orang yang seperti apa. Kemarin dulu menyuruh aku untuk menjadi guru les anaknya. Sesudah itu ia menghubungi, jika tidak jadi. Sekarang ada apa lagi?" batinya, sambil keluar kelas, menuju Ruangan Anton. Setibanya, pintu ruangan sedang tertutup. Aluna mulai mengetuk pintu. Tok tok! Tidak ada jawaban dari pemilik ruangan. Tok! “Masuk,” baru sekali ketukan, terdengar suara dari balik pintu. Itu suara Anton. Aluna membuka pintu. Terlihat Anton sedang duduk di kursi, sibuk membaca artikel yang ada di laptopnya. “Hari ini kamu ikut denganku. Matakuliah yang terakhir, jam
Read more

Bab 23 Angel

*** Anton benar-benar keterlaluan. Jika bukan karena takut mendapat nilai error di matakuliahnya, Aluna pasti akan pergi dari Rumah Anton saat ini juga. "Siapa bilang aku akan menjadi guru les. Tidak! Aku bukan menjadi guru les. Aku di suruh menjadi babysitter anaknya yang masih berusia tujuh tahun. Apa niat Pak Anton? Aku tidak pernah punya masalah dengannya. Aku juga selalu mendapat nilai tertinggi di matakuliahnya," batin Aluna, sambil memegang boneka. Ia sedang menemani Angel bermain. Pikiran Aluna kembali pada dua jam lalu, saat ia masih berada di Kampus. Aluna membaca pesan dari Anton yang ada di handphonenya. 'tunggu aku di parkiran.' isi pesan Anton. Aluna mengikuti perintah, menuju parkiran. Setibanya, Aluna melihat Anton. Ia menuju tempat Anton berada. "Kamu ikuti aku!" ucap Anton. "Maksud, Bapak?" tanya Aluna. "Aku akan menggunakan mobil, tidak mungkin kamu semobil denganku! Motormu siapa yang akan bawa?" uca
Read more

Bab 24 Usaha Zolan

Di tempat berbeda, Zolan sedang duduk di Teras Rumah, menunggu Aluna. Ingin menghubungi, ia tidak memiliki nomor teleponya. Menunggu dengan panik di ruang tamu. "Sekarang sudah jam delapan malam. Tidak seperti biasanya, aku pulang kantor, Aluna belum ada di rumah. Tidak mungkin aku menanyakan pada Fatma, adik Fahmi. Itu terlaluh bodoh untukku. Tidak mungkin pula aku menanyakan pada Ayah. Pasti akan ketahuan jika aku tidak memiliki nomor telepon Aluna," tutur Zolan, pelan. Sambil sesekali melihat handphone dan jam di pergelangan tanganya, Zolan berharap Aluna segera pulang. Di lain tempat, Aluna sudah menidurkan Angel di kasurnya. Beberapa jam menemani Angel, tak terasa, sangat menyenangkan. "Entah mengapa, perasaan sayang dan ingin melindungi, itu muncul. Meskipun di awal pertemuan, kamu sangat jutek, tetapi tingkah jutek itu membuat kamu terlihat sangat lucu. Mungkin ini maksud Pak Anton, mengapa ia menyuruhku untuk tidak menyimpan motor di kampus, aku akan
Read more

Bab 25 Perempuan Baik

Beberapa detik berdiri, Zolan tersadar, Aluna telah meninggalkannya sendiri di Ruang Tamu. Ia berjalan, menuju kamar. "Tidak meyangka, jika akan terjadi seperti ini. Aku hanya ingin perhatian ke Aluna. Mengapa justru membawa masalah baru untuk kami? Aku yang salah, tadi berkata kasar padanya!" Batin Zolan. Ia pun bingung dengan sikap Aluna akhir-akhir ini. Biasanya Aluna yang berusaha mendekatinya, tetapi sekarang semua berubah. “Apakah Aluna menyerah, karena sikapku yang sudah keterlaluan padanya?” Saat ini Zolan telah berada di Balkon kamar. Menatap langit, mengajak diskusi bintang-bintang dan berharap ada solusi untuknya. "Mengapa tidak dari dulu saja aku berteman dengan Aluna? Mengapa aku harus membuat perjanjian nikah? Perempuan mana yang tidak tersinggung, jika akad nikah baru saja selesai, sudah di suguhi dengan surat perjanjian nikah. Bahkan aku sudah merencanakan, untuk secepatnya menceraikan Aluna," sesal Zolan. “Maafkan aku, Aluna! Kalau ti
Read more

Bab 26 Meminta Izin

Sudah sejam Aluna menemani Marfel di halaman privasinya. Tempat yang tidak semua orang boleh masuk. Ukurannya sangat luas, terdapat kolam ikan peliharan Marfel di tengah halaman dan beberapa macam bunga hias yang mempercantik halaman. Rumah ini lebih besar dari yang Aluna perkirakan, masih banyak tempat yang belum ia kunjungi. Tawa mereka menggelegar, saat Marfel bercerita hal lucu. Teringat perkataan Fatma saat menelepon Aluna, ia mengajak untuk berlibur ke Bali. Aluna belum menyetujui, meski saat ini ia sangat butuh liburan. Aluna harus meminta izin terlebih dahulu ke Marfel, Seharusnya ia juga meminta izin ke Zolan, tetapi rasanya itu tidak mungkin terjadi, ia masih menjauhi Zolan. Bertubi-tubi masalah yang datang menguji, membuat Aluna sejenak ingin menenangkan hati. Aluna ke kamar Marfel untuk meminta izin, ternyata ia langsung di ajak ke Halaman. Ini pertama kali Aluna datang ke halaman ini. Marfel sangat menyukai ikan hias, hampir di setiap halaman terdapat ko
Read more

Bab 27 Kota Bali

*** "Zolan!" panggil Marfel, "mau ke kantor?" lanjutnya saat melihat Zolan terburu-buru menuju pintu utama. "Aku akan ke Bali selama lima hari, Ayah!" Zolan melangkah menuju Marfel, "aku pergi dulu!” pamit Zolan, mengambil tangan Marfel dan menciumnya. “Ke Bali?” tanya Marfel. “Iya, Ayah! Ada apa?” tanya Zolan, heran melihat respon Marfel. “Tidak ada apa-apa!” ucap Marfel, “Hati-hati di jalan!” pesannya. Zolan tersenyum dan langsung meninggalkan Marfel yang sedang duduk santai membaca koran. Marfel menatap kepergian Zolan, “Semoga tidak terjadi apa-apa di antara kalian berdua. Sekarang Aluna mungkin sudah tiba di Bali. Untung mereka tidak satu pesawat. Apakah mereka akan bertemu? Sekarang Aluna sedang menjauhi Zolan! Ahh, tidak mungkin! Bali itu luas,” lirih Marfel. Di lain tempat, Aluna dan Fatma baru saja keluar dari Bandara Ngurah Rai. Sedari tadi Aluna hanya terdiam, meskipun Fatma terus saja mengajak bercerita. Ia
Read more

Bab 28 Cantik

Beberapa menit kemudian Aluna dan Fatma tiba di Hotel, mereka di sambut karpet merah sejak turun dari mobil. Acara peresmian hotel sangat mewah. Ada yang berbeda dengan Aluna, saat ini ia lebih percaya diri di banding saat pesta ulang tahun perusahaan. Meski menggunakan high heels, ia bisa berjalan dengan santai. Aluna juga tidak melangkah sambil menunduk. "Mengapa semua orang menatapku seperti itu, tidak berkedip! Mungkin karena gaun yang aku pakai? Tetapi gaun ini tidak seksi seperti perempuan lain,” batin Aluna. Saat melewati cermin besar di dinding hotel, ia berjalan pelan, memastikan jika tidak ada yang salah dengannya, "apa make up di wajahku ketebalan? Sepertinya tidak, banyak perempuan lain yang dandanannya lebih menor dariku,” Aluna terus saja membatin. “Aluna, kamu sadar tidak. Sejak turun dari mobil sampai sekarang, banyak yang memandang kagum kecantikkanmu,” ucap Fatma saat mereka mengambil makanan. Aluna dan Fatma sudah terlalu lapar, hingga saat tiba, y
Read more

Bab 29 Kehidupan Baru

“Aku ingin kita hidup layaknya suami istri, tidak ada jarak seperti ini,” ucap Zolan, menatap lekat Aluna. “Benarkah apa yang baru saja di ucapkan Zolan? Ia akan belajar mencintaiku!” batin Aluna, menengokan wajah melihat Zolan, mencari kebohongan di matanya. Lama menatap, tidak ia temukan apa yang di cari. Zolan terlihat sangat tulus. Mata Aluna berkaca, tidak mampu berkata. "Aku pikir, beberapa hari ini Zolan mendekatiku untuk berkata-kata kasar. Ternyata aku salah," batin Aluna. Melihat Aluna yang belum berucap, Zolan akhirnya mencondongkan badan, memeluk Aluna. Ia terisak dalam pelukan Zolan. “Maafkan aku, Aluna!” ucap Zolan lagi. Beberapa menit menangis terharu, Aluna melepas pelukan. Zolan menghapus sisa air mata di pipi Aluna, dengan lembut, sambil menatap, “Mari memulai kehidupan yang baru!” ucap Zolan. Aluna tersenyum dan mengangguk. Menarik napas, menghapus sisa air mata, “Aku akan panggil Kak Zolan, Abang Zolan, atau Apa? Ti
Read more

Bab 30 Sahabat

*** Tok tok tok! Suara pintu mengganggu tidur Aluna. Ia belum ingin beranjak dari tempat tidur. Tok tok tok! Ketukan itu kembali terdengar. Mata Aluna masih mengantuk, dengan gaya malas, ia berdiri dari tempat tidur menuju ke arah pintu. “Alunaa! Buka pintunya!” suara Fatma, dari balik pintu. “Iyaa! Tunggu sebentar!” teriak Aluna, agar di dengar Fatma, "ternyata Fatma, orang yang sudah mengganggu tidurku," tuturnya, pelan. Aluna membuka pintu, Fatma langsung masuk menarik tangan dan duduk di tempat tidur. Ia menatap Aluna serius. “Jujur sama aku, Al! Kamu sudah menikah?” tanya Fatma. Kedua tangannya di letakan pada bahu Aluna. Kaget mendengar pertanyaan Fatma. Mata ngantuk Aluna berubah segar, bingung untuk memulai. "Fatma sudah tahu, mungkin dari kak Fahmi," batin Aluna. Melihat Aluna tidak berkata, Fatma melanjutkan ucapannya, “jadi benar, kamu sudah menikah!” Fatma menarik napas, “maafkan, aku! Belum
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status