Semua Bab Di Penghujung Waktu: Bab 51 - Bab 60

67 Bab

50

***Seorang pemuda terlihat sedang bergulang guling tidak nyaman diatas tempat tidurnya. Ponsel yang sedari tadi ia pegang sudah beralih tempat di atas lantai, sedang pemiliknya tidak sadar. Pemuda itu dibuat prustasi karena merindu.Dia Fikri. Menatap malas langit-langit kamarnya. Bosan dengan segala aktifitas yang biasanya ia suka. Pemuda itu berkali-kali menatap jam, ia merasa hari ini waktu berjalan lebih lama dari biasanya.Fikri mendengus, merasa kesal pada dirinya sendiri. Dia bukan tipe orang yang mudah bosan. Tapi akhir-akhir ini, dia dibuat meradang. Pelajaran tak ada satu pun yang menempel diotaknya. Tugas pun masih belum ada yang dikerjakan nya. Hanya satu yang kini memenuhi otaknya. Nayra.Fikri menggeram, mengacak rambutnya prustasi." gue kenapa sih?. Itu muka si Nayra seliweran di otak gue." rutuk nya seraya menutup wajahnya kesal.Bukan hanya itu, Fikri pun dibuat tidak tenang. Satu hari kemarin, ada perasaan ti
Baca selengkapnya

51

***Vivia terdiam merenung sendiri dilobi rumah sakit. Matanya menatap lurus pada ruangan yang didalamnya terdapat sang sahabat yang sedang terbaring lemah. Hembusan nafas kasar terdengar. Vivia menunduk lesu.Bayangan Nayra yang terlempar jauh terus memenuhi otaknya. Darah disisi jalan. Tangis anak yang diselamatkan Nayra. Kerumunan banyak orang. Semua itu sungguh membuat hati Vivia ngilu sendiri. Ringisan Nayra kala itu membuat denyut hati menyakitkan.Vivia merasakan sesal, dia harusnya tidak terlalu marah pada Nayra. Sesuatu yang tidak Nayra katakan padanya adalah hal wajar. Vivia baru sadar, Nayra pun punya privasi. Ya, walau Vivia maunya Nayra berterus terang padanya."Sayang?" panggil seorang wanita pada Vivia. "Iya mi?" jawab gadis itu. Wanita yang dipanggil mami itu berjalan mendekat dengan sebuah kantong kecil yang dijinjingnya. Duduk disamping sang puteri."Nih, minum. Kamu pasti haus." kata beliau seraya mengulurkan sebuah
Baca selengkapnya

52

***Seorang gadis membuka matanya secara perlahan. Berkedip beberapa kali melihat keadaan yang penuh dengan warna putih, gadis itu kebingungan. Ia mengucek matanya, mencoba memperjelas pengelihatan. Perlahan disekelilingnya mulai berwarna normal. Semua terlihat jelas. Ia bersyukur karena matanya tak ada gangguan.Gadis itu terpaku. Ia melihat ke semua arah, tempat yang sangat dikenalinya. Jantungnya berdegup kencang disertai dentuman perih yang nyata dari dalam hatinya.Gadis itu membelalakkan matanya. Dengan jelas ia kini berada di taman belakang rumahnya sendiri. Dan apa ini? ia melihat dua anak perempuan dengan seorang remaja laki-laki.Gadis itu menyipitkan matanya, ia menutup mulutnya sendiri tak menyangka.Apa dia kembali ke masalalu?. Fikir nya.Ya, gadis itu Nayra.Sedang tak mempercayai hal yang ada didepannya.Melihat dirinya sendiri, Naura dan Rafka dimasa kecil.Ini masa dimana kehidupan pahit itu berawa
Baca selengkapnya

53

--Nayra kembali menangis melihat kejadian masa lalu, keadilan yang tak pernah ia dapat.Nayra berbalik badan ingin meninggalkan tempat itu, tapi LAGI, ia melihat masalalunya.Gadis SMP.Nayra dan Naura sudah masuk SMP, hanya berjarak satu tahun.Ini kenangan paling menyakitkan untuk Nayra, ini awal ia merubah kehidupannya menjadi Nayra yang sekarang.Nayra yang meminta hadiah dari Rafka, karena Nayra melihat Naura diberi hadiah sebuah kerudung. Nayra berharap dirinya pun bisa mendapatkan hal yang sama. Tapi Rafka malah memarahinya."Kamu mau? kamu bisa jadi Naura? jadi anak yang nurut dan berbakti?." katanya seperti mengejek.Nayra terdiam, ia merasa dia sudah jadi anak yang baik dirumah, tak pernah mengeluh sama sekali. Tak pernah banyak menuntut walau dirinya menginginkan banyak hal."Apa supaya Nay bisa mendapat keadilan dirumah, Nay harus jadi kak Nau dulu?" tanya Nayra dengan menahan tangisnya. Rafka tak pernah men
Baca selengkapnya

54

***Selama hampir empat hari Nayra koma, Vivia dan Fikri tidak pernah lelah saling bertukar waktu untuk menjaga Nayra. Terkadang saat Via kelelahan, gadis itu memilih untuk menitipkan surat pada Fikri, tak menghadiri kegiatan belajar disekolah. Sesekali mereka sama-sama mengerjakan tugas sekolah diruang rawat Nayra. Mereka tidak seangkatan, tapi ada baiknya Via memanfaatkan kakak kelasnya untuk membantu mengerjakan tugasnya tersebut. Fikri hanya mengomel diawal, tapi tetap saja membantunya. Fikri selalu berkata "semoga kecerdasan gue ini bisa nyadarin lo buat mikir, kalau ngerjain tugas itu gak gampang. Kalau mau gampang harus pinter, biar gak nyusahin orang!" ujarnya ketus, tak lupa dengan sindiran yang ia sematkan pada kata-katanya. Via hanya diam seraya manggut "bilang aja langsung kalau gue bodoh, gak usah nyindir." balas Via dengan mata mendelik tak suka pada pemuda di hadapannya. Itu beberapa percekcokan mer
Baca selengkapnya

55

***Satu minggu berlalu, hari ini Nayra diizinkan pulang, keluar dari rumah sakit. Dan selama itu juga, setelah bangun dari komanya, Nayra lebih  banyak diam, tak bergeming atau pun berbicara banyak. Dia hanya menjawab apa yang menurutnya perlu untuk dijawab. Berkali-kali pun Fikri dan Via menanyakan apa yang membuat Nayra terdiam, gadis itu mengatakan dia baik-baik saja.Gadis itu lebih menjawab secara singkat, itu semakin membuat via merasa kasihan pada Nayra. Berfikir bahwa efek dari kecelakaan itu berakibat buruk bagi Nayra. Belum lagi dengan pikiran nya tentang keluarga dan masalah hidupnya. "Kamu yakin mau pulang hari ini?" tanya Fikri yang menjinjing tas pakaian ganti milik Nayra. Bukan sepenuhnya milik Nayra, itu milik Via yang dipinjamkan nya.  Nayra yang sedang duduk di pinggiran kasur mengangguk yakin. Via mendekat dan menepuk pelan bahunya " kalau lo gak yakin, mending tinggal dirumah
Baca selengkapnya

56

***Hari mulai menjelang malam, setelah melaksanakan shalat maghrib dan isya, keluarga Karim kini berkumpul di dapur untuk kegiatan makan malam. Hening. Tak ada sesiapa pun yang bicara. Hanya benda dan alat makan yang digunakan yang mengeluarkan suara. Beberapa menit berlalu, kegiatan makan malam selesai. Semuanya menatap Nayra yang lebih sering terlihat melamun, makan malam pun hanya sedikit yang dimakan, bahkan wajah Nayra terlihat sangat pucat dari sebelumnya. "Ekhem..." abi berdehem, membuat semua pandangan beralih ke sumber suara. "Ada yang ingin abi bicarakan, dan ini tentang kamu Nayra!" ujar abi. Semuanya fokus pada abi ingin tahu apa yang akan kepala keluarga itu bicarakan. Nayra yang sedari tadi hanya terntunduk, kini mendongakkan wajahnya menatap abi. Perasaan Nayra mulai tidak enak. Dirinya pasti ak
Baca selengkapnya

57

****Nayra sedang menangis meratapi nasibnya yang sungguh rumit. Semuanya tak dapat Nayra mengerti sedikit pun. Rahasia yang begitu besar disimpan begitu rapat di keluarga ini. Sebuah kenyataan yang tak pernah Nayra sangka sebelumnya. Fakta yang begitu menyakitkan untuk hati dan jiwanya. Gadis itu terus menerus merutuki hidupnya sendiri. Satu jam gadis itu menangis di bawah guyuran air shower. Kulit jari tangannya sudah mulai mengeriput. Wajahnya pucat pasi, gadis itu masih enggan beranjak dari sana. "Kenapa hal sebesar itu kalian sembunyikan dari ku? hiks.. hiks.. kenapa?" lirih Nayra sembari memeluk tubuhnya erat. Ia mengingat pembicaraan abi, umi, dan juga Rafka saat ia akan membicarakan persetujuannya untuk pergi ke pesantren. (Flashback on) Nayra melangkahkan kakinya menuruni anak tangga untuk pergi ke kamar orang tuanya.
Baca selengkapnya

58

***Keluarga karim sedang melaksanakan aktifitas paginya. Setelah sarapan, keluarga itu memilih berkumpul diruang keluarga, hanya bertiga. Naura sudah berangkat sekolah 1 jam yang lalu. Dan Nayra, gadis itu masih belum menampakkan dirinya, bahkan gadis itu tak turun untuk sarapan. Umi Aminah sudah mengetuk pintu kamar Nayra berkali-kali, tidak ada jawaban dari dalam kamar. Semua orang kebingungan dengan sikap Nayra setelah pulang, sangat pendiam. Tidak banyak mengoceh, banyak mengurung diri didalam kamar, dan tak pernah keluyuran lagi. Setelah perubahan Nayra itu pun, Rafka sudah jarang memarahi Nayra. Untuk sekedar menyapapun Rafka seolah tak kuasa, apalagi saat Nayra lebih memilih mengabaikannya. Rafka terluka amat dalam. Tatapan Nayra benar-benar memiliki rasa kebencian padanya. Bertemupun Seperti menolak. Abi, umi, dan Rafka sedang diruang keluarga
Baca selengkapnya

59

***Nayra masuk kedalam taxi yang sudah ia pesan tadi pagi. Ia akan menemui Vivia sebelum ia pergi, ia akan berpamitan. Ia sudah menghubungi Vivia sebelum ia menyimpan ponselnya didalam lemari. Ia tak akan menggunakan ponsel itu lagi. Bahkan akan sangat lama tak akan menyentuhnya. Biarlah jika umi menemukannya, diambil pun tidak masalah baginya, toh dirinya tidak ada juga. Nayra merasakan perih dalam hatinya, ia akan meninggalkan kehidupannya, dan mengganti nya dengan kehidupan yang baru. Mungkin berat baginya, tapi semua adalah jalan yang terbaik. Berharap ditempat barunya nanti, rasa sakit yang selama ini dirasanya bisa hilang perlahan. Semoga orang-orang disekitarnya nanti tidak menyakiti hatinya yang bahkan bisa dibilang sudah hancur itu. "Tunggu ya pak, saya hanya sebentar!" ujar Nayra pada supir taxi, saat mobilnya berhenti di samping sekolah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status