All Chapters of Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam: Chapter 81 - Chapter 90
222 Chapters
LXXXI
Perjamuan minum teh pun berakhir dengan banyak buah bibir yang muncul di kalangan masyarakat Anarka. Tentang istri baru Pangeran Hitam yang boros, padahal berasal dari bangsawan kalangan rendah, hingga penampilan Amanda yang berusaha menyamai Ratu Zaina, namun berakhir sangat mengerikan.  Tentang penguasa Eden yang tampak serasi dengan Pangeran Hitam dan tinggal menunggu waktu direstui sang Baginda Raja. Desas-desus yang bekembang penguasa Anarka itu juga sangat setuju dengan hubungan mereka.  Sedangkan, tentang kemesraan yang ditunjukkan Illarion Black dan Amanda White yang seharusnya menjadi topik utama perjamuan itu, malah tak terdengar beritanya. Sepertinya banyak pihak yang meredam berita keharmonisan pasangan yang berada di dalam kemelut politik itu. Tapi sebuah hal positif juga terjadi di antara
Read more
LXXXII
“Pernah …?” Andreas bertanya-tanya dalam hati. ‘Pernah mengkhianatinya? pernah membocorkan rahasia pada lawan? pernah apa?’     “Pernah sangat menginginkan wanita? Sedangkan kau cuma sekali menghabiskan satu malam saja dengannya?” Andreas tak dapat menahan tawanya. “Astaga, hahaha! Pernah itu maksud Anda Tuan. HAHAHA!” “Keluar.” ujar Pangeran Hitam dingin. Andreas langsung sadar kesalahannya. “Ha-hamba benar-benar minta maaf Tuan, hamba hanya-.” Ekspresi Pangeran Hitam semakin kelam. Selintas tanya muncul di benak pengawal setia Pangeran Hitam itu, ‘apakah ini tentang wanita keluarga Ratu Minerva itu?‘
Read more
LXXXIII
‘Teman tidur.’ Hanya itu yang terpikir di kepala gadis beriris amethyst itu. ‘Mereka juga begitu cantik. Tentu saja ia tak akan kehabisan para wanita di ibu kota ini. Tak seperti di kota kecil beberapa waktu lalu.’ ‘Ia tak membutuhkanku… .’ Amanda langsung membalikan badannya. “Nyonya Anda tak jadi menemui Tuan?” tanya Aime. “Lain kali saja,” jawab Amanda lemah dan berjalan dengan kepala tertunduk.  “Anda tak ingin mengetahui kenapa wanita-wanita itu ada di sini?” tanya Aime penasaran. ‘Bahkan aku yang pengawal saja bisa kesal melihat pemandangan itu. Kenapa nyonya mungil ini ma
Read more
LXXXIV
Sebuah tanda yang menandakan betapa liarnya malam yang sudah dilalui Illarion kemarin. Dan Amanda tahu itu berasal dari mana, karena beberapa waktu yang lalu ia juga memiliki bekas yang sama setelah menghabiskan malam dengan pria di hadapannya sekarang.  ‘Itu berasal dari para wanita kemarin malam? Apa karena mereka sudah tak ada jadi ia memintaku menggantikan mereka.’ Amanda langsung membuang mukanya sambil melangkah mundur.  Illarion tersentak dengan gerakan tiba-tiba itu. ‘Ia menolakku?’ Masih menunduk, Amanda mengucapkan, “hamba akan meminta Adam untuk menyerahkan rincian hutang pada Tuan.”  “Jalang.” 
Read more
LXXXV
“Pilihan Jenderal Andreas memang tidak main-main.” “Apa Tuan akan men-.” Belum selesai pembicaraan pelayan terakhir ia dengar, Amanda memaksa diri untuk menutup jendela kamarnya. “Lagi, ia memanggil wanita lain… ,” gumam gadis itu, sambil memukul pelan dadanya yang mulai sakit karena cemburu. *** “Terima kasih undangannya, Dutchess Lala,” ucap Ratu Zaina. Lawan bicara penguasa Eden itu tampak khawatir. “Seperti permintaan Anda, Ratu Zaina. Aku batal mengundang istri Pangeran Hitam, tapi apakah Tuan tidak akan marah denganku?” “Kenapa Pangeran Hitam harus marah padamu?” tanya Ratu Zaina dengan mendongakkan kepalanya, tampak angkuh. “Mereka hanya terikat kontrak pernikahan, bu
Read more
LXXXVI
Senyum Amanda menghilang dengan cepat. Ia langsung jatuh terduduk, memaksa diri untuk tersenyum. ‘Ah harusnya aku sudah menduga ia akan pergi sendirian, alih-alih mengajakku.’ Gadis itu melihat gaun yang ia buat dengan susah payah seminggu terakhir ini. ‘Setidaknya aku bisa melakukan hobby yang menyenangkan ini tanpa gangguan seperti di kediamanku dahulu,’ batinnya berusaha syukur walau hatinya masih kecewa ditinggal begitu saja. Setelah beberapa saat kepergian rombongan Pangeran Hitam, seorang pelayan datang ke kamar Amanda. “Maaf Nyonya, Pangeran Apollo mencari Nyonya.” “Pangeran Apollo?” tanya Amanda balik meyakinkan. ‘Apa ia mencari P
Read more
LXXXVII
'Kenapa ia bertanya seperti itu?' Tapi Amanda tak punya keberanian untuk menanyakan hal itu.  'Pangeran Hitam memperlakukanku sangat baik, walau tak seperti hubungan ayah dan ibu, yang begitu romantis dan harmonis. Kurasa perlakuannya lebih dari cukup kepadaku, jika dibandingkan dengan orang-orang di sekitarku.’ Gadis itu menekukkan tubuhnya seakan ada dalam persidangan, dan dia terdakwa. "Is-istri," jawab Amanda sambil menelan salivanya.  Senyum Pangeran Apollo semakin melebar. 'Oh, ini yang menyebabkanmu menyukainya? Aku juga ingin mendominasinya.' Pangeran Apollo berdiri dan melangkah ke arah Amanda, membuat jarak yang begitu dekat, hingga mengharuskan gadis
Read more
LXXXVIII
Seraut wajah tampan dengan manik sewarna almond berdiri di balik pintu kamar Amanda. "Tu-tuan?" Gadis itu merasa ini adalah hal yang janggal, segera Amanda menutup pintu kamarnya. Namun sayang, salah satu kaki pria itu menahan jati kayu hitam berbentuk persegi itu. Hingga menggagalkan niat Amanda menghalangi Pangeran Apollo. Bruk! Pria itu mendorong Amanda dengan mudah. Gadis bersurai perak itu berteriak histeris. "Ai-" jeritnya tertahan memanggil pengawal wanitanya itu. "Sst." Pangeran Apollo langsung membungkam mulut Amanda. "Jangan ribut, para pelayan nanti ke sini, Amanda…,” ujarnya dengan suara rendah yang mampu membuat bulu kuduk gadis dalam cengkramannya berdiri. Tubuh Amanda gemetar. 'Apa maksud pria ini?' 
Read more
LXXXIX
“Kau diam saja menikmati ini, dan semua akan menjadi rahasia kita berdua. Hingga waktu perjanjian berakhir tiba dan aku akan menyembunyikanmu dari Pangeran Hitam maupun Ratu Minerva. Kau akan selamat Amanda, hanya dengan diam saja,” tawarnya kemudian menempelkan jari telunjuknya pada bibir lembut semerah cherry milik Amanda. “Ck!” Illarion berdecih kesal melihat roda keretanya yang rusak. Bukan hanya satu tapi ketiga kereta kuda yang ia bawa setelah merayakan pesta panen di mansion Duke Marlion mengalami masalah.  “Sepertinya ini akan memakan waktu, Tuan,” jelas Andreas. Saat ini adalah sehari setelah perayaan panen. Rombongan Pangeran Hitam sudah meninggalkan istana selama dua hari lebih. “Bagaimana kalau mampir ke kerajaan kecilku,” saran Ratu Zaina dengan senyuman anggun khasnya. “Anda bahkan bisa melihat
Read more
XC
Ratu Zaina bisa merasakan otot-otot punggung milik pria yang ia peluk menegang. Seakan mendapat angin segar, hembusan udara dari balkon istana membuat cuaca lebih dingin. Tapi ia tak menyadari rahang Illarion menutup keras, setelahnya dengan kilat tajam nyaris benci pria itu berkata dengan dingin.  “Jangan mengharapkan lebih dari apa yang sudah kau dapatkan Ratu, aku tak semurah itu. Ini hanya perjanjian kita yang bisa aku batalkan kapan pun aku mau.” Segera Ratu Zaina melepas pelukan itu dengan tangan gemetar. “A-aku akan melayani Tuan. Bukankah tiap malam Tuan memanggil para wanita menghangatkan ranjang Anda? Aku bahkan lebih baik dari para wanita itu,” tawarnya dengan rasa percaya diri di titik terbawah yang tak pernah ia bayangkan akan ia rasakan. ‘Bagaimana mungkin pria ini bisa membuatku menjadi serendah i
Read more
PREV
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status