Semua Bab Terpaksa Menikah Lagi: Bab 1 - Bab 10

143 Bab

BAB 1

POV Citra Sore ini aku baru saja tiba di Rumah Sakit Husada tempatku bekerja. Ketika memasuki ruangan bersalin untuk pergantian shift, aku melihat semua rekan kerjaku terlihat sedih, terutama Dokter Ardian. Ia masih memakai APD (Alat Pelindung Diri) lengkap yang menempel pada tubuhnya dan duduk di samping seorang pasien yang aku duga sudah meninggal dunia.Aku menaruh tasku di dalam loker lalu duduk berkumpul dengan rekan-rekan kerjaku untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. “Ada apa?” tanyaku pada Dewi seraya berbisik dan menyenggol sikunya. “Istri Dokter Ardian meninggal dunia,” jawab Dewi dengan setengah berbisik.Aku pun melebarkan kelopak mataku tanda terkejut. Pantas saja semua orang terlihat berduka.“Apa bayinya selamat?” tanyaku lagi pada Dewi. “Hm,” sahut Dewi dengan menunduk tanpa memandang ke arahku.Aku pun merasa sedikit lega mendengarnya. Paling tidak Dokter Ardian tidak kehilangan keduanya.Satu jam berlalu. Kami sudah melakukan pergantian shift dari pagi ke sor
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 2

“Ikut saya ke ruang Perinatologi!” ajak Dokter Ardian seraya bangkit dari tempat duduknya.Aku pun mengangguk dan mengekor di belakang Dokter Ardian. Entah kenapa dia mengajakku ke ruangan para bayi itu. Padahal banyak orang di ruangan ini yang bisa diajak ke sana.Sesampainya di ruang Perinatalogi, Dokter Ardian segera mendekati wastafel untuk mencuci tangan. Aku pun melakukan hal yang sama. Memang seharusnya seperti itu yang harus dilakukan sebelum menyentuh bayi.Setelah mencuci tangan, Dokter Ardian mendekati ranjang bayi yang bertuliskan nama “By. Ny. Nadia Rahayu”. Nadia Rahayu adalah nama istri Dokter Ardian. Dokter Ardian mengulurkan tangan lalu mengangkat tubuh bayi itu dan mendekapnya di dada. Kulihat bayi laki-laki itu sangat tampan seperti Dokter Ardian. Aku bisa mengetahui jenis kelaminnya dari gelang warna biru yang ada di pergelangan tangannya.Kulihat Dokter Ardian mendekap bayi itu dengan tubuh bergetar dan mata terpejam. Tidak lama kemudian tetesan bulir bening mengal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 3

Kenapa? Itulah pertanyaan yang ada di benakku saat ini. Kenapa harus istriku yang mengalami ini? Aku seorang Dokter Kandungan yang setiap hari memeriksa puluhan orang hamil dan membantu belasan orang melahirkan, tapi kenapa aku tidak bisa menyelamatkan istriku sendiri?Aku merasa menjadi dokter yang tidak berguna. Percuma aku menjadi Dokter Kandungan kalau tidak bisa menyelamatkan istriku sendiri.Nasi sudah menjadi bubur. Istriku sudah pergi untuk selama-lamanya. Meskipun aku seorang dokter, tetap saja aku tidak bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah mengikhlaskannya agar dia tenang di alam sana.‘Maafkan aku, Sayang,’ gumamku dalam hati sambil menatap wajah istriku yang semakin pucat.Pergantian shift pun berlalu. Aku masih termenung meratapi kepergian istriku. Rasanya aku masih belum percaya ia pergi secepat ini. Biasanya ia akan tersenyum hangat padaku ketika aku pulang dari rumah sakit. Kini ia sudah pergi untuk selamanya.Aku pun mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 4

Pov AuthorKeesokan harinyaPagi ini adalah hari pemakaman almarhumah istri Dokter Ardian. Setelah beberapa orang pelayat meninggalkan pemakaman, Dokter Ardian masih berjongkok di samping makam mendiang istrinya.“Ayo kita pulang, Yan!” ajak Pak Aryo, Papanya Dokter Ardian.“Papa pulang dulu saja. Ardian masih ingin di sini,” sahut Dokter Ardian tanpa menoleh pada Pak Aryo yang berdiri di sampingnya.“Baiklah kalau begitu,” tukas Pak Aryo lalu pergi meninggalkan Dokter Ardian. Ia tahu bagaimana perasaan Dokter Ardian saat ini.“Tenanglah di sana, Sayang. Aku akan menjaga anak kita,” ucap Dokter Ardian seraya membelai batu nisan yang ada di depannya.Setelah beberapa saat, Dokter Ardian bangkit dan menoleh ke makam mendiang istrinya sebelum pergi. Usai itu ia masuk ke dalam mobil dan melajukannya ke rumah sakit untuk menjemput anaknya.***Kos CitraCitra sedang mengecek barang-barangnya dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Tidak lama kemudian ponselnya berdering. Ia pun meraih pon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 5

“Terima kasih,” balas Dokter Ardian datar.“Kalau butuh teman atau apa, Kak Ardian bisa menghubungi aku. Aku akan selalu ada untuk Kakak,” ujar Widia seraya menatap sinis pada Citra.Citra yang ditatap seperti itu tentu saja merasa takut dan segera menundukkan kepalanya.Dokter Ardian tidak menanggapinya dan berlalu pergi. Citra pun mengikuti ke mana Dokter Ardian pergi.Widia merasa dongkol karena Dokter Ardian tidak menyambutnya dengan hangat. Sedari dulu ia sudah mengincar Dokter Ardian, tapi sayangnya Dokter Ardian lebih memilih Nadia dari pada dirinya.“Sebentar lagi aku akan mendapatkanmu Ardian Raditya!” gumam Widia dengan percaya diri dan tersenyum miring.Sementara itu Dokter Ardian masuk ke dalam sebuah kamar di lantai dua. Kamar itu sangat luas dan sudah didesain seperti kamar anak-anak. Di dalam kamar itu terdapat tempat tidur besar, box bayi, mainan, dan semua keperluan bayi ada di dalam kamar itu. Dokter Ardian dan istrinya sudah jauh-jauh hari mempersiapkan kamar itu unt
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 6

Ketika sampai di depan pintu kamar Citra, Dokter Ardian segera membuka pintu kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Kebetulan Citra juga tidak mengunci pintu kamarnya.Citra pun terkejut saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Ia segera menoleh pada pintu kamarnya dan tampaklah Dokter Ardian berdiri di sana.“Kenapa dia menangis?” tanya Dokter Ardian sembari berjalan mendekat ke arah Citra lalu mengambil alih bayi itu dari tangan Citra.“Mungkin dia merindukan Mamanya, Dok,” jawab Citra dengan ragu. Sedari tadi ia sudah berusaha merawat dan menjaga anak Dokter Ardian agar tidak sampai menangis kencang.“Apa kamu sudah mengganti popoknya?” tanya Dokter Ardian seraya meraba diapers yang dipakai anaknya.“Sudah, Dok. Bahkan susu pun baru saja ia habiskan,” jawab Citra menjelaskan.Dokter Ardian pun berusaha menenangkan bayi itu dengan menimang-nimangnya. Namun, hasilnya nihil. Ia pun berpikir bagaimana caranya membuat bayi itu berhenti menangis. Tiba-tiba terbesit sebuah ide ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 7

Setelah semua masakannya matang, Widia menata makanan itu di atas meja makan sambil menunggu Dokter Ardian turun.Tidak berapa lama kemudian Dokter Ardian menuruni anak tangga sambil mengancingkan lengan kemejanya. Hari ini ia akan mulai bekerja seperti biasa. Di rumah sakit sudah banyak pasien yang menunggunya.Widia yang melihat Dokter Ardian menuruni anak tangga, dengan segera ia membenahi pakaian dan merapikan rambutnya. Kemudian ia menyambut Dokter Ardian di anak tangga terakhir.“Selamat pagi, Kak …,” sapa Widia dengan tersenyum riang.“Pagi,” balas Dokter Ardian singkat seraya melewati Widia dan berjalan menuju meja makan.Widia pun cemberut lalu mengikuti Dokter Ardian menuju meja makan.“Aku sudah memasak semua ini untuk Kak Ardian loh. Biar aku ambilkan, ya,” tutur Widia menawarkan diri seraya mengambil piring yang ada di depan Dokter Ardian. Ia ingin menggantikan pekerjaan Nadia mengurus Dokter Ardian saat ini.“Terima kasih, tapi aku bisa mengambilnya sendiri. Mulai besok t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 8

Setelah menghabiskan sarapannya, Widia buru-buru mencari Dokter Ardian. Ia sudah tidak betah berlama-lama berhadapan dengan Citra di meja makan. Ia merasa kehadiran Citra sangat mengancam posisinya yang ingin menggantikan Kakaknya menjadi istri Dokter Ardian. Namun, ia harus bersabar. Tanah kuburan Kakaknya masih belum kering. Tidak mungkin ia membicarakan pernikahan di saat semua orang masih berduka.Citra baru saja menghabiskan makanannya. Ia bingung harus mencari Dokter Ardian ke mana. Ia baru sampai di rumah ini kemarin dan belum sempat berjalan-jalan untuk mengetahui denah tata letak rumah ini. Ia pun pergi ke dapur untuk menanyakannya pada Bik Yati. Kebetulan Bik Yati sedang mencuci piring.“Bik, di mana Dokter Ardian?” tanya Citra pada Bik Yati.Bik Yati pun menoleh dan tersenyum pada Citra. “Ada di taman belakang, Mbak,” jawab Bik Yati.“Oh iya. Terima kasih, Bik,” balas Citra lalu mencari pintu yang menuju ke taman belakang.Ketika Citra sudah menemukan pintu itu, ia mendengar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 9

Dokter Ardian baru saja sampai di rumah sakit. Setelah keluar dari dalam mobilnya, ia berjalan menyusuri area parkir menuju ruang poli kandungan.Sepanjang perjalanan, semua mata yang berpapasan dengan Dokter Ardian merasa heran. Mereka tidak menyangka Dokter Ardian akan masuk bekerja secepat ini. Istrinya baru saja meninggal dua hari yang lalu, tapi Dokter Ardian terlihat tegar.Selama Dokter Ardian tidak masuk bekerja, Dokter Amanda lah yang menggantikannya memeriksa pasien di rumah sakit. Dokter Amanda adalah kakak kandung Dokter Ardian.Dokter Amanda biasanya bekerja di Rumah Sakit Bunda. Sedangkan Dokter Ardian bekerja di Rumah Sakit Husada. Ketika Dokter Ardian tidak masuk bekerja karena kematian istrinya kemarin, Dokter Amanda harus membagi waktunya bekerja di dua rumah sakit untuk menggantikan Dokter Ardian sementara.Ketika Dokter Ardian masuk ke dalam ruang poli kandungan, Dokter Amanda sedang memeriksa seorang pasien dengan alat USG.“Maaf, aku datang terlambat,” ucap Dokter
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

BAB 10

Usai mandi, Dokter Ardian keluar dari dalam kamarnya lalu masuk ke dalam kamar Citra.Di sana tampak Citra sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.“Di mana anakku?” tanya Dokter Ardian ketika melihat Citra tidak memangku anaknya.“Ada di tempat tidurnya, Dok,” jawab Citra sembari menyimpan ponselnya ketika melihat Dokter Ardian masuk ke dalam kamarnya.“Mm … maaf ya, untuk yang tadi malam,” ucap Dokter Ardian merasa tidak enak pada Citra.“Tidak apa-apa, Dok. Saya mengerti,” balas Citra dengan sopan.Di depan pintu kamar Citra, Widia mendengarkan pembicaraan mereka dan mengernyitkan dahinya.‘Apa yang terjadi di antara mereka tadi malam?’ batin Widia. Ia pun semakin penasaran ada hubungan apa antara Dokter Ardian dan Citra.Widia pun masuk ke dalam kamar Citra dengan membawa secangkir kopi untuk Dokter Ardian.“Ini, aku buatkan kopi khusus untuk Kak Ardian,” ucap Widia seraya menaruh secangkir kopi di atas meja.“Terima kasih,” balas Dokter Ardian.“Saya mau ke kamar dulu,” pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status