Semua Bab Jangan Paksa Aku...: Bab 31 - Bab 40

72 Bab

Bab 31

“Tenang Drew, peluangmu masih terbuka untuk mendapatkan Ana,” ujar Joni.Semangat Andrew kembali bangkit, begitu dia dengar dirinya masih berpeluang mendapatkan diriku, menurut Joni.“Peluang bagaimana Joni?” tanya Andrew dengan antusias.“Huh!!! Giliran dibilang masih punya peluang langsung bersemangat. Dasar babudung,” dengus Anton.“Iya ini Andrew, giliran terjepit ketakutan kayak tringgiling,”  timpal Raka.“Tenang kawan. Andrew kan teman kita, ya nggak?” sela Joni, sembari menepuk-nepuk bahu Andrew. “Nah, kewajiban kita untuk membantu memuluskan harapannya, ya nggak?”“Bantu, ya bantu. Tapi kalau bantu membawa celaka, lain ceritanya. Bayarannya pun ya harus mahal juga, setimpal dong dengan usaha yang dilakukan,” celetuk Raka.“ Tenanglah kawan, masalah bayaran itu kecil. Jangan takut, aku tanggung beres nanti,” tukas Andrew.
Baca selengkapnya

Bab 32

Safira dapat membaca kesedihan hati Aditya dari roman wajah Aditya yang mengkerut. Aditya merasa bersalah tidak mampu bertindak selayaknya, sebagai orang yang sangat dekat dengan diriku, bisik Safira.“Tapi dari hasil pembicaraanku dengan Widya dan Cinthya, aku lihat dibalik gosip yang beredar ini, kelihatannya ada konspirasi untuk mendeskreditkan dan mempermalukan Ana,” sambung Safira.Aditya terperangah dengar omongan Safira. Dia tidak duga ada orang yang setega itu untuk menjatuhkan harga diri diriku. Makanya dia langsung menoleh menatap tajam Safira, ingin tau kelanjutan dari perkataan Safira.“Di sini ada persekongkolan dengan maksud tidak baik terhadap Ana maupun dirimu.”“Maksudmu Fira?”“Ada dua pihak yang berkepentingan di balik penyebaran gosip ini. Satu pihak menginginkan Ana menyingkir dari sisimu dan satu pihak lagi menginginkan Ana jatuh dalam perangkap dirinya.”    &
Baca selengkapnya

Bab 33

“Sorry Gie, jika pertanyaanku ini menyinggung perasaanmu. Ternyata Gilang yang kocak dapat juga merasakan sedih, ya!”“Tidak apa-apa Ana. Inilah masalahku. Aku terlalu banyak menghabiskan waktuku hanya untuk hura-hura, sehingga kuliahku menjadi tercecer. Belum lagi kedua orang tuaku sekarang ini sering sakit-sakitan. Sebagai orang batak, kamu kan tau sendiri. Aku sebagai anak pertama tentu sangat diharapkan sebagai penerus keluarga. Untuk itu, mereka sangat mengharapkan aku segera menikah. Orang tuaku sangat berharap dapat menimang cucu dariku,” ujar Gilang dengan serius. Ternyata dia bisa juga serius.“Lha, masalah kedua kan mudah kamu lakukan, bukannya kamu sudah menjalin hubungan dengan Nania. Kawin saja kalian, kan beres. Kalau masalah pertama, maka kamu harus lebih serius belajar. Nah, kalau kamu sudah terikat dalam ikatan suami-isteri dengan Nania, tentu sifatmu yang suka hura-hura, main cewek dan jalan akan terkendali. Kamu bisa leb
Baca selengkapnya

Bab 34

“Lantas, kalau orang yang dicurigai itu sudah aku dapat, apa aku harus melabrak mereka Gie?”“Ya jangan Ana. Malah kamu bisa makin terpojok nantinya karena kamu tidak punya barang bukti,” tukas Gilang. Lalu lanjutnya, “Jika kamu telah mengetahui orang dan motifnya membuat gosip itu, maka dapat kamu jadikan dasar bagaimana sikap dirimu untuk mengantisipasi perkembangan gosip itu.”“Mauku itu, nama baikku segera dibersihkan dan dipulihkan, sehingga orang tidak menduga yang macam-macam padaku, Gie.”“Maksudmu seperti di infotainment yang disiarkan tv itu, dengan melakukan klarifikasi begitu.”“Ya semacam itulah.”“Ana, Ana… Tidak semudah itu, seperti yang kamu inginkan. Kecuali kamu dapat memaksa dalang penyebar gosip mengakui perbuatannya dan meminta maaf padamu. Untuk membuktikan siapa dalangnya saja kita sangat kesulitan, bagaimana kita mau memaksanya mengakui perb
Baca selengkapnya

Bab 35

Induk semangku ini sama saja dengan cucunya yang selalu membuat diriku menjadi kesal juga. Aku sungguh direpotkan dengan keinginannya yang suka main perintah dan harus dipatuhi segala. Seharusnya induk semangku ini ngaca diri, bahwa aku ini bukan apa-apanya dan aku di sini itu bayar pemondokan. Daripada aku semakin pusing, maka aku berniat untuk menolak perintahnya itu.“Maaf amangboru, aku tidak bisa memenuhi keinginan amangboru. Aku rasanya mau istirahat dulu, badanku terasa sangat letih dan aku pun harus mempersiapkan diri untuk kuliah nanti.”“Ah, ini masalah penting Ana. Istirahatmu tunda saja nanti malam. Perempuan itu tidak baik kalau terlalu banyak tidur siang. Nanti badanmu bisa bongsor kayak si Ratna ini,” sergah induk semangku.“Ih, amangboru mengapa pula aku dibawa-bawa segala. Tidak ada itu kaitannya antara tidur siang dengan ukuran tubuhku. Ukuran tubuhku ini memang sudah turunan dari kedua orang tuaku,” potong R
Baca selengkapnya

Bab 36

Ketika jam sudah menunjukkan hampir pukul satu siang, aku masih uring-uringan di atas pembaringan. Perasaan tak enak tiba-tiba menyelusup ke dalam hatiku, sehingga membuatku enggan untuk memenuhi keinginan induk semangku itu. Kebetulan saat ini, aku sendirian di kamar pemondokanku. Sedangkan Ratna sudah pergi ke kampus untuk mengikuti perkuliahan.Saat aku masih uring-uringan, tiba-tiba pintu kamar pemondokanku di ketuk orang dari luar. Dengan perasaan berat, aku turun juga dari atas tempat tidurku. Aku membuka pintu kamar pemondokanku dan ingin melihat siapa yang mengetuk pintu kamarku barusan. Ternyata pembantu induk semangku membawa pesan dari majikannya untuk memanggilku dengan embel-embel “segera”.Dengan perasaan gondok, aku suruh pembantu itu pergi duluan dan aku menyusul belakangan. Aku ingin mandi dulu, ujarku. Akupun dengan terpaksa memasuki kamar mandi untuk mengguyur tubuhku dengan air dingin. Aku guyur sekujur tubuhku dengan air sepuasku. Aku i
Baca selengkapnya

Bab 37

“Sebelum saya menjawab keinginan yang ibu tawarkan pada saya. Terlebih dahulu saya mohon maaf, kalau dikira gunjingan yang melanda diri saya itu benar. Tapi di sini saya akan meluruskan, bahwa apa yang digunjingkan orang tentang saya itu tidak benar. Saya merasa tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan pada saya itu. Malah saya merasa curiga dengan gosip murahan tentang saya ini, disengaja dibuat dengan maksud-maksud tersembunyi terhadap saya.”“Ah, itukan dalihmu saja. Kami bukan orang bodoh. Mana mungkin ada asap, kalau tidak ada api,” potong Mona dengan sinis.Lagi-lagi omongan Mona ini sangat pedas dan memojokkanku. Seolah-olah dia saja yang benar.“Tidak, kak Mona. Saya curiga gosip itu dihembuskan oleh orang yang berada dipemondokkan ini dengan maksud untuk mempermalukan dan menghancurkan diri saya. Coba kak Mona tanyakan pada Andrew, apa pernah kami melakukan hal-hal yang tidak senonoh dan dilarang oleh agama?” sergah
Baca selengkapnya

Bab 38

 Sementara itu, induk semangku terdiam kaku lihat kepergian anak dan  cucunya. Dia sungguh kecewa terhadapku yang telah menampik tawaran anak dan cucunya. Tapi induk semangku ini sangat sayang dan sangat memanjakan Andrew, sehingga dia sangat memahami perasaan dan harapan cucunya itu. Dia tidak sampai hati lihat wajah cucunya begitu murung dan sedih karena kutolak lamarannya.Setelah bayangan anak dan cucunya menghilang dari pandangannya, dia segera menoleh memandangku yang hendak beranjak juga dari ruangan itu.“Ana, aku harap kamu segera mengubah sikap dan keputusanmu itu. Jangan sampai kamu menyesal nanti!” ujar induk semangku dengan nada masih mangkel.“Maaf Amangboru, kalau sikap dan keputusanku ini membuat kecewa Amangboru. Tapi saya minta Amangboru menghormati keputusan yang telah saya ambil ini. Apapun resiko di belakang nanti, saya sudah siap menerimanya dan mengantisipasinya,” jawabku, mempertegas sikap yang telah aku
Baca selengkapnya

Bab 39

Melihat aku menjadi melamun memikirkan hubunganku dengan Aditya, Cinthya langsung menggangguku.“Hai, sore-sore begini jangan bengong. Lagi mikirin Aditya ya?” goda Cinthya, sembari mencolek pinggangku. Lamunanku pun langsung buyar. Aku segera menoleh dan melontarkan senyum simpulku pada Cinthya. Lalu aku membalas gurauan Cinthya.“Bolehkan kalau aku melamunin Aditya?”“Ih, Ana Grrr nih!” seru Cinthya.“ Wajar toh…!”“Iyalah, kamu yang punya Aditya. Kami ini apalah, menjomblo terus,” tukas Widya dengan nada merendah. “Ih, Widya  jangan cemberut gitu dong. Pasti kalian nanti ketemu cowok idaman kalian. Jangan kuatir semuanya itu telah diatur sama yang di Atas sana, ” ujarku.Akhirnya kami saling melontarkan senyum dan saling berangkulan. Rasanya kami ingin merayakan hari kebahagiaanku ini, tapi waktu berkata lain. Jam perkuliahan sudah tiba dan ib
Baca selengkapnya

Bab 40

Dea berusaha mencuri hati Aditya… Untuk mencuri perhatian Aditya, Dea cukup aktif mengikuti acara-acara yang diselenggarakan panitia kerjasama mahasiswa antar perguruan tinggi dari Negeri Penang Malaysia dengan USU. Dia mendaftarkan diri untuk mengikuti sarasehan, diskusi panel, pagelaran seni dan budaya serta karya wisata terhadap objek-objek wisata yang ada di Sumatera Utara. Kebetulan setiap acara yang diselenggarakan tersebut sudah barang tentu menuntut kehadiran Aditya selaku ketua panitia.Seperti pada malam pagelaran seni dan budaya, Dea mengajukan diri untuk menampilkan kemampuannya dalam pembacaan puisi. Pagelaran seni dan budaya ini merupakan kegiatan pertama diadakan dalam pekan kerjasama antarmahasiswa. Kebetulan Dea mewakili anak-anak sastra. Kepiawaian Dea dalam membaca puisi ternyata tidak boleh diremehkan. Terbukti saat dirinya tampil, para hadirin yang menyaksikan atraksi dirinya pada kagum. Aplus penontonpun membahana di gedung Serba Guna tem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status