“Sebelum saya menjawab keinginan yang ibu tawarkan pada saya. Terlebih dahulu saya mohon maaf, kalau dikira gunjingan yang melanda diri saya itu benar. Tapi di sini saya akan meluruskan, bahwa apa yang digunjingkan orang tentang saya itu tidak benar. Saya merasa tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan pada saya itu. Malah saya merasa curiga dengan gosip murahan tentang saya ini, disengaja dibuat dengan maksud-maksud tersembunyi terhadap saya.”
“Ah, itukan dalihmu saja. Kami bukan orang bodoh. Mana mungkin ada asap, kalau tidak ada api,” potong Mona dengan sinis.
Lagi-lagi omongan Mona ini sangat pedas dan memojokkanku. Seolah-olah dia saja yang benar.
“Tidak, kak Mona. Saya curiga gosip itu dihembuskan oleh orang yang berada dipemondokkan ini dengan maksud untuk mempermalukan dan menghancurkan diri saya. Coba kak Mona tanyakan pada Andrew, apa pernah kami melakukan hal-hal yang tidak senonoh dan dilarang oleh agama?” sergah
Sementara itu, induk semangku terdiam kaku lihat kepergian anak dan cucunya. Dia sungguh kecewa terhadapku yang telah menampik tawaran anak dan cucunya. Tapi induk semangku ini sangat sayang dan sangat memanjakan Andrew, sehingga dia sangat memahami perasaan dan harapan cucunya itu. Dia tidak sampai hati lihat wajah cucunya begitu murung dan sedih karena kutolak lamarannya.Setelah bayangan anak dan cucunya menghilang dari pandangannya, dia segera menoleh memandangku yang hendak beranjak juga dari ruangan itu.“Ana, aku harap kamu segera mengubah sikap dan keputusanmu itu. Jangan sampai kamu menyesal nanti!” ujar induk semangku dengan nada masih mangkel.“Maaf Amangboru, kalau sikap dan keputusanku ini membuat kecewa Amangboru. Tapi saya minta Amangboru menghormati keputusan yang telah saya ambil ini. Apapun resiko di belakang nanti, saya sudah siap menerimanya dan mengantisipasinya,” jawabku, mempertegas sikap yang telah aku
Melihat aku menjadi melamun memikirkan hubunganku dengan Aditya, Cinthya langsung menggangguku.“Hai, sore-sore begini jangan bengong. Lagi mikirin Aditya ya?” goda Cinthya, sembari mencolek pinggangku. Lamunanku pun langsung buyar. Aku segera menoleh dan melontarkan senyum simpulku pada Cinthya. Lalu aku membalas gurauan Cinthya.“Bolehkan kalau aku melamunin Aditya?”“Ih, Ana Grrr nih!” seru Cinthya.“ Wajar toh…!”“Iyalah, kamu yang punya Aditya. Kami ini apalah, menjomblo terus,” tukas Widya dengan nada merendah.“Ih, Widya jangan cemberut gitu dong. Pasti kalian nanti ketemu cowok idaman kalian. Jangan kuatir semuanya itu telah diatur sama yang di Atas sana, ” ujarku.Akhirnya kami saling melontarkan senyum dan saling berangkulan. Rasanya kami ingin merayakan hari kebahagiaanku ini, tapi waktu berkata lain. Jam perkuliahan sudah tiba dan ib
Dea berusaha mencuri hati Aditya… Untuk mencuri perhatian Aditya, Dea cukup aktif mengikuti acara-acara yang diselenggarakan panitia kerjasama mahasiswa antar perguruan tinggi dari Negeri Penang Malaysia dengan USU. Dia mendaftarkan diri untuk mengikuti sarasehan, diskusi panel, pagelaran seni dan budaya serta karya wisata terhadap objek-objek wisata yang ada di Sumatera Utara. Kebetulan setiap acara yang diselenggarakan tersebut sudah barang tentu menuntut kehadiran Aditya selaku ketua panitia.Seperti pada malam pagelaran seni dan budaya, Dea mengajukan diri untuk menampilkan kemampuannya dalam pembacaan puisi. Pagelaran seni dan budaya ini merupakan kegiatan pertama diadakan dalam pekan kerjasama antarmahasiswa. Kebetulan Dea mewakili anak-anak sastra. Kepiawaian Dea dalam membaca puisi ternyata tidak boleh diremehkan. Terbukti saat dirinya tampil, para hadirin yang menyaksikan atraksi dirinya pada kagum. Aplus penontonpun membahana di gedung Serba Guna tem
Tak berselang lama Safira dan Aditya dapat menemukan diriku juga. Aditya langsung menarik tanganku.“Hai Ana, kamu baik-baik saja?” tanya Aditya dengan nada penuh rasa kuatir. Dia pandanginya wajahku. Sorot matanya yang dalam, langsung membuat hatiku menjadi tenang. Ternyata aku lihat tidak ada perubahan pada diri Aditya terhadapku.Aku hanya menganggukkan kepalaku lemah, lalu akupun melontarkan senyum manisku padanya. Aku merasa gembira sekali dapat melihatnya kembali. Beberapa saat kami hanya saling pandang dan saling melontarkan senyum. Tanpa berkatapun kami seolah-olah telah banyak menyampaikan gejolak perasaan kami masing-masing.“Hai Dit, emangnya kamu saja yang ingin menemui Ana?” tiba-tiba Safira menegur Aditya sambil menarik Aditya. “Hai Ana… Aku senang deh dapat melihatmu dari dekat,” sapa Safira padaku. Lalu Safira memelukku dengan erat. Akupun langsung memeluk Safira dengan senang hati. Perasaanku sangat ter
Melihat Aditya begitu kuatir, Cinthya langsung menyetuk.“Dit, rasa kuatirmu itu terlambat. Bagaimana sih kamu ini sebagai laki-laki, kurang banget memperhatikan sang pujaanmu? Seharusnya kamu itu selalu melindungi keselamatan Ana dari gangguan orang lain. Bukannya terlambat melulu begitu, “ gurau Cinthya. Lalu lanjutnya,”Rasa kuatirmu kini simpan saja karena Ana kini sudah pindah pemondokan. Sekarang dia tinggal di rumah Bibinya di Jl. Alfalah 14, Glugur Darat, tau…”Aditya yang merasa diledek menjadi jengah. Aku langsung menendang betis Cinthya, sembari melototinya.“Aduh!!!” teriak Cinthya. “Idiiih… Ada yang bela nih,” sindir Cinthya. Aku menjadi malu dan keki dibuat Cinthya. Sedangkan Safira dan Widya tersenyum melihat gurauan Cinthya dan tingkahku. “Udah deh! Aku nggak ganggu lagi.”“Ih merajuk nih?” goda Safira.“Habis sih aku dikeroyok begini&he
Sementara itu, Cinthya sempat kehilangan jejak rombongan mobil Andrew. Sampai-sampai Cinthya berkeliling di kawasan perkebunan yang sangat luas tersebut. Ingin bertanya di jalan, tidak seorangpun yang dilihatnya. Hampir dua jam Cinthya keliling perkebunan. Sampai akhirnya dia bertemu rombongan teman-teman Aditya yang menggunakan lima mobil dan didampingi oleh petugas dari kepolisian. Akupun menyusul mereka dari belakang. Setelah mobil yang aku kendarai sampai di depan mobil Cinthya, aku segera turun dan bergabung dengan Cinthya, Widya dan Safira.Petugas kepolisian yang turut serta dalam pengejaran aksi penculikan Aditya ini langsung menjumpai Cinthya, Widya dan Safira untuk mencari informasi lebih lanjut tentang keberadaan Aditya. Cinthya, Widya dan Safira dengan terbata-bata menjelaskan, mereka kehilangan jejak setelah memasuki kawasan perkebunan tebu dan tembakau ini. Mendengar penjelasan Cinthya, Widya dan Safira, aku jadi panik setengah mati. Aku benar-benar tak du
Andrew terdiam. Dia berpikir dan menimbang efek dari melenyapkan Aditya ini.“Sudahlah Drew tidak usah kamu pikir-pikir lagi, sudah kepalang basah. Habisi sajalah dia, habis perkara. Nanti kita tidak keburu lagi,” timbrung Anton mendukung rencana Joni dan Raka. Diapun menjadi panik juga.Melihat rekan-rekannya jadi gelisah dan setengah panik. Andrew pun tidak mampu mempergunakan nalarnya lagi. Tanpa pikir panjang lagi dia segera memerintah.“Oke, kalau itu usul kalian. Habisi dia. Kalian atur jangan sampai meninggalkan jejak dan lenyapkan segala barang bukti yang ada di sini secepatnya,” jawab Andrew dengan mantap. Lalu Andrew menjauh untuk menyaksikan eksekusi terhadap Aditya.Aditya sampai tidak percaya, akibat omongannya mereka semua menjadi panik. Kepanikan membuat mereka tidak bisa lagi berpikir panjang. Padahal dia ngomong untuk memancing rasa takut, agar membuat mereka sadar. Tapi sudah kepalang salah perkiraan, Aditya
Akhirnya Aditya dibawa ke rumah sakit Glenn Eagle Medan untuk dirawat. Aditya langsung dimasukkan ke ruang UGD. Sedangkan aku bersama Safira, Cinthya dan Widya terus menunggu Aditya di luar ruangan. Cukup lama juga, kami menunggu hasil check up menyeluruh dan perawatan dokter terhadap luka-luka yang diderita Aditya.Di saat kami menunggu hasil check up, Safira berusaha menghubungi keluarga Aditya dengan hati-hati. Kebetulan yang mengangkat telepon ternyata ibunya Aditya. Safira segera memberitaukan apa yang terjadi pada Aditya. Sudah barang tentu, keluarga Aditya menjadi panik dan cemas memikirkan kondisi Aditya. Mereka pun bergegas menuju rumah sakit untuk menjenguk Aditya.Safira langsung menyambut kedatangan orang tua Aditya, begitu dilihatnya mereka muncul di lobby rumah sakit. Safira mengantarkan mereka menuju UGD untuk menjenguk kondisi Aditya. Dan kebetulan juga, Dokter sudah selesai melakukan perawatan dan check up terhadap luka-luka Aditya, termasuk rong