Home / Romansa / KALI KEDUA / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of KALI KEDUA: Chapter 1 - Chapter 10

22 Chapters

BAB 1

Suara burung berkicau saling bersahutan. Sinar mentari menembus celah-celah jendela. Biasanya setelah shalat subuh segera ke dapur. Namun kali ini tidak. Pikiranku yang membuatku tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas sebagai seorang istri. Ya,aku mulai jenuh dengan pernikahan ini. Kuhembuskan napas berpikir bahwa segala beban akan ikut keluar. Nyatanya tak jua hilang dari hati dan pikiranku. Sungguh aku lelah. Ini lebih berat dari yang kukira.  Kulipat mukenah dan sajadah. Dan ku taruh diatas dipan. Melangkah menuju ke kamar mandi untuk menyegarkan wajah yang sangat kusut seperti pakaian yang lama belum di setrika. Mengeringkan wajah kemudian keluar dari kamar mandi. Diluar kamar terdengar suara pisau dan telenan yang beradu. Kuhela napas dan kuhembuskan sangat kencang. Dia sudah sibuk di dapur sepagi ini. Mungkin dia mengira aku belum bangun. Sebenarnya dia bukan suami yang buruk. Dia baik bahkan sangat baik. Pria beristri mana yang sudah s
Read more

BAB 2

Setelah pertemuan hari itu. Kami tak pernah bertemu lagi. Namun hidupku selalu di teror. Para renternir itu selalu merongrong keluarga kami. Ayah yang seorang petani harus meminjam uang pada renternir sebanyak 100 juta untuk berobat Nenek yang terkena kanker getah bening. Seangkan saudara Ayah tak ada yang bisa membantu karena nasib kami sama saja. Sedangkan jasa cuci gosok ibu tak seramai dulu karena para tetangga lebih suka ke laundry. Untungnya kuliahku gratis karena beasiswa. Selain kuliah aku pun mengajar les privat dirumah sebagai tambahan kebutuhan dapur. Namun uang itu selalu tak cukup karena aku pun harus menganggung cicilan yang semakin hari bunganya semakin mencekik saja. Padahal sudah dibayarkan tapi tak pernah lunas. Entah bagaimana cara mereka menghitung. Hingga suatu hari ayah pulang dengan wajah babak belur. Menurut warga yang mengantarkannya beliau dipukuli oleh anak buah juragan Beni. Renternir yang member
Read more

BAB 3

TING TONG Bel rumah berbunyi. Mungkin itu adalah Pak Bayu supir keluarga suamiku. Aku segera merapikan riasan wajahku. Mematut diri di cermin. Rambutku pun sudah rapih. Tak perlu menyanggulnya karena Erland suamiku tak menyukainya. Lebih suka jika rambutku tergerai. Lipstik warna peach dan dress yang minggu kemarin dibelikan olehnya. Dia yang akan rempong menyiapkan ini dan itu agar istrinya tak terlihat kampungan. "Setidaknya jangan membuatku malu." Itu yang selalu dia katakan padaku. Kulangkahkan kaki keluar rumah. Pak Bayu menyambutku dengan senyum khasnya. Setelah itu beliau membukakan pintu belakang untukku. Ku ucapkan terimakasih. Lalu mobil pun melesat ke hotel Emerald di tengah kota. Tadi  Erland menelpon jika dia sudah menunggu di lobby hotel.  "Nona Maudy permen kesukaan anda ada di kotak samping mobil." Ucap Pak Bayu
Read more

BAB 4

Aku menikmati salad buah dengan tidak selera. Bagaimana aku harus berselera? Makan malam hanya dengan potongan buah dan sayuran. Padahal disana potongan daging rendang begitu nikmat. Lalu ada ayam lado mudo. Ayam pop dan juga kerupuk udang. Orang Indonesia macam aku berasa tak makan hanya dengan potongan buah macam ini. Tetapi tadi gerombolan Keluarga Rasendria yang terhormat itu menyuruhku makan salad buah. Itupun harus di iringi cibiran pedas. Yang katanya orang kampung mana tahan lihat makanan enak. Hingga terpaksalah aku hanya mengambil salad ini dengan hati dongkol.Aku hanya menghentak hentakkan sendok. Tanpa berniat menyuapkannya kedalam mulutku. Sungguh ku tak berselera sama sekali. Hingga tangan besar nan halus itu meyentuh tanganku. Dia mengambil sendok di tanganku. Dan meletakkannya di samping piring."Jangan memaksa apa yang tak kamu suka." Sarannya seraya mengelus punggung tanganku.Ku dongakkan kepala menatapnya. Dia berdiri lalu menarik tangan
Read more

BAB 5

Semangkuk lontong sayur sudah tersaji diatas meja. Kulihat kamarnya tertutup rapat. Mungkin dia sudah pergi ke kantor. Kunikmati makananku dalam diam. Lontong sayur ini mungkin lebih nikmat jika dimakan beramai-ramai. Seperti saat di kampung dulu. Singkong rebus pun terasa nikmat jika dimakan bersama keluarga. Beginilah rasanya hidup dengan orang kaya yang sangat sibuk. Waktu adalah uang. Kebersamaan seolah tak ada arti. Terkadang rasa rindu pada ayah,ibu dan Afnan adikku menyeruak. Ingin kubawa mereka kesini. Menemaniku yang setiap hari hanya berteman sepi. Pernah ku meminta mereka datang ke rumah ini. Namun mereka sering menolak. Takut mengganggu privasi suamiku. Jadi aku hanya menelpon mereka jika sempat. Awalnya aku mengusulkan agar kami mimiliki asisten rumah tangga. Tapi dia menolak. Katanya takut jika rahasia kami terbongkar. Dan dia merasa terganggu jika ada orang lain. Padahal aku butuh teman. Jika saja ada pekerjaan mengolah naskah kuno. A
Read more

BAB 6

Apa yang sebenarnya aku lakukan? Kenapa aku harus marah melihat Erland dengan wanita itu. Bisa saja kan dia rekan bisnisnya. Bodoh. Aku merutuki diri sendiri. Mondar-mandir di kamar tidak jelas. Menunggu kepulangan suamiku. Kenapa aku begitu peduli padanya?  "Ini gila. Aku benar-benar gila." Gumamku merutuki diri sendiri. Untuk mengenyahkan pikiranku pada dua orang itu aku melakukan apapun. Membersihkan kamar mandi,dapur,halaman rumah. Bahkan aku yang sangat malas ngepel akhirnya mengepel seluruh lantai. Menyetrika seluruh pakaian. Namun bayangan mereka tetap saja tertinggal di pikiranku. "Sebenarnya apa yang terjadi? Ini pertama kalinya aku begitu memikirkannya." Gumamku pada diri sendiri Sudah hampir tengah malam. Tapi tidak ada tanda-tanda kepulangannya. Aku menunggunya di teras lalu masuk ke kamar. Ke teras lagi lalu ke kamar lagi. Begitu seterusnya.  R
Read more

BAB 7

Akhirnya kuputuskan untuk tidak membahas perihal perceraian. Ingin rasanya mencoba untuk menjadi istri sesungguhnya. Mungkinkah akan ada perubahan besar dalam hubungan kami ke depannya? Apalagi kemarin aku lihat ulet keket yang bergelayut manja di lengan suamiku. Tapi darimana aku harus memulainya? Ayolah berpikir Maudy.Aha aku ada ide!"Hallo mama,apa kabar?" [Baik. Kamu apa kabar cantik?]"Baik juga ma. Oya boleh Maudy bertanya sesuatu?"[Tentu sayang. Tanyalah apapun gratis kok]"Terimakasih ma. Sebenernya apa makanan atau minuman kesukaan Kak Erland?"[Tunggu! Kamu masih manggil suamimu Kakak?]Astaga naga mati aku. "Maaf ma. Maksud Maudy..."[Hahaha mama hanya bercanda sayang. Panggil dia sesukamu. Makanan kesukaan suamimu ya? Sebenarnya mama ga terlalu tahu makanan kesukaan dia saat ini. Karena hampir 5 tahun Erland di Aussie. Tapi seingat mama waktu kecil Erland suka garang asem. Nanti mama kir
Read more

BAB 8

Aku meringkuk diatas ranjang. Perutku terasa ditusuk-tusuk ribuan jarum. Sakit dan perih. Kuraih obat pereda nyeri lambung dan mengunyahnya. Kutarik selimut semakin rapat. Mataku terpejam namun tak bisa tidur.TOKTOKTOKSuara ketukan pintu membuat mataku terbuka. Aku bangkit dari ranjang dengan terhuyung kugapai gagang pintu dan membukanya. Wajah tampan itu tersenyum tangannya menenteng segelas teh manis dan semangkuk bubur. Dia segera masuk dan menuntunku. Mendudukanku diatas ranjang. Sikapnya yang lembut membuatku nyaman."Kubuatkan bubur putih. Tadi kuhaluskan dengan foodprocesor dulu. Kemarin dokter bilang magh-mu kambuh. Harus makan yang halus." Kuperhatikan gerak bibirnya dan mengangguk. "Taruh saja diatas meja nanti kumakan." Ujarku merebahkan diri."Kau harus banyak makan. Kusuapi ya." Bujuknya menyendokkan bubur."Aku bisa makan sendiri." Ucapku merebut sendok dan mangkuk. Menyuapkan sedikit bubur kedalam mulut
Read more

BAB 9

Aku terpukau dan takjub dengan susunan foto tersebut. Mungkin jika di ikut sertakan dalam pameran akan menjadi menarik pikirku. Hingga akhirnya kututup pintu rahasia disebalik rak buku tersebut. "Lancang!" Serunya ketus. Kutersentak kaget hingga buku merah itu jatuh dari tanganku.Aku tak berani membalikkan tubuhku. Suara tegas nan dingin di belakangku membuatku gemetar. Aku sudah tertangkap basah. Kupejamkan mata. Kudengar langkah kakinya mendekat. Bisa kurasakan emosi yang tertahan darinya. Aura di kamar ini mendadak engap dan sesak. Lalu tanpa di duga dia memegang erat lenganku kemudian menarikku keluar dari kamarnya."Pergi!" Sergahnya seraya menutupnya sangat keras bahkan hentakannya membuat seluruh ruangan bergetar.Kutekan dadaku. Tubuhku meluruh ke lantai. Sungguh aku sangat menyesal. Namun disatu sisi aku merasa takjub. Ada satu hal yang membuatku semakin tersadar. Dia bukan laki-laki sembarangan. Foto-foto tadi membuktikan segalanya. Aku t
Read more

BAB 10

Sebulan sudah dia menghilang bagai ditelan bumi. Tak sekalipun menghubungiku. Bahkan tak bisa di hubungi sama sekali. Mungkin ini kali ketiga dalam 2 tahun terakhir dia menghilang. Pernah kutanyakan pada mama ataupun Pak Bayu namun mereka hanya bungkam. Hingga akhirnya aku memilih pura-pura abai. Walaupun tak kupungkiri rasa khawatir selalu menyeruak mengusik ketenangan hari-hariku. "Sebenarnya dia menghilang kemana? Apa mungkin dia pergi ke Aussie?" Tanyaku dalam hati. Setiap kepulangannya dari bertapa. Ya aku menyebutnya bertapa karena dia seolah tak ingin seorang pun mengetahui apapun yang dia lakukan. Dia akan membawa oleh-oleh yang berbeda-beda. Entah itu memar di telapak tangan,memar di wajah sampai patah tulang. Kadang aku berpikir,apakah dia di begal dijalan ataukah dia digebukin perampok. Namun itu tidaklah mungkin. Karena yang kutahu. Erland bukan manusia bodoh yang mati-matian mempertahankan harta sedangkan nyawanya terancam. Dan setiap kutanya dia
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status