“Pak!” Aku menggulir langkah menuju ambang pintu belakang gedung bertingkat sembari menyapa satpam yang mungkin kebetulan sedang ada di sana. Dengan raut wajah menerka, satpam itu menganggukkan kepala, sedikit tersenyum. Tanpa pertimbangan, aku bergegas menggeser daun pintu. Setibanya di atap sudah ada tiga pria menyambut. Salah satu dari mereka adalah teman SMA-ku dulu, Reki. Dia pria di tengah yang sedang bersandar di tembok pinggir. Gayanya tidak berubah dengan rambut mohawk pendek, dan berpakaian ala anak kota. Dua pria di sebelahnya, aku belum tahu siapa mereka, tapi jelas mereka memakai jaket sama, warna hitam berlogo pisau belati. “Yow, ke ... maksud urang, Arka.” Reki melangkah dari tempatnya, lalu menyalakan sebatang petasan asap yang sempat dia ambil dari saku, ke
Baca selengkapnya