Home / Romansa / Janda Laila / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Janda Laila: Chapter 81 - Chapter 90

103 Chapters

Tidak Menunda Momongan

PoV LailaRaut wajah Mama berubah sendu. Ia tak seceria sebelumnya. Tampak sekali kesedihan dan rasa kecewa. Mungkin kali ini keputusanku salah besar. "Hm, Laila. Masalah momongan, memang sepenuhnya urusan Tuhan. Sekuat apapun kita menolak keinginan hamil, jika Tuhan sudah mengijinkan, benih itu akan tumbuh dalam rahim kamu. Begitu pula sebaliknya. Sekuat apapun keinginanmu memiliki momongan, jika Tuhan belum berkehendak, pasti tidak akan mengandung. Walaupun ada pencegah kehamilan, tapi kalau Tuhan berkehendak lain, kita bisa apa? Tapi, apa kamu sudah bicarakan masalah ini dengan Damar?"Aku mengerti penjelasan Mamanya Damar. Entahlah, saat ini aku masih ragu. Cuma khawatir, jika hamil sekarang, perusahaan tidak bisa berjalan stabil. Bukan tidak percaya sama kemampuan Damar, tapi aku tidak mau merepotkannya dengan berbagai pekerjaan. "Sudah. Tadi waktu dalam perjalanan ke sini, kami membahas masalah momomgan. Tapi ya itu, Mas Damar cuma bilang ters
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

Berakting

Maksudnya apa, Nafisa mengatakan Haris almarhum? Apa sebenarnya Haris sudah ... Mati?? Rasanya tidak mungkin. Seingatku, terakhir aku melihat Haris tampak baik-baik saja dan terlihat bahagia bersama si Susi.Nafisa menyeka air matanya. Ia terlihat sangat bersedih."Maksud Mbak Nafisa almarhum itu ... Siapa?" Susi si janda gatel bertanya kembali. Pertanyaan yang sama denganku. Rasa-rasanya tidak mungkin kalau Haris sudah meninggal? Meninggal karena apa? Eh tapi, bisa jadi juga kan dia meninggal karena terkena azab sudah memasukkanku ke dalam rumah sakit jiwa? Terus, kenapa Susi juga tidak mengetahui soal Haris yang meninggal? Waduuuh ... Banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam kepala ini."I-iya ... Ha-Haris telah meninggal." Jawaban dari mulut Nafisa otomatis membuatku dan Susi tersontak kaget. Air mata buaya kembali bercucuran. Mengajak sungai, membasahi pipiku. Bahkan kedua mata Susi sampai mau meloncat. Ia membekap mulut dengan sebelah tangannya. 
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

Istirahat

POV Bu Sarnih "Baiklah kalau begitu. Saya hanya menawarkan saja."Tidak perlu ditawarkan Sisi, aku tidak akan mau tinggal di kontrakanmu. "Nak, a-apa ... Apa kalau Ibu tinggal bersama kamu, tidak ada yang keberatan? Adik-adik kamu kan ... Banyak."Semoga saja, Nafisa tidak merubah keputusannya, tetap menampungku di rumahnya."Tidak, Ibu ... Tidak ada yang keberatan. Apalagi kalau Ibu aku tahu, ibulah yang merawat Haris selama ini. Anak lelaki Ibu dan Bapak satu-satunya. Pasti ibu juga akan melakukan hal yang sama, mengijinkan ibu tinggal bersama kami."Sok tahu kamu, Nafisaaa ... Justru kalau Ibu dan Bapakmu melihatku, mereka pasti akan mengusirku. Beruntung sekali, ibu kandung Nafisa lumpuh dan tidak dapat berbicara. Eh, tadi Nafisa menyebut Bapak? Oh iya, suami si Halimah di mana ya? Apa dia masih hidup atau sudah mati? Kalau masih hidup dan tinggal bersama Nafisa, bisa gawat! Penyamaranku sebagai Iis dan wanita yang ba
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

Pindah Kamar

PoV Bu SarnihSetelah Nafisa keluar kamar, aku menyibak selimut. Bangkit, segera mengunci pintu kamar. Aku mengambil obat yang tergeletak di atas nakas. Berjalan cepat ke toilet. Membuangnya ke dalam closet. Lalu menyiram hingga obat itu tidak terlihat lagi. Aku tersenyum lega. Urusan pertama sudah selesai. Nafisa pasti mengira kalau obat itu sudah aku minum. Memangnya aku wanita sakit-sakitan seperti ibunya? Tidak! Aku wanita sehat dan sempurna!Keluar toilet, kuamati sekitar kamar. Kamar yang mewah dan megah. Di atas dinding terdapat beberapa foto seorang gadis dengan pose beraneka gaya. Wajahnya agak mirip Nafisa. Apakah mungkin ini adiknya Nafisa? Pasti yang namanya Ria? Sekarang fotomu masih terpajang di dinding kamar, sebentar lagi, fotomu akan terpajang di kamar pembantu. Hahahaha ....Hem, dari pada aku cuma mengamati kamar ini, lebih baik aku menggeledah. Barang kali saja ada benda yang berharga atau beberapa lembar uang yang bisa aku miliki. Per
last updateLast Updated : 2021-12-11
Read more

Kedatangan Sadewa

PoV Laila Hari ini aku dan Damar berencana pergi ke tempat penyaluran tenaga kerja atau asisten rumah tangga. Semalam sudah kami putuskan untuk kembali merekrut seorang pembantu rumah tangga. "Memangnya kamu sudah kenal baik dengan Agency penyalur tenaga kerja ini?" tanya Damar saat dalam perjalanan."Kenal. Dulu sih waktu masih ada Ummi Abi, pemiliknya ibu Wulan. Aku kenal sama Bi Inah dari sana. Nah, ibu Wulan meninggal diteruskan usaha itu sama anaknya. Namanya Bu Amelia."Damar menganggukkan kepala. Menatap kembali jalan raya yang dipadati oleh kendaraan yang lalu lalang. Membutuhkan waktu satu jam untuk tiba di sana. Kantor Agency ini memang berbentuk rumah gaya Belanda. Konon, bangunannya memang bekas warga Belanda yang pernah menetap di Indonesia. Memasuki halaman terlihat beberapa orang wanita yang keluar masuk ke dalam rumah tersebut sambil menenteng map. Aku dan Damar turun dari mobil, berjalanan beriringan. 
last updateLast Updated : 2021-12-12
Read more

Pembantu Baru

PoV Laila Raut wajah Sadewa berubah memerah. Entah menahan marah atau malu karena mendapat peringatan dari suamiku. Damar menggenggam tanganku kembali, melanjutkan langkah, meninggalkan si B*jingan yang berdiri mematung. Aku merapatkan tubuh pada Damar. Merasa sangat dicintai dan dilindungi olehnya. Usia Damar masih terbilang sangat muda dibandingkan Sadewa ataupun Haris, tapi sikap dan pemikirannya jauh lebih dewasa ketimbang mereka. Masuk ruangan, Damar langsung memelukku. Aku tak mampu berkutik, membiarkan lelaki berkumis tipis itu memeluk tubuh ini. "Maafin aku. Sumpah! Aku tidak seperti yang dikatakan Sadewa! Aku benar-benar mencintaimu! Sangat mencintaimu!" Damar melepaskan pelukan, kami saling memandang. Aku mengulas senyum sembari membelai pipi kirinya. "Aku percaya sama kamu. Aku percaya kalau kamu sangat mencintaiku. Aku percaya kamu tidak seperti yang dikatakan lelaki b*jingan itu. Sayang, jangan berpikir aku akan terpengaruh pemiki
last updateLast Updated : 2021-12-13
Read more

Bertemu Salma

PoV Bu Sarnih Hari ini aku berencana akan menjual cincin milik Ria. Sebelum anak tidak sopan itu menyadari cincinnya hilang, lebih baik segera aku jual. Tapi, alasan aku keluar dari rumah ini apa ya? Oh iya! Aku pura-pura ke makam Haris saja. Ide bagus! Bangkit, secepatnya aku mematut diri. Melihat wajah dari pantulan kaca, wajah yang telah lama tidak mendapat perhatian dariku. Ternyata aku masih cantik. Apa sebaiknya aku mencari laki-laki kaya raya? Laki-laki yang akan menjamin kehidupanku.Kalau aku mau menggaet lelaki lagi, aku harus mengubah penampilan. Dulu, ada seorang lelaki pengusaha sukses, dia jatuh cinta padaku tapi saat itu aku tidak butuh lelaki. Aku terlalu benci sama manusia bernama lelaki! Cinta lelaki itu pun kuabaikan. Apa aku harus menemuinya kembali?Nanti sajalah, kalau penampilanku sudah seperti dulu lagi. Tok, tok, tok!Aku berjalan ke pintu. Membuka kunc
last updateLast Updated : 2021-12-14
Read more

Berkunjung Ke Rumah Laila

PoV Bu SarnihAku tak menduga akan bertemu dengan Salma lagi. Padahal terakhir bertemu dia akan pulang kampung. Apa memang si Salma sudah lama bekerja di sini? Tapi, dari tadi aku tidak melihat sosok Bi Inah atau Mang Karman. Apa jangan-janagan mereka juga sudah meninggal?Salma adalah gadis yang telah direnggut kegadisannya oleh Haris. Dia bahkan ingin dinikahi, tapi Haris justru pacaran sama si Susi Janda gatel! Hingga akhirnya, Salma tahu diri. Dia merasa tidak pantas menjadi istri Haris. "Kamu kenapa ada di sini?" tanyaku menelisik penampilan Salma. Tetap saja penampilannya kampungan."Ibu sendiri, kenapa ada di sini?"Astaga, berani sekali ia bertanya seperti itu. "Rumah ini, rumah mantan menantu Ibu! Mantan istri Haris!!"Mulut Salma menganga lebar. Ia terkejut, kedua bola matanya juga seperti mau loncat."Ma-maksudnya ... Ibu Laila mantan menantu ibu?""Iya! Dia mantan menantu ibu! Awas, kamu minggir! Ibu mau bertemu
last updateLast Updated : 2021-12-14
Read more

Kumat Gila

PoV Ibu Sarnih "Kamu ... Kamu kenal sama kakak kandungnya Haris?" tanyaku meyakinkan apa yang aku dengar baru saja. Kalau memang mereka saling mengenal, bisa gawat rencana yang sudah aku susun."Iya, Bu. Saya kenal. Bahkan sangat mengenalnya. Memang seperti kebetulan tapi mungkin sudah takdir." Gaya bicara Laila sudah tidak seperti orang ketakutan lagi. Dia sudah biasa-biasa saja. Sebentar, tadi dia bilang sangat mengenal kakak kandung Haris? Sangat mengenalnya? Bagaimana bisa? Duh ... Aku kok sembuh dari gila jadi banyak pertanyaan, bikin aku bingung dan pusing!"Maksudnya gimana kamu udah sangat mengenal kakak kandungnya Haris?" Laila tersenyum tipis, ia melirik ke arah suaminya. "Ibu pasti tidak tahu kalau aku punya kakak angkat."Kakak angkat? Ummi dan Abinya Laila pernah mengadopsi anak? Apa yang dimaksud Laila, Nafisa kakak angkatnya. Ya ampun ternyata benar, dunia ini sangat sempit. Tapi belum te
last updateLast Updated : 2021-12-15
Read more

Rahasia Salma

PoV Laila Tidak berselang lama, Salma datang membawa plastik berisi beberapa lembar uang kertas monopoli. "Ini, Mbak, uangnya!" Salma segera menyerahkan uang tersebut padaku. "Terus gimana, dok?" Sejujurnya aku tidak mau memberikan uang ini pada Ibu. Aku paling takut sama orang gila. Dulu pernah sewaktu masih Sekolah Dasar, dikejar-kejar orang gila sampai satu Minggu aku jatuh sakit. Entahlah, aku sangat parno dengan orang gila."Cepat, berikan uang itu pada saya." Aku menyerahkan uang itu pada Dokter Gita. Dia segera berjalan cepat menuju kursi sofa di tengah ruangan. Pandangan dokter itu sangat serius saat membuka tas dan mengeluarkan salah satu alat medisnya. Sebuah jarum suntik yang berisi cairan. Jemarinya menepuk ujungnya, lalu sedikit menekan di bawah, memastikan alat itu bekerja dengan baik. Cairan seketika menetes keluar saat dia melakukannya. Alat itu siap digunakan. Dokter spontan tersenyum melihatnya. "Nanti, saya akan coba bi
last updateLast Updated : 2021-12-15
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status