Semua Bab LIKA-LIKU HIDUP MAMAN: Bab 31 - Bab 40

77 Bab

Bab 31

Setelah berkata, Briptu Muthalib dengan tenang namun mengintimidasi kemudian mendekati Gordo sambil berkata. "Mumpung kita berdua saat ini sama-sama punya waktu dan kesempatan, jadi sebaiknya jangan mempersulit."Beberapa anak buah Gordo paham apa yang dimaksud oleh Briptu Muthalib, karena itu mereka berusaha memberikan perlindungan ke Gordo dengan membentuk pagar manusia yang mengelilingi Gordo. "Maaf Pak polisi, sebaiknya hal itu kita lupakan. Lagipula tujuan saya kesini h
Baca selengkapnya

Bab 32

Pak Suryawan memandang Pak Rudy dengan tatapan sinis.Semenjak Pak Rudy naik menjadi pemimpin keluarga besar Pratama, Pak Suryawan sudah menarik batas jelas antara dirinya dan keluarga besar tersebut. Meskipun perusahaan yang dipimpin Pak Suryawan merupakan salah satu bagian dari Pratama Grup, namun posisi Pak Suryawan terlalu kokoh untuk digoyahkan oleh mereka. Banyak hal yang membuat keluarga besar Pratama tidak mau mendongkel posisi Pak Suryawan, salah satunya adalah masalah kepemilikan saham.Para perwakilan anggota keluarga yang hadir ditempat itu menatap ke arah Pak Suryawan, meskipun Pa
Baca selengkapnya

Bab 33

Pria tersebut menatap dengan sombong ke arah Maman, ia merasa Maman hanyalah seorang tamu tak diundang. "Kamu siapa? Sepertinya sampai hari ini belum ada pengangkatan pimpinan dan staff level satu!?." Kata pria tersebut dengan nada sinis mengejek. Winda hendak berkata namun segera Maman menyentuh tangannya, seketika nada suara Winda tercekat. Maman menyentuh tangan Winda hanya untuk mencegah Winda berbicara terlalu banyak, Maman tak mau repot-repot memberi penjelasan ke pria sombong yang ada didepannya. Sementara dalam hati Winda semakin bergejolak karena sentuhan Maman dikulitnya membangkitkan rasa dan gairah yang membuat Winda seperti kehilangan kesadaran sejenak. Segera, Maman berdiri langsung berhadapan dengan pria tersebut. Ia mengawasi setiap detil tubuh dan gerak-gerik pria sombong itu. "Sepertinya kita memang belum pernah bertemu, mungkin kita bisa saling mengenal?." Kata Maman dengan tenang.
Baca selengkapnya

Bab 34

Selama beberapa jam, acara tersebut berlangsung dengan semarak. Sayangnya Maman tidak bisa menikmati suasana meriah di gedung tersebut, satu-satunya yang mampu membuatnya betah bertahan karena kehadiran Winda yang duduk disebelahnya.Melihat Maman yang terlihat menatap kosong ke arah panggung, padahal penyanyi yang menghibur diatas panggung tersebut mampu membuat beberapa orang penonton bertepuk tangan sambil bersorak gembira, Winda kemudian bertanya ke Maman."Kamu tidak apa-apa, Maman?."Suara lembut Winda mampu menembus riuhnya suasana dan masuk ke telinga Maman sehingga menyadarkann
Baca selengkapnya

Bab 35

Maman terus menatap tajam dengan aura mengancam ke arah para pria tersebut, dia menunggu reaksi selanjutnya dari mereka."Siapa yang menyuruh kalian melakukan ini?." Tanya Maman tegas.Keenam pria tersebut saling berpandangan tak tahu mau berbuat apa, dengan tenang Maman menuju ke arah salah satu dari mereka. Maman memilih yang terlihat paling tegap.Sontak para pria tersebut kemudian bereaksi dan memasang posisi bertahan. Me
Baca selengkapnya

Bab 36

"Pak Maman, kami sudah berhasil memperoleh keterangan yang cukup sebagai barang bukti dari para pelaku. Hari ini kami akan menangkap orang yang bernama Hans itu." Baru saja Maman masuk dan duduk diruang kerjanya, Briptu Muthalib menelepon untuk menginfokan hal tersebut.Maman mengapresiasi kinerja Briptu Muthalib dan timnya, mereka bekerja dengan cepat dan tepat kali ini."Terima kasih Pak Thalib, saya sungguh gembira mendengarnya." "Oh ya untuk dua kasus sebelumnya
Baca selengkapnya

Bab 37

Maman hendak mencegah Pak Sumardi untuk keluar ruangan, ia akan merasa lebih santai jika Pak Sumardi ada diantara dirinya dengan Pak Suryawan. Sayangnya ia kehilangan kesempatan untuk melakukan hal itu dan hanya memandang dengan kecewa saat Pak Sumardi menutup pintu dari luar."Maman, kamu apa kabar?."Maman menatap kearah Pak Suryawan dengan ekspresi dingin, sambil berkata. "Saya baik-baik saja.""Maman, kupikir saat ini tug
Baca selengkapnya

Bab 38

Betapapun terkejutnya Maman saat melihat kedua sosok tersebut ada di depan pintu ruang kerjanya, ia buru-buru segera menaiki tangga untuk menemui mereka. Kehadiran kedua sosok tersebut secara bersamaan pasti berkaitan dengan sesuatu yang penting. Segera, Maman sudah berhadapan dengan kedua sosok tersebut. Meskipun sedikit lelah karena harus menaiki tangga secara terburu-buru ia tetap tersenyum sambil bertanya. "Eh tumben kalian berdua ada disini?." Dua orang yang menunggu Maman dari tadi adalah Simon dan Mursalim. "Bukannya tadi Pak Maman yang menyuruh kami kesini?." Mursalim mengingatkan Maman soal pesan singkat yang masuk ke ponselnya yang meminta dia sehabis jam istirahat agar segera ke ruang kerjanya. "Astagaa!!!." Maman menepuk jidatnya, bagaimana ia bisa lupa?. Dia memang berencana untuk mengadakan diskusi kecil bersama Simon dan Mursalim soal pembenahan sistem yang ada di
Baca selengkapnya

Bab 39

Maman dengan tenang berjalan menuju ke ruang kerja Bu Ros. Ruang tersebut terletak di sebelah kanan dari arah masuk gedung utama, ruang kerja yang sekaligus difungsikan juga menjadi ruang tamu. Dari luar Maman melihat Bu Ros sedang menerima tamu, Bu Ros yang duduk searah dengan pintu langsung menangkap sosok Maman yang berdiri sejenak di pintu. "Selamat sore, Bu Ros!." Sapa Maman. "Sore Juga, Maman...ayo masuk!." Seru Bu Ros dengan sumringah. Maman kemudian masuk ke ruang kerja Bu Ros, saat melewati sosok tamu Bu Ros ia sempat melirik ke arahnya. Maman cukup terkejut melihat wajah sang tamu, ia sangat mengenali wajah pria ini meskipun baru satu kali bertemu. "Kamu!." Pria tersebut terkejut melihat kehadiran Maman di ruang kerja Bu Ros. "Ah dunia memang sempit, ternyata kita bisa bertemu disini." Maman menanggapi keterkejutan pria tersebut dengan dingin. "Tern
Baca selengkapnya

Bab 40

Beberapa saat kemudian, di depan gedung panti asuhan. Pada saat ini, Maman sudah bersiap meninggalkan tempat tersebut. Ia baru saja menstater motornya, namun belum sempat ia menarik gas tiba-tiba terdengar suara yang memanggil namanya. "Bang Maman, tunggu...!!!." Maman menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat sosok August sedang menuju kearahnya dengan cepat. Maman kemudian turun kembali dari motornya untuk menyambut August. "Maaf Bang, saya sedikit mengganggu." Suara August terdengar lebih sopan, peristiwa di ruang kerja Bu Ros barusan telah mengubah sikapnya ke Maman. "Gak usah panggil Abang lah, Maman aja." Maman tidak terlalu nyaman dengan panggilan Abang dari August, baginya itu terlalu formal sementara saat ini mereka berdua ada di situasi informal.  "Oh iya...maaf Maman."  "Gak apa-apa...ada yang bisa aku bantu lagi?." Ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status