Semua Bab Legenda Bumi Langit: Bab 71 - Bab 80

84 Bab

Kekacauan Istana

Blaaaar!Terdengar suara ledakan dari arah sayap kanan istana. Nampaknya suatu keributan telah terjadi di tempat itu.Suara orang-orang menjerit yang terdengar dari kejauhan, menandakan ada sesuatu tak beres tengah terjadi.Sadarga yang berada di dalam kereta kuda, bisa mendengar suara keributan itu dengan jelas. Kemudian dengan kemampuan seadanya Sadarga mencoba membuka ikat tali pada lengan dan kakinya.Namun usaha Sadarga belum juga membuahkan hasil, ikatan tali yang melilit tubuhnya ternyata sangat kuat. Akhirnya Sadarga mencoba berteriak meskipun ikatan kain masih membekam mulutnya,"Hmmmmmp! Hmmmp!"Entah apa yang dikatakan Sadarga, sepertinya ia ingin berteriak sejadi-jadinya. Atau sekedar memberi isyarat supaya ikatan pada tubuhnya segera di lepaskan.Melihat pemandangan di sekitar istana yang mulai carut-marut beberapa orang yang berada di dalam kereta kuda, memutuskan untuk memastikan keadaan dan mencari tahu apa yang sebenarnya ter
Baca selengkapnya

Aura Benih Energi

Seiring waktu berlalu, Sadarga mendapatkan beberapa informasi dari Utar. Pertemuannya dengan sang kusir tersebut bisa dikatakan banyak sekali mengandung manfaat.Dari perbincangannya dengan Utar, Sadarga menjadi lebih tahu tentang beberapa kebiasaan yang mulai membudaya di kerajaan Labodia. Selain itu Sadarga mulai tahu, bahwa seorang raja yang bernama Gantara itu memiliki kekejaman dan selalu memaksa semua orang untuk menuruti keinginannya. Akibatnya, Gantara telah membalikan keadaan seseorang. Ditangannya orang baik bisa menjadi jahat, atau siapa pun yang memusuhinya akan segera menemukan mala petaka."Mendengar semua cerita Paman, rasanya ingin sekali aku menghajar raja itu!" geram Sadarga sembari mengepal kedua tangannya."Haha, tak usah buru-buru. Sebab akupun ingin melakukan hal itu," kata Utar menyahuti Sadarga. Dari bibirnya terlukis niat untuk mengkudeta kerajaan. Namun sepertinya Utar sedang menyusun rencana dalam melakukan hal itu.
Baca selengkapnya

Orang Desa Tersembunyi!

Apa yang Sadarga lakukan? Mengapa tiba-tiba menyuruh Utar melakukan hal itu? Untung saja Utar baik hati, sang kusir itu sedikit pun melemparkan pertanyaan pada Sadarga.  Setelah Utar menggulungkan lengan baju sebelah kanan, Sadarga tak menemukan sesuatu yang hendak dicarinya.  "Hmp, ternyata bukan ya," celetuk Sadarga mengiringi kekecewaannya. Meski samar, Utar bisa mendengar dengan baik. Bisikan Sadarga itu membuatnya sedikit penasaran. "Sepertinya ada sesuatu yang sedang kau cari?"  "Ya, benar Paman. Aku pikir kau merupakan pemilik tanda busur panah, tapi ternyata bukan." Begitu terkejutnya Utar, setelah ia mengetahui jika Sadarga mencari sebuah tanda rahasia.  Lambang busur panah yang digores pada kulit seseorang, merupakan pertanda seorang pendekar husus. Kemudian tanda itu tidak boleh diketahui oleh siapa pun. Andai saja seseorang ingin mengetahui tanda busur panah milik orang lain, maka tidak a
Baca selengkapnya

Mahluk Apa Itu?

"Baiklah, terima kasih tuan!" pungkas seorang pria yang sampai saat ini terlihat menjadi juru bicara, orang-orang dari desa Lanangjagat tersebut.Kemudian pria tersebut memerintahkan kelompoknya, supaya membuka beberapa gulungan kain.Ternyata gulungan kain tersebut bukanlah kain biasa, melainkan rangkaian kain yang bisa digunakan untuk dijadikan tenda atau alas tidur di tanah lapang.***Tiga hari berlalu dengan begitu saja. Sadarga menghabiskan waktunya di Padang rumput yang saat ini seakan berubah menjadi tempat pengungsian.Setiap harinya, Sadarga membantu mengambilkan air dari sungai yang berada tak jauh dari tempat pengungsian itu. Kemudian setiap malam hari Sadarga melakukan pemburuan, menangkap ikan dan memasak hidangan makanan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang dari Desa Lanangjagat.Kepiawaian Sadarga dalam menangkap ikan di sungai, menjadikan ia dikenal sebagai si juru penyelamat. Begitupun dengan Utar. Mereka berdua tak henti-hen
Baca selengkapnya

Jalan Buntu

"Tak ada waktu untuk berpikir, jumlah korban akan terus bertambah, jika kita mengulur waktu!""Lalu, apa yang harus kita lakukan?""Jangan diam saja. Teruslah menyerang, sembari berpikir dan mencari kelemahannya!"Ya, bagaimana Utar tak kesal melihat tingkah Sadarga. Karena sedari tadi Sadarga belum juga melakukan perlawanan seperti yang dilakukannya. Pria ini malah sibuk berteriak dan menyuruh semua orang untuk berkumpul di satu titik. Untung saja Sadarga tak memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain.Andai ia tahu bahwa Utar sedang menaruh kesal padanya. Entah apa yang akan di lakukan Sadarga?Namun, apa yang dilakukan Sadarga ternyata bisa lebih berguna ketimbang ia harus melakukan pertempuran secara langsung."Menurutku, ada benarnya juga anak itu. Tak ada gunanya kita terus melayani mahluk aneh itu! Lebih baik kita selamatkan diri saja, sambil memikirkan cara mengalahkan mahluk itu," tegas seorang pria bertubuh kekar. Pr
Baca selengkapnya

Pertempuran Sekejap

Setelah Sadarga menggenggam pedang milik Utar, ia bingung harus melakukan apa? Sebab seumur hidupnya Sadarga belum pernah menggunakan benda tajam itu.Semua orang yang melihat Sadarga tentu saja keheranan. Dalam benak mereka bertanya, apakah Sadarga tidak bisa menggunakan pedang? Lalu untuk apa ia meminjamnya?Ya, benar sekali. Sadarga memang belum mempelajari jurus dan seni menggunakan pedang. Namun sesekali ia menemukan keterangan dalam kitab Azura. Pada kitab itu terdapat satu bab husus yang membahas tentang berbagai jurus pedang. Tapi apa gunanya? Karena Sadarga hanya membaca ilmu pedang itu, tanpa mencobanya.Menyadari jika dirinya sedang diperhatikan banyak orang, Sadarga langsung memejamkan mata. Pria itu mencoba mengingat semua tulisan pada kitab Azura, yang membahas tentang ilmu dan seni menggunakan pedang."Jurus pedang angin!" bisik Sadarga sembari memasang kuda-kuda menyerang.Sontak saja, Utar terkejut. Sebab ia melihat Sadarga layakny
Baca selengkapnya

Kembali

"Ti-tidak. Aku hanya terkesima saja, melihat seranganmu yang begitu cepat. Sampai mengalahkan mahluk itu dengan mudah," kata Utar. Nampaknya ia tak bisa menyembunyikan isi hatinya.  Sehingga segala perkataan batinnya diwujudkan dengan kata-kata yang keluar dari mulut.Bukan hanya itu, selain Utar masih banyak juga yang tak sanggup menahan isi hatinya. Begitu juga dengan Raka, si pria paling tangguh dari desa Lanangjagat.Kali ini Sadarga mendapatkan berbagai pujian yang mengangkat derajatnya. Berbeda dengan sebelumnya, disaat orang di sekeliling masih bertanya-tanya dan ragu dengan tingkah yang dilakukan Sadarga.Ya, terkadang Sadarga bertingkah diluar prasangka orang lain. Seperti perkataannya yang nyeleneh, tapi akhirnya orang lain dapat memahami maksud dari perkataan itu. Kemudian selama kebersamaannya dengan puluhan penduduk dari desa Lanangjagat, Sadarga sering kali memerintahkan hal yang tak masuk akal. Namun selang beberapa saat dari per
Baca selengkapnya

Kembali gelisah

Tak terasa tiga hari berlalu begitu saja. Semenjak peristiwa pertempuran Sadarga dan manusia berbulu, kini tak ditemukan lagi kekacauan yang mengganggu kehidupan di istana dan di berbagai wilayah lainnya.Suasana amanpun seakan dirasakan semua orang, termasuk para penduduk desa Lanangjagat yang kini berada di tempat pengungsian sementara.Di pagi hari yang sangat cerah, Sadarga terlihat berjalan dan membawa kayu bakar. Entah dari mana ia? Sebab Sadarga tak ditemani siapapun."Tuan, dari mana kayu bakar ini?" ucap Reni menyambut kedatangan Sadarga. Wanita ini merupakan seseorang yang menaruh simpati pada Sadarga.Ya, beberapa hari terakhir prasangka orang disekeliling Sadarga seakan terbagi. Ada yang menaruh simpati, ada juga yang berburuk sangka. "Aku baru saja turun gunung, semalam aku tak bisa tidur. Jadi ku putuskan saja untuk mencari angin segar di malam hari."Sadarga terlihat berjalan terus tanpa melihat wajah Reni, pandangannya
Baca selengkapnya

Tempat Tersembunyi

Setelah sampai di mulut goa, Sadarga merasakan keresahan dalam hatinya. Entah apa yang akan menimpanya kali ini. Namun itulah ungkapan dalam benaknya. Padahal sebelumnya Sadargalah orang paling ceria dan selalu menumbuhkan semangat bertahan hidup.Ya, semangat untuk tetap hidup.Karena sepanjang jalan menuju goa, angin kencang terus berhembus menumbangkan pepohonan hujan deras di iringi petir terus mengguyur membasahi tanah.Dari kejauhan terlihat laju tanah berjalan, terbawa arus air yang begitu kuat. Padahal itu hanyalah sebuah lumpur yang terbawa air dari hulu menuju hilir.Ada beberapa orang dari para pemuda desa Lanangjagat yang gugur melepaskan nyawanya akibat tak tahan lagi menahan gejolak amukan alam tersebut. Sungguh mengenaskan nasib mereka diterpa murka alam raya, yang datang secara tiba-tiba."Paman, sebaiknya kita mencari lagi tempat lain untuk berlindung," usul Sadarga pada Utar."Hei, bicara apa kau ini. Bukankah kamu yang men
Baca selengkapnya

Lepasnya Sukma

Sampai saat ini, Utar terus melanjutkan perjalanannya hingga mencapai perut goa. Di kedalaman tersebut suara hujan deras sudah tak terdengar lagi.Bebatuan tajam yang bisa dirasakan alas kaki pun, sudah tak ditemui lagi. Entah apa yang bisa dilihat jika sepercik cahaya menerangi kegelapan saat ini."Hei, apa kalian baik-baik saja?"Suara Utar yang terpantul dinding goa, terdengar menggema. Entah berapa orang yang masih bersamanya, hanya suara langkah dan hembusan nafas saja yang didengarnya. Tak ada seorangpun yang berbicara saat ini.Mungkin rasa lelah karena perjalanan, menjadikan diam terasa lebih baik dari pada berbicara atau sekedar menggerakkan anggota tubuh."Baiklah, aku rasa di sini tempatnya cukup aman. Jadi, jika kalian ingin beristirahat silahkan saja," Lelah. Lelah sekali. Sadarga yang merasakan suasana di dalam goa itu seakan tak berdaya lagi. Begitupun semua orang yang bersamanya.Hanya Utar dan Raka yang masih te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status