Home / CEO / Kerasukan, Berujung Menikahi CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kerasukan, Berujung Menikahi CEO: Chapter 31 - Chapter 40

110 Chapters

Ultimatum

Sasikirana“Kalau udah selesai makan, kita langsung berangkat.”Bang Vian nggak jawab pertanyaanku. Dia malah mengalihkan pembicaraan dengan sorot mata yang kembali dingin. Kenapa dia sensi banget sih ditanya tentang Vidya dan Kalila? Apa jangan-jangan dulu dia pernah punya affair dengan sekretarisnya, terus ketahuan sama istrinya?Suamiku menyeka sudut bibir, kemudian beranjak dari sofa menuju ke kamar mandi. Mood-nya berubah drastis banget. Tadi itu cemas waktu aku ketakutan di lift. Terus … dia juga kayaknya mau menciumku. Andai
Read more

Pelukan Ketika Matahari Terbenam di Maladewa

Melviano Sejak berada di dalam mobil menuju bandara, hingga kami tiba di pulau Rangali, Maldives, Sasi tidak lagi menyinggung tentang Kalila dan Vidya. Aku hanya ingin fokus dengan liburan untuk pertama kalinya setelah Kalila meninggal. Ya pasca istriku dipanggil Tuhan, menyibukkan diri dengan pekerjaan adalah pilihan terbaik agar bisa mengalihkan pikiran. Maafkan jika aku mulai egois sekarang, Kal. Aku hanya ingin mencoba bahagia dengan gadis itu, batinku berusaha menghalau rasa bersalah. Sekarang Sasi berdiri di balkon resort yang dipilihkan oleh Mama. Ternyata beliau benar-benar menyiapkan semua untuk bulan madu kami. “Udah lama banget nggak lihat laut biru jernih kayak gini. Setiap kali melihat laut, pikiran jadi lebih tenang,” cetusnya
Read more

Film Horror vs Film Dewasa

SasikiranaHari ini, aku melihat sisi berbeda dari Bang Vian. Menjelang matahari terbenam, dia begitu manis. Diri ini bisa merasakan kalau sebenarnya pria yang dikenal dingin dan kejam oleh karyawan, ternyata memiliki sifat penyayang dan hangat.Begitu matahari menenggelamkan diri seutuhnya, kami kembali masuk ke kamar. Setelah membersihkan diri, aku dan Bang Vian bersiap makan malam. Bu Fani benar-benar mempersiapkan semuanya. Coba kalian bayangkan kamar yang kami tempati benar-benar private. Nggak seorangpun yang bisa melihat apa yang kami lakukan di balkon.Emangnya mau ngapain sih? bisik hatiku.Berenang pake bikini dong,
Read more

Beach and Kissing

Melviano Seperti janji yang telah diucapkan tadi malam, selesai sarapan aku mewujudkan keinginan Sasi yang lain yaitu berjalan di pinggir pantai. Istriku tampak bahagia ketika berlarian di atas pasir putih yang begitu bersih. Tawa riang menghiasi parasnya, sehingga tampak begitu ceria dan … cantik. Ya, aku harus mengakuinya. Setiap hari, Sasi terlihat semakin cantik dan menarik. Itu membuatku sulit untuk mengendalikan diri. Contohnya tadi malam. Susana kamar dengan penerangan seadanya, ditambah lagi dengan adegan film dewasa membuatku nyaris kehilangan kontrol. Keinginan untuk menyentuh istriku terbesit begitu saja. Terkadang berpikir, persetan dengan perjanjian itu. Tapi sebagai pria yang memegang teguh komitmen, aku tidak akan mengingkarinya kecuali jika Sasi mengizinkan. Sebisa mungkin harus berusaha mengendalikan diri.
Read more

Permintaan Gadis Kecil Tak Kasat Mata

SasikiranaJantung ini berdegup dengan kencang. Ya ampun, apakah ini mimpi? Aku baru saja berciuman penuh hasrat dengan seorang Melviano Stanley, pria yang diidam-idamkan banyak wanita. Masih terasa manis bibirnya di lidahku dan aroma segar napasnya di hidungku.Kalian jangan berpikiran kalau aku mulai jatuh cinta kepadanya. Diriku hanya terhipnotis dengan pesona dan kharisma Bang Vian saja. Apalagi kami jatuh berguling-guling di atas pasir, seperti film romantis yang pernah ditonton. Terbawa suasana, ya, lebih tepatnya begitu. Mungkin dia juga demikian. Kami sama-sama terbawa suasana romantis yang disuguhkan oleh pantai salah satu pulau di Maldives ini.Aku kemudian pasrah ketika Bang Vian menggendong tubuh ini. Mungkin akan membiarkan apapun yang dilakukannya setelah berciuman tadi.Ketika
Read more

Hal di Luar Dugaan

MelvianoSasi terkejut bukan main ketika sadar aku berdiri di belakangnya. Dia baru saja meletakkan gagang telepon. Entah siapa yang dihubunginya, sehingga istriku mengucapkan sesuatu yang membuat keningku berkerut.“Kamu tadi telepon siapa?” tanyaku lagi ketika tidak mendapatkan jawaban darinya.Aku tahu persis dia tidak kenal siapa pun di sini. Mengenai perkataannya tentang ikan nemo tadi, tidak bisa dipercaya begitu saja. Sasi seperti menyimpan sesuatu. Ketika didesak, dia selalu berkilah kalau aku tidak akan percaya dengan perkataannya.Rentetan kejadian mulai dari Sasi pingsan saat malam pertama membawanya ke rumah, ketakutannya di dalam lift, hingga perkataan yang baru saja didengar membuatku yakin bahwa dia menyimpan sesuatu dari diri ini.
Read more

Aku Memang Aneh

SasikiranaMalam ini tidurku nyenyak lagi. Bukan berarti nggak ada makhluk halus di sini, tapi karena Bang Vian. Setelah dipikir-pikir, aku mulai bisa tidur lelap semenjak dia ada di sampingku. Senyum mengambang di wajah ketika melihat Bang Vian sedang menatapku.“Pagi, Bang. Maaf saya selalu telat bangun,” gumamku sambil mengerjapkan mata.“Nggak pa-pa. Saya nggak tega bangunkan kamu karena nyenyak banget.”“Padahal sebelumnya saya nggak begini loh. Baru belakangan bisa tidur dengan nyaman sampai nggak bangun sebelum pagi,” ungkapku jujur.Dia menganggukkan kepala, kemudian bangkit ke posisi duduk.“Saya mau mandi dulu, setelah itu giliran kamu yang mandi. Sel
Read more

Keadaan yang Membingungkan

MelvianoAku semakin tidak bisa mengendalikan diri setiap kali berdekatan dengan Sasi. Kenapa bisa berubah dalam waktu singkat? Bahkan selama menduda lima tahun, tak pernah terbesit di pikiran untuk bermain wanita. Diri ini masih bisa meredam hasrat yang tumbuh.Selama tiga hari ini, aku jarang sekali memikirkan Kalila. Apakah itu artinya Sasi sudah mulai masuk ke hatiku? Apakah diriku mulai move on dari Kalila? Entahlah.Mengenai telepon resepsionis tadi pagi, masih menjadi tanda tanya bagiku. Bagaimana Sasi bisa tahu informasi seakurat itu? Satu-satunya penjelasan yang menurutku masuk akal adalah dia bisa berkomunikasi dengan ikan. Mungkin saja karena ia tinggal di pinggir pantai, sehingga sering mengajak ikan berbicara. Ada banyak juga pawang binata
Read more

Kehadiran Kalila yang Membuat tidak Nyaman

SasikiranaSedih banget lihat Ibu tadi. Dia sampai menangis waktu diberi tahu tentang roh putrinya yang menemuiku kemarin. Untungnya dia percaya dengan apa yang kuceritakan. Ibu itu juga pengin lihat roh anaknya, tapi sayang nggak bisa.“Bang,” panggilku kepada Bang Vian yang diam saja sejak tiba di resort.“Ya?” sahutnya.“Saya sedih banget.” Tangisku pecah kembali teringat raut wajah gadis cilik dan juga ibunya tadi.“Ssttt … udah, Dek.” Bang Vian menarikku ke dalam pelukan. “Sekarang jangan sedih lagi. Mereka selamat dan sebentar lagi jasad anak itu juga akan ditemukan.”Ya ampun, ini dada kok nyaman banget ya buat bersandar. Rasanya
Read more

Mulai Mengaguminya

MelvianoKetika mata mulai terbuka, aku bisa merasakan Sasi menggeliat di dalam pelukan. Setiap malam ia selalu memelukku seperti ini. Kalian jangan berpikir kami telah melakukannya. Hingga kembali ke Jakarta setelah bulan madu selama tujuh hari, kami selalu gagal merealisasikan niat untuk menyatukan diri.Keanehan selalu terjadi ketika aku ingin mencumbunya. Sasi menguap, kemudian tertidur lelap. Dia tidak berpura-pura, karena deru napas khas orang tidur meluncur begitu saja dari sela hidungnya. Mungkin aku memang harus bersabar.Meski terlalu banyak tanda tanya di kepala ini mengenai kejadian saat di Maldives, tapi aku mengurungkan niat untuk bertanya lebih detail kepadanya. Paling tidak, sifat sosialnya yang tinggi membuatku mulai kagum dengan istri yang baru dinikahi hampir sepuluh hari yang lalu. Selain cantik, dia juga rendah hati.
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status