Jam tiga dini hari, berakhirnya malam berganti tanggal baru, sisanya segera ditelan angin pagi. Waktu saat seharusnya, siapapun yang tengah memunguti patah hati, mengistirahatkan diri. Bukankah begitu? Semakin larut, semakin jujur. Kira-kiranya, karena sunyi senyap tidak ada lagi yang akan mendengar. Suara sekecil apapun akan menggema di tengah ruang, menghantui hati-hati yang kesepian. Lorna Lehnserr terdiam di balkon apartemen pribadi miliknya dan seorang laki-laki yang baru ia kenal hampir setahun kebelakang, terletak di wilayah sub-urban yang agak jauh dari pusat kota. Dengan sebatang rokok terselip diantara dua jemari, netra terang memandang sepi. Ada yang sedang tidak baik-baik saja. Perempuan itu bukan perokok akut, tidak sama sekali. Ia punya kesehatan diri sendiri serta reputasi mengikat nama keluarga yang harus selalu dijaga. "Fucking hell."
Read more