Home / Fiksi Remaja / Takdir Ikatan Suci / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Takdir Ikatan Suci: Chapter 41 - Chapter 50

86 Chapters

40. Tamu Spesial

"Siapa?" tanya Almera mencoba biasa saja ditengah suaranya yang gemetar menahan tangis."Siapa, Pak?" Almera mengulang pertanyaannya, karena Romeo tidak kunjung menjawab. Hanya terdiam dengan pandangan datar, seraya merangkul mesra perempuan di sampingnya. Hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, Romeo datang bersama perempuan lain. Dia sudah mencoba berfikir positif, siapa tahu perempuan itu hanya rekan kerjanya. Namun, semuanya terhempas setelah melihat posisi mereka yang terbilang cukup mesra."Pacar," jawab Romeo enteng. Lalu, dengan santainya dia melangkah melewati Almera yang terdiam kaku. Tangannya memeluk pinggang sang pacar dengan posesif, membawanya menuju ruang tamu.Sakit, itu lah yang saat ini Almera rasakan. Kenapa Romeo setega ini, sampai membawa kekasihnya datang ke rumah? Mengetahui Romeo memiliki kekasih saja dia sudah tidak terima, hatinya sakit dan sesak. Apalagi sekarang yang dengan santainya, membawanya ke rumah mereka berdua. Rumah
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

41. Jurang Kesakitan

Setiap orang memiliki cara sendiri untuk mengembalikan suasana hati yang sedang memburuk. Entah dengan cara yang normal atau pun tidak. Sama seperti yang Almera lakukan sekarang, dia mencoba mengalihkan rasa sakit hatinya dengan menonton sebuah drama Korea. Meskipun sebenarnya dia sulit untuk fokus karena pikiran yang bercabang kemana-mana, tetapi setidaknya bisa sedikit mengembalikan suasana hatinya.Terkadang, Almera berharap bisa memiliki pasangan dan cerita cinta seperti di film yang pernah dia tonton. Terlihat begitu menyenangkan tanpa merasakan sakit hati. Namun dia sadar, tidak ada hidup tanpa adanya masalah. Semua sudah diatur oleh takdir dan dia hanya bisa mengikuti kemana takdir itu membawanya.Saat Almera sudah mulai terhanyut pada apa yang dia tonton, suara klakson mobil berhasil mengalihkan perhatiannya. Dengan dahi mengernyit bingung, dia bangkit dan berjalan mendekati jendela. Kebetulan dia masih berada di ruang tamu, karena rasanya sangat malas untuk me
last updateLast Updated : 2021-09-19
Read more

42. Tidak Adil

Dengan napas yang masih memburu lantaran emosi, Romeo membalikkan badannya membelakangi Almera. Tangannya yang mengepal dia masukkan ke saku celana. "Cukup diam dan jika di depan keluarga, seolah kita hidup bahagia," ucap Romeo tanpa beban. Dengan cepat Almera menoleh, menatap punggung Romeo dengan tatapan tidak percaya. Dia menghapus air matanya kasar dan berdiri, tepat di belakang Romeo. "Kalau begitu, biarkan saya mencari pacar," kata Almera tersenyum tipis hingga nyaris tidak terlihat. Romeo membalikkan badannya dengan wajah yang memerah. Hingga sekarang, posisi keduanya saling tatap dengan emosi yang sama-sama membara. "Tidak, sampai kapan pun saya tidak akan mengizinkan kamu mencari seorang pacar. Apa kamu lupa, kalau sekarang sudah menjadi seorang istri? Apa kamu mau menjadi istri durhaka?" tanya Romeo menatap Almera tajam. Rahangnya mengeras, hingga urat-urat di lehernya begitu terlihat. Almera memalingkan wajahnya dengan senyu
last updateLast Updated : 2021-09-26
Read more

43. Berusaha Meluluhkan

Almera gelagapan, dengan cepat dia memalingkan wajahnya ke arah mangkok bubur yang ternyata sudah kosong. Dia merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya terlarut dalam ketampanan Romeo. Hingga tidak sadar dengan keadaan dan lihatlah sekarang, dia merasa sangat malu. "Oh sudah habis ya? Tadi ... saya terlalu menikmati buburnya, jadi enggak sadar kalau sudah habis," kilah Almera beranjak turun dari pangkuan Romeo dan duduk di kursi sebelahnya. "Oh." Romeo menarik bubur miliknya yang sudah dingin dan mulai melahapnya. "Bapak, hari ini mau ke mana?" tanya Almera menyilangkan kedua tangannya di atas meja. Dia mencoba melupakan kejadian kemarin dan mulai mengakrabkan diri kepada Romeo. Menerima perlakuan baik Romeo barusan, membuat dia bertekad di dalam hati. Bahwa mulai saat ini, dia akan berusaha meluluhkan hati sekeras batu itu. Romeo hanya melirik sekilas tanpa menjawab. "Saya mau mandi dul
last updateLast Updated : 2021-09-29
Read more

44. Tendangan Almera

Dengan mata yang perlahan terpejam, Almera berusaha menstabilkan detak jantungnya. Apalagi napas Romeo yang beraroma mint begitu terasa di wajahnya, membuat dia semakin tidak karuan. "Kenapa merem? Berharap saya cium hm?" Romeo berbisik tepat di telinga kiri Almera. Mata Almera langsung terbuka lebar dengan napas yang memburu. Tanpa berpikir panjang, dia menendang bagian bawah Romeo. "Enggak lucu, Pak," ketus Almera bersedekap dada. Dengan spontan Romeo menjauh dari Almera. Wajahnya berubah menjadi merah dengan meringis kesakitan. Dia mencengkeram lengan sofa kuat, melampiaskan rasa sakit yang disebabkan oleh tendangan Almera. Matanya terpejam erat dengan bibir yang digigit, bahkan rasanya ingin berteriak sekencang mungkin. Rasanya seperti akan mati, argh! batin Romeo berteriak tidak tahan. Almera sedikit melirik ke arah Romeo, karena tidak mendengar suara apa pun. Seketika w
last updateLast Updated : 2021-10-01
Read more

45. Hanya Orang Asing

Jantung Almera seakan berhenti berdetak, tidak menyangka kalau Romeo akan memberi pertanyaan seperti itu. Dengan bibir bawah yang digigit kuat, dia memikirkan jawaban yang sekiranya bisa membawanya keluar dari situasi ini. "Hm," deham Romeo membuat Almera terperanjat kaget. Setelah menarik napas pelan, Almera bangkit dan memutar badannya secara perlahan. Senyum lebar yang memperlihatkan giginya terlihat sekali bahwa dia sedang kikuk. "Bapak, ke sini pasti mau istirahat 'kan? Jadi silakan, saya mau ke taman biar enggak ganggu," ujar Almera berjalan cepat menuju pintu. Namun saat melewati Romeo, kerah baju belakangnya ditarik seperti seekor kucing. "Eh eh, lepas, Pak!" titah Almera memukul lengan Romeo pelan. "Kamu belum menjawab pertanyaan saya," ucap Romeo seraya melepas pegangannya di kerah baju Almera. Almera memalingkan wajahnya ke samping dengan meringis kecil, m
last updateLast Updated : 2021-10-05
Read more

46. Ancaman dan Penjelasan

Rumah mewah yang didesain dengan tampilan tradisional, terlihat begitu asri. Saat membuka gerbang, sudah disuguhi dengan jalan setapak yang mengarah ke pintu utama. Sekumpulan mawar merah dan pohon mangga di halaman depan menambah kesan nyaman serta sejuk bagi si empunya. Apalagi buah mangganya yang begitu lebat, membuat siapa saja yang melihatnya merasa tergoda. Meskipun pekerja kantoran, tetapi Rizky kurang suka terhadap hal-hal yang berbau glamor. Maka dari itu, setelah mempunyai banyak uang, dia memutuskan untuk membangun rumah sendiri dengan aksen tradisional. Hanya dengan melihat hamparan bunga dan menghirup udara segar di pagi hari yang bisa membuat semangat bekerjanya semakin membara. "Sayang," panggil Rizky berusaha memegang tangan Widya. "Apa? Lo mau maksa gue melakukan itu lagi? Dengar ya, meskipun gue cinta sama lo, tetapi gue enggak mau nurutin permintaan lo! Gue akui, gue memang enggak sesuci dan sepolos A
last updateLast Updated : 2021-10-10
Read more

47. Sebuah Cerita

Widya menatap ke depan, perlahan sudut bibirnya terangkat membentuk senyum miring. Kemudian dia beralih menatap wajah sang kekasih yang menampilkan raut kebingungan dan keraguan."Enggak, mau seberapa bahayanya ancaman itu, aku enggak akan pernah mau mengorbankan masa depan aku. Kita foto di ranjang, seolah sudah melakukan itu, tanpa melepas seluruh baju. Karena, nanti kita gunain selimut buat nutupin," jelas Widya serius.Dia geram dan kesal, ingin sekali rasanya bertemu dengan perempuan yang bernama Citra Citra itu. Akan dia pastikan suatu saat Citra menyesal telah berencana menghancurkan rumah tangga sahabatnya. Apalagi Romeo, saat ini dia akan diam saja, seolah tidak tahu apa-apa. Namun, jika sampai suatu hari Romeo membuat Almera hancur hingga meneteskan air mata di depannya, maka saat itu juga dia akan menjadi Tuhan yang memisahkan keduanya."Bagian atasnya dibuka?" tanya Rizky menelan salivanya susah payah. Bagaimana pun juga dia ini pria normal, akan ter
last updateLast Updated : 2021-10-18
Read more

48. Ciuman Pertama

Setelah mendengar sedikit cerita masa lalu dan nasihat dari bundanya, Almera semakin memantapkan langkahnya ke depan. Tidak ada lagi rasa ragu atau pun takut atas hubungannya dengan Romeo. Sekarang, bukan waktunya untuk meratapi nasib apalagi menyerah. Karena, ada seorang wanita atau bahkan lebih yang sedang menunggu kehancurannya demi bersatu dengan Romeo. Berusaha lebih keras untuk mendapat tempat di hati Romeo adalah tujuan utamanya. "Eum ... Bap- e ... Mas hari ini mau ke mana?" tanya Almera dengan tangan yang saling memilin gugup. Matanya mencuri pandang ke arah Romeo yang sedang asik dengan laptopnya. Ya, dia sudah memutuskan untuk mengubah panggilannya kepada sang suami. Memulai dari awal dengan panggilan yang sudah seharusnya. Tubuh Romeo menegang, tanpa sadar dadanya berdebar kencang. Suara lembut Almera mengalun indah di telinganya. Apalagi ini baru pertama kali dia mendenga
last updateLast Updated : 2021-10-24
Read more

49. Makan Siang Bersama Mertua

"Gila sih, lo pulang tetapi enggak ngabarin gue. Udah berapa lama lo di sini?" tanya Amel kepada perempuan yang memakai dress ketat di depannya. Dia adalah Citra. "Ha ha sorry, gue lupa buat ngabarin lo. Lagian gue di sini baru sekitar seminggu kok," jawab Citra tertawa ringan. "Wah, parah lo, giliran ke gue aja lupa buat ngabarin dan apa tadi, baru seminggu? Lo emang benar-benar ya, Cit. Seminggu dibilang baru, selama itu juga lo enggak ngabarin gue sama sekali. Untung aja mami gue ngasih tau, coba kalau enggak, mungkin gue tahunya bulan depan." Amel menatap Citra sinis. Dia kesal karena baru tahu tentang kedatangan orang terdekatnya. Tidak ada kabar atau apa pun, padahal seminggu sebelumnya dia sempat video call dengan Citra. Citra tertawa terbahak-bahak. Merasa lucu melihat Amel mengomel dengan tatapan sinisnya. "Bukannya gitu, Mel. Gue emang lagi sibuk, jadi enggak sempat ngabarin lo. Gue pulang ke sini juga karena udah janji sama pacar gue. Ya lo
last updateLast Updated : 2021-10-30
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status