Home / Fantasi / Terjebak di Negeri Dongeng / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Terjebak di Negeri Dongeng: Chapter 1 - Chapter 10

34 Chapters

Part 1. Terjebak dalam Tubuh Asing

"Panji, cepat pergi dari sini, biar gue aja yang coba nahan mereka, elo harus segera sampai di markas," titah Reno temanku sesama mafia, sambil membantu beni menyiapkan senjata yang ada. Aku mengangguk, meng-iyakan Reno. Pagi ini tiba-tiba markas bayangan sindikat hitam kami, disatroni oleh Genta, dia adalah musuh bebuyutan sindikat kami. Entah bagaimana caranya mereka bisa mengetahui markas bayangan ini, padahal semua akses sudah kami tutup rapat. Entahlah. Tanpa menunggu perintah dua kali, aku segera membawa semua untuk dibawa ke markas utama, tanpa membuang waktu panjang, aku segera masuk mobil tancap gas, membawa mobil ugal-ugalan membelah jalanan untuk satu tujuan, aku ingin segera sampai markas utama. Selama di perjalanan aku masih tidak habis pikir, kenapa mereka bisa masuk padahal semua kemungkinan sudah kami pertimbangkan dengan baik dan teliti. Kenapa Genta bisa mendapatkan akses markas bayangan kami? Adakah p
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more

Part 2. Penyamaran

Satuhal yang patut disyukuri dari kesialanku, ketika jiwaku terjebak dalam raga asing di jaman antah berantah ini, aku masih membawa serta kemahiranku beladiri dan bermain senjata. Ini adalah kehendak Tuhan yang sangat luar biasa.Pasalnya, ini merupakan kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan Arya Wisesa yang asli. Arya Wisesa adalah pemuda pecandu syair, pujangga picisan yang tidak mahir bermain olah kanuragan. Itulah kenapa Ayahandanya menginginkan dia belajar olah kanuragan di Padhepokan milik Mpu Gandiswara.Usai berhasil melatih satu jurus baru, biasanya Mpu Gandiswara akan melepas murid-muridnya untuk berburu dihutan. Hal ini dia lakukan untuk melatih kemahiran murid-muridnya.Tapi siapa sangka justru Itulah awal dari kisah tragis Arya Wisesa, dia terjatuh dari kuda yang hampir merenggut nyawanya. Dan tragisnya lagi, aku harus terlibat terjebak dalam tubuhnya.Oh shiiitttt. Entah apa yang menyebabkan kuda tunggangan
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more

Part 3. Bersiap Siaga 1

Embun menetes dari daun bunga terompet yang ada diluar bilikku. Pagi ini udara di Gunung Wilis sangat dingin, bisa menggigil jika tidak terbiasa.   Tak kuhiraukan dinginnya udara pagi yang menerpa tubuhku, dengan langkah tegap kulangkahkan kakiku keluar dari bilik.   Baru kusadari, di halaman bilikku yang tidak terlalu luas, beraneka tanaman bunga tersusun rapi dan tampaknya begitu terawat.   Apakah Arya Wisesa yang merawat tanaman ini?    Amazing. Tiba-tiba aku terpesona dengan pribadi Arya Wisesa. "Dia pasti seorang pria berhati lembut," gumamku dalam hati.   Aku masih terpesona dengan pribadi Arya Wisesa yang lembut, dalam asumsiku. Karena tidak mungkin seorang pria kasar bisa merawat tanaman dan menatanya begitu apik seperti ini.   Tiba-tiba terdeng
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more

Part 4. Bersiap Siaga 2

Setelah romo kembali ke istana, aku tidak mau buang-buang waktu untuk berleha-leha. Kutepis sejenak rasa penasaran untuk mengulik jati diri seorang Arya Wisesa, karena aku hanya punya waktu satu purnama. Biarlah nanti saja aku menuntaskan rasa penasaranku itu.  Setelah satu purnama aku harus kembali pulang ke istana.    Hari demi hari kuhabiskan untuk berlatih, dengan didampingi Mpu Gandiswara, aku berusaha mati-matian, semua kulakukan demi keselamatanku. Kukira ini yang terpenting saat ini. Biarlah rasa penasaran itu akan kutuntaskan seiring waktu. Tak perlu menjadi fokus utama.   Orang bijak bilang, dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Dan pepatah itu benar adanya. Tak ada yang sulit, jika kita memiliki kemauan yang besar untuk belajar. Karena keinginanku sangat kuat untuk belajar, aku menjadi lebih mudah memahami jurus-jurus yang kata Guru dulu begitu sulit difahami oleh Arya Wisesa. Bel
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more

Part 5. Perjalanan Menuju Istana

Ketika menyadari bahwa ini akan menjadi saat terakhir keberadaanku di padhepokan, dada ini tiba-tiba terasa nyeri. Ada rasa enggan untuk meninggalkan tempat ini, entah kenapa aku merasa nyaman, seperti berada dirumah sendiri. Mpu Gandiswara yang memiliki jiwa ketulusan sebagai seorang guru, Rangga Suta dan Nimas Ayu yang sudah seperti saudara sendiri begitu hangat menerima keberadaanku. Di sini aku merasakan memiliki keluarga, sesuatu yang tidak pernah aku miliki di dunia asalku. Iya, Panji hidup terlunta-lunta sejak kecil, menggelandang dan mengemis belas kasihan orang hanya sekedar untuk mengganjal perut dari rasa lapar."Duh, berat sekali meninggalkan tempat ini?" aku mendengus kasar.Tapi apa mau dikata, aku tidak punya pilihan lain, karena Romo Sura Wijaya tetap menyuruhku kembali ke istana. Aku tidak mungkin bisa menolak. Apalagi Romo juga mengabarkan bahwa ibunda Galuh Wangi sudah tidak sabar menunggu kepulanganku. Mungkin
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more

Part 6. Pendekar Cantik Berjubah Biru

emoga ada petunjuk yang kutemukan. Ketika aku mau naik diatas kuda sepintas aku lihat ada kalung tergeletak di atas tanah bekas pertempuran tadi. Aku beringsut mengambilnya, diikuti tatapan mata Nimas Ayu Larasati dan Rangga Suta penuh tanya."Ada apa, Raden?" tanya mereka serentak.❤️❤️❤️Kuperlihatkan pada mereka, sebuah kalung kalau menurut pendapat pribadiku, benda yang hanya dimiliki kaum bangsawan di jaman ini. Rangga Suta dan Nimas Ayu saling pandang."Aku akan menyimpannya, mungkin ada petunjuk tentang mereka," ujarku sembari memasukkan kalung itu di balik bajuku, mereka mengangguk paham.Kami bersiap melanjutkan perjalanan untuk keluar dari hutan. Suara kinjeng tangis yang tadi sempat terkalahkan oleh suara riuhnya pedang beradu pedang, kini mulai nyaring terdengar. Seolah membuktikan bahwa dialah pemilik suara hutan yang sesungguhnya.Suasana hutan kembali diliputi kesunyian,  hanya dengungan kinjeng tangis yang terdengar meny
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more

Part 7. Bertemu dengan Dyah Ayu Nareswari

Setelah menempuh perjalanan dua hari, dengan berbagai halangan dan rintangan yang menghadang. (Udah kayak perjalanan kebarat mencari kitab suci aja. Hehehe)Tepat ketika matahari hampir tenggelam diufuk barat, kaki-kaki kuda kami telah menapaki jalan menuju rumahku, akhirnya sampailah kami bertiga di gerbang masuk kota raja, Istana Pakuwon Sang Akuwu Sura Wijaya. Di sepanjang jalan yang kami lalui, disisi kiri dan kanan jalan, berdiri tegak banyak umbul-umbul serta obor yang disusun sedemikian rupa, sehingga suasana senja yang temaram, tampak megah layaknya menyambut kedatangan tamu agung. Benar, tamu agung itu adalah aku, Arya Wisesa, calon pengganti Romoku kelak di istana ini. Sudah selayaknya jika kedatanganku di sambut sedemikian rupa. Hal ini membuatku sedikit tersanjung. Sangat berkebalikan dengan sosok Panji selama ini. Hiks...'Hey, aku hanyalah seorang mafia, hanya seorang bandit, siapa yang sudi memberi sambutan semegah ini pada seor
last updateLast Updated : 2021-08-14
Read more

Part 8. Patah Hati

POV Nimas Ayu LarasatiBegitu berhasil keluar dari keroyokan Penjahat didalam hutan, kami melanjutkan perjalanan kembali. Berharap menemukan perkampungan untuk mencari kedai makan dan tempat beristirahat. Rasanya tubuh ini sudah sangat penat. Tapi siapa nyana, justru di kampung itu kami kembali berjumpa dengan para begundal menjijikkan, sok main perintah, sok berkuasa, dan sok kuat.Huh ... menjijikkan tidak tau malu, padahal hanya dengan beberapa jurus saja aku bisa melumpuhkan mereka semua yang berjumlah belasan orang. Tidak sesuai dengan mulut besarnya yang seolah-olah sanggup menggenggam dunia. Ini pertama kali aku turun gunung dari padhepokan, ibarat menguji kemampuan dan mendedikasikan ilmu yang kumiliki untuk membela yang lemah seperti nasihat Romo. Karena ini adalah pengalaman pertama, maka tentunya Romo tidak mungkin melepasku keluar sendirian untuk mengantar Raden Arya Wisesa. Romo memerintahkan Kangmasku yang paling gagah sedunia itu bersamaku m
last updateLast Updated : 2021-08-14
Read more

Part 9. Simo Seto

POV Nimas Ayu Larasati"Benarkah itu, Kanda?" tanya Dyah Ayu Nareswari yang tiba-tiba sudah dibelakang kami berdua. Tatap matanya menyelidik pada kami berdua, aku hanya bisa menundukkan kepala. Rasanya tidak sanggup melihat tatapan mata yang terlihat begitu terluka milik gadis itu, sungguh aku sangat tidak tega melihatnya. Bagaimanapun aku juga seorang wanita, sangat tahu bagaimana rasanya merasa diabaikan. Aku bahkan tadi malam begitu terluka ketika menyaksikan dan mendengar kabar tentang rencana pernikahan mereka. Sungguh, Aku sangat tahu apa yang dia rasakan. Kecewa, merasa tidak dianggap atau bahkan merasa dikhianati, oleh calon suaminya. Atau justru menuduhku menggoda calon suaminya?"Dyah Ayu, ini tidak seperti yang kau bayangkan," terangku mencoba memperbaiki situasi."Aku tidak bertanya padamu, Nimas," jawabnya dingin. Baiklah, sebaiknya aku akan menyingkir dari mereka sekarang, supaya tidak memperumit keadaan. Aku
last updateLast Updated : 2021-08-14
Read more

Part 10. Merubah Sejarah

POV Arya Wisesa"Benarkah itu, Kanda?" terdengar suara Dyah Ayu Nareswari sudah berada dibelakang kami. Aku tersentak mendengarnya, bagaimanapun ini adalah situasi yang sulit bagiku. Apapun yang kulakukan pasti akan ada hati yang terluka diantara dua gadis ini.Semenjak terjebak di tubuh Arya Wisesa, entah kenapa hatiku jadi selembut ini. Bahkan melukai perasaan seorang gadis aku tidak bisa, padahal biasanya aku mana pernah seperti ini. Aku mendesah panjang.Bahkan ketika gadis yang kucintai melangkah menjauh dariku, aku tak tahu harus berbuat apa. Entah terbuat dari apa hati gadis ini, meski aku melihatnya begitu terluka, Nimas mencoba menjelaskan pada Dyah Ayu, tapi sepertinya dia sudah terlanjur begitu marah pada gadisku. Aku tahu keduanya merasa terluka olehku, di satu sisi Nimas tersakiti dengan perjodohanku dengan putri pamanku, di sisi lain Dyah Ayu terluka mendengar kenyataan bahwa aku mencintai gadis lain.Aku hanya mamp
last updateLast Updated : 2021-08-14
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status