Home / Romansa / Falling for you / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Falling for you: Chapter 31 - Chapter 40

89 Chapters

Episode 31

“Bunganya indah sekali!” Aku memalingkan wajah pada suster jaga. Ia tersenyum sambil memindahkan rangkaian bunga mawar berwarna kuning cerah dari buket ke dalam pot kaca lalu meletakkannya di atas nakas di samping ranjangku. Tadi pagi saat aku kembali dari berjemur di halaman rumah sakit untuk mencari udara segar, kudapati sebuah buket mawar telah bertengger di atas nakas. Ada kartu ucapan di dalamnya, tertulis lekas sembuh, tapi tanpa nama pengirim. Suster itu menyodorkan segelas air minum kepadaku. “Melihat ukuran buket itu jumlahnya mungkin sekitar seratus tangkai. Pacarmu romantis sekali,” komentarnya. Aku hampir tersedak air. “… pastinya,” ujarku terbatuk. Andai dia tahu, kalau memang Jason yang mengirimkan bunga-bunga itu, pasti ia melakukannya cuma untuk pencitraan. “Bagaimana dengan pemeriksaan lanjutannya suster?” aku menahan nyeri saat berpindah posisi duduk. “Bukankah baru besok jadwalnya? Dokter bilang tulangmu tidak retak atau patah, seha
Read more

Episode 32

“Berhentilah menggigiti kuku, ada apa denganmu?” ibuku melirik sebal padaku dari sofa tempatnya duduk di sisi ranjang. Ia tengah menungguiku sambil mengupas sepiring apel. “Jason belum datang?” gumamku gelisah, lebih kepada diri sendiri. Sejak kepergian pria asing misterius itu aku tak bisa tenang sekejappun. Benakku terus saja memikirkan setiap ucapannya. Menganalisisnya. Pria itu tidak bilang dia polisi, namun juga tidak mengatakan sebaliknya. Dari omongannya sepertinya dia juga mengincar Paul tapi untuk alasan yang berbeda. ‘Sesuatu yang lebih besar’, dia bilang waktu itu. Dan menurutnya tindakanku mencari tahu tentang Paul tempo hari telah mengganggu usahanya tersebut. Tapi tunggu dulu, dari mana dia tahu aku menyelidiki Paul? Seingatku aku belum memberitahu siapa-siapa tentang kunjunganku ke café Jorge tempo hari, bahkan kepada Jason. Lantas bagaimana pria itu bisa tahu? Aku bergidik ngeri. Mungkinkah aku selama ini telah diawasi? Tapi ke
Read more

Episode 33

Aku dirawat di rumah sakit selama seminggu, hari ini adalah jadwal kepulanganku. Jason telah menghubungiku tadi pagi dan berkata akan menjemputku siang ini setelah dia kembali dari biro, jadi aku sedang menunggunya sambil menulis jurnalku untuk mengisi waktu. Banyak yang terjadi belakangan ini, dan sejak aku sibuk mencari Jason tempo hari aku belum sempat melakukannya lagi. Aku suka menulis jurnal, untuk mendokumentasikan hari-hariku. Semua perasaanku dan segala yang terjadi, sebagai pengingat. Seperti ketika orang-orang senang mengambil foto untuk mengabadikan setiap momen berharga yang penting bagi dirinya. Jurnal-ku juga seperti itu. Self healing, kalau tidak salah aku pernah membaca istilahnya di suatu tempat. Sejak kemunculannya hari itu pria misterius yang datang untuk—menurutnya— memperingatkanku, tidak pernah menampakkan dirinya lagi, begitupun dengan tanda-tanda keberadaannya. Aku mencoba mencari tahu identitasnya dari suster jaga yan
Read more

Episode 34

“Apa kau bilang?” Aku khawatir salah dengar sebab tak mungkin dia baru saja mengatakan bahwa aku akan menyanyikan original soundtrack-nya Frosty Fountain. Namun ekspresi Jason bergeming. No way … “The Blues Record, label yang menangani original soundtrack Frosty Fountain, ingin kau ikut menyanyikan salah satu lagu di dalam film itu, “ ia memulai. “Mereka melihat penampilanmu saat kau bernyanyi di pesta ulang tahunku tempo hari, dan menurut mereka warna suaramu cocok dengan karakter dalam lagu-nya.” “Lalu Scott bertanya padaku, apa aku bisa membuatmu setuju untuk ikut serta dalam proyek itu.” Pikiranku langsung kosong. Mulutku membuka lalu menutup lagi seperti ikan sekarat. “Kau sedang bercanda,” cetusku. Lelucon terhebat tahun ini, batinku. “Apa kau tidak mau? Sayang sekali, padahal banyak penyanyi mengantre demi bisa dipilih oleh Scott Riley, ya sudah apa boleh buat…” ia berkata enteng sambil mengambil ponsel dari dalam sakuny
Read more

Episode 35

Aku tak pernah membayangkan akan terlibat dalam sesuatu yang besar seperti menjadi pengisi lagu soundtrack sebuah film. Ditambah lagi buatan sutradara sekaliber Riley Scott. Seolah kini satu persatu mimpiku mulai jadi kenyataan. Frosty Fountain adalah film yang hampir diperankan oleh Jason tempo hari, meskipun akhirnya Thomas Parker yang menggantikannya. Dan sejak aku mengontak Blues Record kemarin mereka pun mengirimkan partitur lagunya supaya bisa kupelajari. Mereka juga menyarankan aku mempelajari alur filmnya, atau minimal berdiskusi dengan para pemainnya, karena menurut mereka itu bisa membuatku menemukan penghayatan dengan gayaku sendiri terhadap lagu yang bakal kunyanyikan di dalam film itu. Cara yang sangat jitu dan profesional menurutku. Sebab menyanyikan lagu soundtrack sebuah film tapi tidak tahu apa-apa tentang film itu kesannya absurd. Rencananya aku akan bertanya pada Jason untuk mendengarkan pendapatnya soal ini. Omon
Read more

Episode 36

Montrelle adalah jenis restoran megah bergaya renaissance, jadi kesan di dalamnya seperti berada di abad pertengahan meskipun peralatannya sangat modern. Mereka memiliki spot VVIP tersendiri di sisi lain ruangan utama, lengkap dengan plafon cantik yang ada aksen tanaman bunga sulur-suluran di sekeliling pilar-pilarnya. Benar-benar keren. Mulutku nyaris ternganga melihat interiornya. Seorang pelayan menyambut kami di pintu masuk. Jason mengatakan padanya agar memberi kami tempat duduk yang agak pribadi, sesuai reservasi, lalu ia mengarahkan kami ke tempat VVIP tadi. Aku langsung mencekal tangannya. “Aku tak mampu membayarnya, kumohon jangan kesana,” ujarku memelas. Tak ada gunanya bersikap gengsi saat ini. Jason menarikku mendekat lalu berbisik di telingaku. “Tapi aku sudah terlanjur memesannya, Mia, mereka akan mengenakan biaya dua kali lipat bila kita membatalkannya sekarang.” Lalu ia kembali menggandengku berjalan ke meja kami. Bila ini buka
Read more

Episode 37

Kau bebas untuk pergi… Ini sangat aneh. Maksudku, aku dan Jason tidak secara harfiah pacaran, harusnya aku merasa senang karena dia akhirnya melepaskan kesepakatan kami. Melepaskan aku. Tapi kenapa aku malah merasa seperti baru saja dicampakkan? "Bukankah kau bilang semuanya akan baik-baik saja?" tanyaku parau. Semoga Jason tidak menyadari nada terguncang di dalam suaraku. Ia tersenyum getir. "Itu yang kita harapkan, tapi para ahli menyatakan lain. Tanda tangan pada kontraknya diidentifikasi otentik dengan milikku." "Jadi antara kami perlu bukti lain yang bisa mendukung pembelaan kami, atau kami harus menemukan Paul dan membuat dia mengakui kejahatannya." "Tapi itu akan sangat sulit," ujarku setengah berbisik, seolah sedang bicara pada diriku sendiri. Jason menganggukan kepalanya. "Benar. Karena itu kau tak perlu berada di sisiku, tak akan ada gunanya bagi kita berdua. Kasus ini berbeda dari skandal dengan wartawan tem
Read more

Episode 38

Aku tidak ingat berapa lama aku duduk di sana. Hanya memutar kembali kenangan bodoh yang terus saja bermunculan dan nyaris membuatku gila. Aku tak sanggup mengakui alasannya. Tak bisa. Karena bila aku melakukannya, tak akan ada jalan kembali untukku.          Hari sudah petang ketika aku kembali dari kampus. Mobil ibuku telah terparkir di pintu masuk. Aku mempertimbangkan untuk memberitahunya tentang Hemingway’s dan jika aku, entah bagaimana, cukup beruntung, mungkin aku juga bisa memberitahunya soal kontrak dengan Blues Record.   Ponselku berdering ketika aku hendak masuk ke dalam rumah. “Mia?” suara Matthew Lee terdengar berhati-hati, seolah ada sesuatu yang membuatnya cemas. “Matthew, hai,” sapaku. Kami tidak bicara berhari-hari sejak dia pergi ke daerah Atlanta untuk keperluan filmnya dan aku sedang dirawat di rumah sakit. “Aku sudah menerima bunganya, thanks,” “Sama-sama, maa
Read more

Episode 39 (Jason POV)

 “Aku dipanggil ke kantor agensi.” Luigi, manajer baruku berbicara dari kursi penumpang di depan. “Aku akan mengantarmu dulu baru pergi ke sana, di mana aku harus menurunkanmu?”  Aku membuka mata dan memandang keluar jendela, mobil yang kutumpangi telah melewati pusat kota. Kami baru saja menyelesaikan konferensi pers tentang gugatan Rite Enterprise yang telah masuk dalam agenda pengadilan. Sesuai skrip dari manajemen, aku menepis dugaan wartawan tentang wanprestasi. Memberitahu mereka bahwa ada kekeliruan dalam klausul kontraknya dan tim hukum manajemen sedang berusaha membereskan masalah ini. Aku mendeteksi keraguan para wartawan yang datang dalam acara itu. Namun tentu saja mereka tidak punya pilihan selain duduk dan menunggu perkembangan kasus ini. Begitu pula denganku. “Jason?” manajerku memanggil lagi. “Skylite,” jawabku tanpa berpikir. “Aeriel sedang mengadakan pesta di sana.” Aku bisa merasakan dia tengah mengerenyit
Read more

Episode 40

"Aku tidak tahu kenapa kau berubah pikiran tapi aku senang." Lauren merapikan riasan sambil melihat kaca di atas dashboard. “Kita membutuhkan selingan, kau terutama.” Ia mengecap-ngecapkan bibirnya untuk meratakan lipstik. “Aku cuma ingin melihat seheboh apa pesta yang kau bangga-banggakan itu,” gumamku sambil mengalihkan pandangan menatap sekeliling gedung hotel Skylite. Kendaraan-kendaraan mewah hilir mudik menurunkan penumpang mereka, anak-anak muda dengan dandanan glamor, di lobi. Ini mengingatkanku pada malam ketika aku dan Lauren pergi merayakan keberhasilanku lolos audisi. Ketika itu kami juga pergi ke tempat ini. Itulah awal mula semuanya… Aku tertunduk menyadari pikiranku mulai mengembara lagi. Sulit sekali mengumpulkan pikiran setiap kali aku teringat pada kejadian itu. Aku menggoyangkan kepala untuk mengusirnya. Tenang, aku memerintah diriku. Tujuanmu kemari hanya untuk memberitahu Jason bahwa kau akan mengembalikan
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status