Home / Romansa / Mantan Tunangan CEO / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Mantan Tunangan CEO: Chapter 111 - Chapter 120

166 Chapters

111. "Aku tidak akan berhenti."

"Mataharinya indah," kata Nathalie saat ia melihat semburat oranye menghiasi langit sore. Melalui villa yang Nathalie tempati, ia dapat langsung menikmati pemandangan di luar dengan jelas. Tidak menghitung berapa waktu yang telah ia habiskan untuk memandangi matahari yang hampir tenggelam di ujung lautan, Nathalie merasakan seseorang mendekat dari belakang. Ia tersenyum tipis melihat Kai yang telah berganti pakaian. Wajahnya terlihat semakin menawan dengan rambutnya yang belum mengering. "Ingin keluar?" tanya pria itu. Dan Nathalie lantas mengangguk. Ia menerima uluran tangan Kai dan mereka pergi bersama. Berjalan di atas pasir putih yang indah sembari saling menggenggam tangan. Penampakan matahari yang sebentar lagi benar-benar tenggelam membuat Nathalie berhenti sejenak, diikuti Kai. Mereka memandang ke depan dan melihat hari yang perlahan berubah gelap. Nathalie bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia melihat matahari terbenam bersama pria ini. Begitu lama ia pikir. Kai
Read more

112. Kali Kedua

Nathalie membuka kelopak matanya perlahan, menampilkan kedua netra cokelat cerahnya yang sebelumnya bersembunyi dengan baik. Nathalie mengedipkan mata beberapa kali, mengambil alih semua kesadarannya dan mengambil posisi duduk. Menemukan dirinya hanya seorang diri dalam villa ini. Keningnya mengerut tipis, lalu mulai menapakkan kaki dan berjalan menuju kamar mandi. Ini adalah hari ke empat Nathalie dan Kai berada di Maldives. Yang berarti waktu liburan mereka hanya tinggal tiga hari lagi. Sepanjang hari selalu mereka habiskan dengan bermain bersama dan pergi mengunjungi beberapa tempat yang ada di sekitar sini. "Kau sudah kembali?" Saat Nathalie membuka mata, ia menangkap sosok Kai sedang duduk pada salah satu kursi yang ada dalam villa ini. Tengah bermain dengan ponsel yang ada di genggaman tangan sebelum akhirnya menoleh kala mendengar suara Nathalie. "Aku pikir kau masih tidur." Kai tersenyum tipis. "Apa ada hal yang ingin kau lalukan hari ini?" tanya Nathalie sembari men
Read more

113. Rasa Khawatir

Nathalie terduduk beralaskan hamparan hijau luas yang membentang di sekitarnya. Ia tetap tenang meski angin yang datang dengan sedikit kencang menerbangkan helaian cokelatnya. Nathalie tersenyum tipis. Netranya tak sengaja memandang ke arah bunga yang ada di hadapannya yang baru saja ia bawa. Sudah dua jam ia berada di sini. Sampai sekarang, belum ada niatan sama sekali untuk bergerak atau pun menjauh dari tempat ini. Seolah telah merekat kuat dengan rerumputan bersih yang ada di bawahnya. Pandangan Nathalie terangkat naik, memandang lurus kepada sepasang batu nisan yang ada di depannya. Batu nisan bertulisan nama dua orang yang amat sangat berharga dalam hidupnya.Ya. Mereka berdua adalah orang tua Nathalie yang telah tiada, tiga tahun lalu. Entah mengapa, tiba-tiba saja Nathalie merindukan kedua orang tuanya dan tanpa pikir panjang akhirnya ia telah sampai di sini. Seorang diri."Ayah ... Ibu ...."Nathalie mengusap batu nisan ibunya dengan lembut. Tak hilang dari bibirnya senyum
Read more

114. Yang Terbaik dari yang Lebih Baik

Pada akhirnya, setelah berpikir panjang dan mempertimbangkan banyak hal, Kai datang ke China untuk menemui ayahnya. Dengan Nathalie tentu saja. Meski sedikit kekhawatiran Kai mulai muncul, namun biar bagaimana pun ia dan Nathalie akan tetap melewati semua ini. Jadi, ia membiarkan Nathalie pergi bersamanya. Selepas pulang kerja, Kai langsung melakukan penerbangan kemari dan sampai di China pukul delapan malam. Tepat saat makan malam bersama yang diadakan ayahnya dimulai. Kai membiarkan Nathalie menggandeng lengannya dan mereka masuk ke dalam diantar oleh salah satu pelayan rumah tersebut. Memasuki rumah yang layak disebut istana tersebut dengan langkah pasti. Hingga sampailah mereka berdua di ruangan di mana terdapat Yuan Nuan tengah terduduk dengan tenang. Yang tak lama kemudian mengalihkan atensinya pada Kai yang baru saja datang. Dan melihat Nathalie yang berada di samping anak tunggalnya."Oh, kau sudah datang?" Yuan Nuan tersenyum tipis. Sedangkan Kai hanya membalasnya dengan an
Read more

115. Pengikat Hubungan

Baru beberapa menit Nathalie duduk di sini. Dan pikirannya sudah larut jauh. Ia terdiam. Mencoba untuk tetap baik-baik saja di situasi sekarang. Perlahan, satu tarikan napas ia lakukan. Dengan pandangan tak lepas dari berbagai macam tanaman yang ada di sekitar sini. Nathalie duduk tepat di bawah sebuah pohon rindang yang membuatnya tak tampak jelas. Sementara cahaya lampu yang menyinari tak sampai ke ujung kepala karena terhalang pohon tersebut. Kedua tangannya saling meremas. Berkali-bali menghela napas kala ia sedang memikirkan hal yang tiba-tiba saja melintas di kepalanya tanpa ia inginkan. Sampai seseorang yang duduk di sampingnya membuat Nathalie menoleh. Sosok Ming Shan yang baru saja duduk itu mengulas senyum sekilas padanya. Meski tidak tampak terlalu jelas. "Kau pasti terkejut." Ming Shan bergumam pelan. "Karena aku pun juga begitu." Wanita asli keturunan Tionghoa tersebut meraih telapak tangan Nathalie yang ada di pangkuan. "Maaf, tidak seharusnya kau mendengar apa yan
Read more

116. Cemburu yang Disengaja

"Ya, aku sedang dalam perjalanan pulang." "Tidak. Aku hanya mampir ke toko buku sebentar." "Aku sudah jalan kaki. Kau ingin menjemput ku? Aku akan menunggu di halte kalau begitu." Nathalie mengakhiri percakapan teleponnya dengan Kai. Menghela napas pelan sembari melirik kantong kertas yang ada di tangannya. Sebelum kemudian memasukkan ponselnya kembali dalam tas dan berjalan dengan langkah santai menyusuri trotoar jalanan yang terdapat beberapa orang selain dirinya. Jalan raya pun masih sangat ramai mengingat sekarang baru pukul tujuh malam. Nathalie harusnya pulang sejak tadi sebelum petang. Namun, keinginan untuk mampir ke toko buku tidak dapat ditahannya lagi. Dan di sana ia larut membaca sampai tak menyadari waktu terus berjalan. Kai baru saja meneleponnya. Agaknya pria itu juga baru saja akan pulang. Menanyakan keberadaan Nathalie dan langsung mengatakan jika pria itu yang akan menjemputnya. Nathalie tahu Kai tidak jadi memecat Ley. Melainkan pria itu sendiri yang mengundur
Read more

117. Musuh Baru

"Apa ini yang kau maksud lebih penting dan lebih bagus?" Kai tidak dapat menahan diri untuk tidak mendengkus. "Bukankah ini enak? Suasana hatimu akan membaik jika kau memakannya." Nathalie menyodorkan sosis bakar berukuran besar ke mulut Kai. Namun, pria itu lekas menjauhkan wajah. Sama sekali tidak berminat untuk mencicipinya. "Sepertinya yang suasana hatinya membaik itu kau, bukan aku." Nathalie terkekeh pelan mendapati wajah Kai yang sedikit mengerut dari sebelumnya."Coba saja. Kau akan menyukainya." Kai tetap menggeleng dan kembali mengarahkan ujung sosis tersebut pada Nathalie. Ia pikir wanita itu akan melakukan sesuatu padanya. Namun, ternyata Kai berharap terlalu tinggi. "Ayo pulang, aku akan membuatkan makan malam." Nathalie membersihkan bibirnya dengan tisu setelah menghabiskan sosis yang baru saja ia beli di pinggir jalan. "Aku akan meminta banyak masakan kali ini." Dengan wajah yang masih ditekuk Kai kembali menghidupkan mobil. Melaju bersama dengan kendaraan lain d
Read more

118. Kekasih Sempurna

"Aku tidak suka kau dekat-dekat dengannya.""Kami tidak sengaja bertemu."Nathalie mendesah pelan. "Lagipula, kenapa kau tidak memberitahuku jika kau akan datang?" "Aku berniat memberi kejutan padamu. Namun, sepertinya malah aku yang terkejut." Nathalie terkekeh pelan. Membiarkan pria di sebelahnya mendengkus."Apa yang kau tertawakan?" "Kau tentu saja. Siapa lagi?" Sekali lagi, Kai berdecak pelan. Mengabaikan Nathalie dan kembali mengalihkan pandangan pada jalanan yang sedikit padat."Ngomong-ngomong, kenapa dia ada di sana?" Kai akhirnya menanyakan hal yang sejak tadi memenuhi isi kepala. "Dia menjadi Redaktur Pelaksana baru di NDN, Kai.""Jadi, kau akan bertemu dengannya setiap hari?" Nathalie tidak melakukan apapun selain menarik napas panjang."Ya ... begitulah." Kai terdiam. Larut dalam pikirannya sendiri. Membayangkan bagaimana jadinya jika Nathalie dan Leon bertemu setiap waktu nanti. "Kenapa wajahmu masam begitu? Kau tidak mempercayaiku?" tanya Nathalie sembari menole
Read more

119. Sekretaris Baru

"Apa-apaan ini?!"Kai tidak dapat menahan diri untuk tidak menaikkan nada suara kala melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya. "Ming Shan, apa yang kau lakukan?!"Sama sekali tidak menyangka, saat pertama kali memasuki ruangannya, Kai dikejutkan dengan sosok seseorang yang ia kenal. Wanita yang ayahnya jodohkan dengannya- Ming Shan, sekaligus orang yang tiba-tiba akan menjadi sekretaris barunya sekarang.Meski Kai tahu dirinya dan Ming Shan sudah tumbuh bersama sejak kecil. Namun, untuk hal seperti ini, Kai tidak dapat menahan diri lagi. "P-paman Yuan mengatakan padaku mulai sekarang aku yang akan menjadi sekretaris mu." Ming Shan berucap dengan nada rendah sembari menunduk dalam.Sementara Kai tidak dapat berkata-kata. Ia hanya menghembuskan napasnya kasar.Ayahnya benar-benar keterlaluan. "Aku tahu kau tidak menyukai ini. Namun, aku tidak bisa menolak perintah Paman Yuan, Kai. Aku harap kau mengerti." Ming Shan meremas ujung roknya tanpa berani menatap Kai. Hal yang terl
Read more

120. "Salah paham?"

Hari-hari berlalu seperti biasa tanpa ada masalah yang menyertai hubungan mereka. Kai bersyukur karena Nathalie berpikiran dengan luas dan mengesampingkan perasaan pribadi dengan pekerjaan. Sehingga keadaan mereka baik-baik saja terlepas apapun yang terjadi. Wanita itu sangat mengerti dirinya lebih dari siapapun. Dan Kai harap hal itu tidak akan pernah berakhir.Namun, sampai sekarang Kai tidak pernah tahu apakah Nathalie benar-benar terluka atau tidak. Wanita itu selalu memperlihatkan wajah baik-baik saja ketika ada bersamanya. Seolah semua yang telah ia katakan pada wanita itu tak lebih dari sebuah angin lalu. Seperti sekarang, dirinya yang tengah diam memandangi wanita itu merapikan diri di depan cermin. Menyisir rambut panjangnya perlahan. Nathalie melirik dari pantulan cermin tersebut, di mana Kai yang sedang bersandar di pintu dengan kedua tangan yang terlipat. Wajah pria itu masih seperti biasa, datar tanpa ekspresi. "Kau tidak pergi, Kai?" tanya Nathalie saat pria itu kemud
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status