Home / Romansa / Wanita Simpanan Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Wanita Simpanan Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

51 Chapters

31. Perjalanan Bulan Madu

Suasana bising melingkupi setiap sudut bandara. Semua orang berbeda postur dan warna kulit, tergesa-gesa mengejar waktu sembari menyeret-nyeret koper mereka. Ada juga yang menenteng tas jinjing serta kardus-kardus.Tak jauh dari pintu keberangkatan, Gauri sedang memeluk Taksa. Beberapa kali dia mengusap kepala anak semata wayangnya itu. Agak berat baginya untuk meninggalkan bocah itu. Apalagi ini merupakan kali pertama Gauri melakukan perjalanan jauh tanpa Taksa."Kamu baik-baik sama Papa, ya? Jangan nakal. Nanti kalau Mama udah tiba di sana, Mama langsung telepon Taksa."Anak kelas dua Sekolah Dasar itu mengangguk. Apa yang ibunya rasakan, dia tentu tidak tahu. Berbeda dengannya, Taksa malah senang sekali bisa menginap di rumah ayahnya, Abdu. Sebab jika bersama Abdu, dia sedikit merasakan kebebasan. Bisa main game sepuasnya, bebas tidur larut malam bila esoknya libur sekolah."Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat. Ayo!" Ali mengingatkan setelah meli
Read more

32. Tugas Mendadak

Jam dinding berbentuk bulat berwarna hitam pekat dengan dihiasi warna putih pada angka dan jarumnya, menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Biasanya Abdu di waktu seperti ini sudah rebahan di kamar miliknya. Namun karena sedang bersama Taksa, mau tidak mau dia menemani putranya itu menonton TV di ruang tengah.Acara kartun kesukaan Taksa akan berakhir setengah jam lagi. Sembari menemani, dia sedari tadi berbalas pesan dengan Freya via aplikasi W******p.[Taksa belum juga tidur? Dia nggak ngantuk apa, Kak?] Pesan Freya baru saja masuk.Seraya menyandarkan kepala ke kursi sofa merah marun, Abdu mengetik pesan balasan. Kedua kakinya bersandar pada kursi plastik lipat berwarna putih.[Enggak kayaknya. Biarin aja. Nanti jam 9 acaranya juga habis.]Pesan yang baru dikirimkan, terlihat sudah dibaca Freya. Akan tetapi, tak terlihat tanda-tanda perempuan itu mengetik balasan.Abdu melirik pada Taksa yang menguap. "Itu udah ngantuk, kita tidur sek
Read more

33. Sikap Ibunya Ali

Ayam jago peliharaan Dodot mulai berkokok sebelum hari terlalu terang. Rumah pria berambut kriting itu kebetulan berada tepat di sebelah rumah Abdu. Tanah tempat Abdu membangun rumah, didapat dari sahabatnya itu sendiri. Ketika dulu Abdu menyendiri dan merenungi segala kesalahannya, Dodot menawarkan sebidang tanah dan jadilah Abdu membeli dan membangun rumah di sini.Freya mengeliat, merenggangkan kedua tangan dan kakinya. Matanya mengerjap-ngerjap berusaha menerima cahaya dari lampu kamar. Seperti kebiasaan, Taksa tidak bisa tidur dalam kegelapan. Takut katanya, sehingga Freya menyalakan lampu kamar sepanjang malam.Dia menoleh ke samping, memindai wajah Taksa yang masih tertidur pulas. Dia tersenyum pada bocah itu. Wajahnya perpaduan antara Gauri dan Abdu. Namun, rambut dan kulit tubuhnya persis seperti ayahnya.Perlahan Freya membelai rambut bocah itu. Terlihat pergerakan pelan, tetapi Taksa tidak bangun, hanya berpindah posisi saja.Tak ingin membangu
Read more

34. Aduan Taksa

Abdu pulang ke rumah tepat ketika Taksa baru saja memejamkan matanya untuk tidur siang. Lelaki itu terlihat letih. Wajahnya lusuh, rambut serta pakaiannya tidak lagi rapi. Meski begitu, dia tetap memberikan senyuman termanis untuk kekasihnya yang menyambut seraya membuka pintu ruang tamu."Mana Taksa?""Barusan tidur siang, Kak."Abdu melangkah ke sofa lantas duduk. Dia membuka sepatu dan melepas kaos kaki. Menanggalkan jaket, lalu mengempaskan punggungnya ke sandaran sofa. Kelopak matanya tertutup rapat.Sesungguhnya Freya sejak tadi ingin mengungkapkan kejadian yang mengganggu pikirannya. Namun, jika melihat Abdu letih begini, ya ... dia tentu tidak berani.Freya kembali menelan ucapan yang sudah berada di ujung lidahnya. Lebih baik menunggu waktu yang tepat, hingga Abdu dalam keadaan segar bugar dan pikiran yang tenang."Mandi dulu sana, habis itu makan, Kak, lalu lanjut tidur." Freya masih berdiri sembari memberi instruksi. Ketika dia be
Read more

35. Kepulangan Gauri

Sedan yang dikendarai Abdu melaju tidak terlalu kencang. Bersama Taksa serta Freya, dia menuju bandara untuk menjemput kepulangan Gauri dan Ali dari berbulan madu.Hanya suara musik game yang berasal dari ponsel di genggaman Taksa yang memecah kesunyian di antara mereka. Freya dan Abdu sama-sama membisu. Pikiran mereka tak luput dari kejadian tak enak yang menimpa Taksa kemarin. Hanya saja, mereka tidak tahu isi benak masing-masing.Freya pikir, mungkin Abdu sedang tidak ingin berbicara panjang lebar. Bisa jadi pria itu memikirkan masalah dalam pekerjaan atau hal lainnya. Freya tidak ingin terlalu banyak ikut campur jika tidak dimintai pendapat oleh Abdu sendiri.Sedang Abdu, dia juga tak bisa menebak apa yang akan Freya lakukan. Selamanya menyembunyikan fakta tersebut atau mendiskusikannya hanya dengan Gauri saja. Ah, dia memang tidak pandai menebak isi hati dan pikiran para wanita.Oleh karena jarak bandara dan rumah tidak terlalu jauh, mereka bertiga t
Read more

36. Manis di Muka

"Eh, ada Taksa ...!"Kedatangan mereka berlima disambut ramah oleh ibunya Ali, terlebih pada Taksa. Wanita berusia lebih dari setengah abad itu merentangkan tangan hendak memeluk bocah lelaki yang menatap ragu.Ibunya Ali seolah tidak peduli. Dia merengkuh Taksa ke dalam pelukannya, bahkan bersusah payah menunduk.Freya melirik berkali-kali pada Abdu yang diam-diam tersenyum sinis. Meski tidak kentara, tapi Freya hapal betul senyum tipis lelaki itu."Ini oleh-oleh buat Mama." Gauri menyerahkan bungkusan besar untuk ibunya Ali.Wanita itu melepaskan pelukan, lalu menerima bungkusan berwarna cokelat yang dikemas rapi. "Seharusnya nggak usah repot-repot, Nak. Apa ini?" Ibunya Ali sedikit mengintip dari celah bungkusan yang memang tidak tertutup rapat."Baju, Ma. Abis ... kita di sana nggak sempat jalan-jalan. Ali sibuk dengan pekerjaannya."Tangan kanan ibunya Ali mengibas. "Nggak apa-apa. Mama harap maklum, kok. Udah, yuk, pada masuk. J
Read more

37. Gauri Nelangsa

Matahari berada tepat di pucuk kepala, ketika Freya baru saja menurunkan standar motor metiknya di parkiran kafe, di mana tempat dia dan Gauri membikin janji temu.Meski pandangannya masih tertutup kaca helm gelap, tetapi dia bisa melihat sosok Gauri dan Taksa yang sedang duduk di bangku sudut kafe.Bergegas Freya melepaskan sarung tangan, menyatukan kedua benda lembut nan tebal itu menjadi sebuah gumpalan, lantas dia selipkan ke dasboar motornya. Lalu dia mencopot helm, menyimpannya di bawah jok. Sejenak dia memandangi wajahnya dari pantulan kaca spion, merapikan anak rambut yang lepek akibat helm dan keringatnya sendiri.Merasa kehadirannya sudah diketahui oleh Taksa yang melambai-lambai dari balik kaca kafe, Freya menyambar tas jinjing dan melangkah ke dalam kafe. Ucapan selamat datang dia terima dari pelayan yang berdiri di sebelah pintu. Tak kalah ramah, dia membalasnya dengan anggukan."Kenapa harus jam segini, sih?" Freya sedikit menggerutu sembari
Read more

38. Memberitahu Ali

Dengan tekad yang kuat, hari ini juga Gauri ingin memberitahukan segala kegundahannya pada Ali. Namun, seperti tidak punya banyak keberanian, dia ingin Freya turut serta menemaninya sekaligus sebagai saksi, bahwa pada hari itu ibunya Ali telah memperlakukan Taksa dengan tidak menyenangkan hati.Sesungguhnya Freya sendiri merasa tidak enak, seperti memakan buah simalakama. Di satu sisi dia ingin membantu, tapi di sisi lain dia tidak ingin terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangga orang lain sebagaimana yang selalu diwanti-wanti ibunya sejak lalu-lalu. Namun, bila dia tidak angkat bicara, kasihan Gauri. Pasti perempuan itu akan dicap memfitnah mertuanya sendiri tanpa adanya bukti.Selepas menghabiskan menu hidangan kafe, mereka bertiga menuju rumah Gauri yang lama, yang dulunya ditinggali semasa Gauri masih menjalin hubungan bersama Abdu. Semenjak dia menikah, rumah itu kini kosong. Pemiliknya sesekali datang hanya untuk membersihkan debu dan juga sarang laba-laba yang
Read more

39. Taksa Keceplosan

Keheningan menyelingkupi tatkala empat orang dewasa berbeda karakter dan jenis kelamin, duduk di sofa ruang tamu yang berhias gorden tinggi berwarna silver mengilat.Abdu dengan sikap tak acuh, tetapi dia siap mendengarkan dan meluruskan perkara jika dirasa perlu. Meski sedari awal dia masa bodoh dengan apa yang terjadi saat ini.Freya sendiri, bergerak-gerak gelisah di sebelah kekasihnya. Rasanya duduknya sungguh tidak nyaman, serba salah. Dia berharap Ali menerima dengan kepala dingin, semua ucapan yang dia lontarkan apa pun nanti.Sedang Gauri, berulang kali dia menghela napas berat. Sesekali melirik ke arah Ali yang sejak tadi juga terdiam, menunggu penyebab kenapa dia harus meninggalkan pekerjaannya yang penting dan berkumpul di sini."Ini sebenarnya kenapa, sih? Kalian menyimpan sesuatu dariku, ya?"Pertanyaan tepat sasaran yang barusan dilontarkan Ali, membuat tiga orang yang lainnya saling lempar pandang."Nah, betul, kan, tebakanku.
Read more

40. Perdebatan

Seunit mobil sport berwarna silver melaju sangat kencang membelah jalan aspal hitam. Ketika memasuki jalur yang sedikit merayap, pengemudinya membunyikan klakson tiada henti. Pria berhidung mancung, berwajah kearaban itu tidak sabar dan ingin secepatnya tiba di tempat tujuan, rumah ibunya.Aksinya itu menarik beragam reaksi: seorang pedagang asongan yang terkaget-kaget, mengalihkan perhatian seorang tukang ojek online yang tadinya fokus pada ponsel di tangan, seorang sopir angkot yang mengerutu tak karuan sebab dia baru saja terpejam sembari menanti penumpang.Bagaimana tidak, Ali mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan. Jika saja di sebelahnya ada Gauri, tentu lengan Ali sudah habis kena cubit maupun pukulan yang dibarengi oleh omelan tiada henti.Sayangnya Ali sekarang hanya sendirian, sedangkan istrinya masih menenangkan diri di rumahnya sendiri. Yap, Gauri butuh itu setelah mengalami perlakuan yang sangat menyayat hati dari mama mertuanya.Lampu lalu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status