Home / Romansa / Sang Pewaris / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Sang Pewaris: Chapter 41 - Chapter 50

54 Chapters

Ungkapan cinta dari Bagas

Drrtt .... Ponsel di dalam tas Alea bergetar. Gadis itu merogoh ke dalam dan mengeluarkan benda pipih itu dari sana. Sekilas ada pancaran kelegaan di wajahnya yang cantik. [Aku dan Mama baik-baik saja][Terima kasih, sudah mengkhawatirkan ku.] Isi pesan chat di aplikasi berwarna hijau dari Bagas. Balasan dari chat nya dua hari yang lalu. Alea menyimpan ponselnya, lalu kembali fokus pada pembicaraan Lukman dan Hamidah, juga pengacara Hamdidah yang juga hadir di sana. “Kau tahu bagaimana sikap ku tentang itu, Lukman!” desis Hamidah tajam. Sorot matanya seolah ingin menelan Lukman hidup-hidup karena membicarakan hal yang sangat tidak di sukainya. “Maaf, Nyonya ...,” hanya itu yang bisa keluar dari mulut Lukman. Pria itu terlalu hafal sifat majikannya. “Silahkan, Pak Setyo! Sepertinya semua sudah di putusk
Read more

Cemburu

Alea hendak bangkit berdiri, tapi di tahan oleh Bagas. Sementara Leon dan kedua orang teman nya segera berlalu keluar dari restoran itu. Leon berjalan dengan cepat hampir mengabaikan tamunya, jika saja Mr. Taro tidak menegurnya. “Anda terlihat sangat kesal, Tuan Leon! Tidak apa-apa, kita bisa makan di tempat lain,” saran Mr. Taro menyadarkan Leon, kalau dia sudah membuat tamunya tidak nyaman. “Ah, maafkan saya! Saya akan mengajak anda ke tempat lain yang lebih bagus.” Leon memelankan langkah agar kedua tamunya bisa mengejar. “Santai saja, Tuan Leon!” sahut Mr. Kenzi tersenyum. *** Di resto, Alea sudah bangkit dari duduknya, meraih tas lalu bergegas keluar. Bagas menyusul setelah membayar tagihan. Pria itu menghentikan langkah Alea di depan restoran. “Ada apa, Al?” tanya Bagas pada gadis itu. Alea terdiam, tak ta
Read more

Benih Cinta

Pria itu kini berada di seberang jalan, rumah Alea. Dia mengamati dari jauh, tak berani untuk sekedar turun dari mobil. Wajahnya sekarang sudah lebih tenang, dengan nafas teratur, tidak seperti beberapa saat yang lalu sebelum dia sampai ketempat itu. Perubahan itu terjadi, saat netranya menangkap siluet Alea dr balik gorden. Kelihatan gadis itu sedang mondar-mandir di dalam sebuah ruangan, yang ditebak Leon sebagai kamarnya. Ah, melihat bayangan dirimu saja, hatiku sudah kembali membaik! Sekuat itukah pengaruh dirimu dalam kehidupanku, Alea? Bjsik Leon lirih. Wajah murungnya, tak lepas memandang ke arah kamar gadis itu. Ddrrrtttt ... Getar ponsel di dalam saku celana, membuat pria itu sedikit terlonjak. Dikeluarkannya benda pipih itu, lalu mengusap layar. Muncul nama Alea di sana. Seketika wajah murung itu, jadi berseri melihat sebuah pesan masuk dari gadis itu. Buru-buru dia membuka aplikasi hijau bergambar gag
Read more

Pertikaian

“Hari ini kita jadi ke kantor pengacara Oma?” tanya Alea saat mereka sedang berada di teras rumah. Keduanya sudah bersiap akan berangkat, sesuai kesepakatan dengan Lukman.  Ada beberapa hal yang akan mereka urus hari itu, terkait semua harta warisan Hamidah. Menurut wanita sepuh itu, sudah saatnya melegalkan semua aset atas nama Leon. Memberi hak Soraya dan Bagas secara adil, dan melepaskan kedua orang itu dari perusahaan Hutomo. “Tentu saja sayang, Oma kan sudah janji sama pengacara Oma hari jni.” sahut Hamidah lembut. “Ayo, Bu! Aku juga sudah siap.” Nadya yang baru saja keluar dari dalam rumah ikut bergabung dengan mereka. Alea sedikit mengangguk saat mereka berdua saling bertemu pandang. Disambut dengan usapan lembut di ujung kepala gadis itu. Bertepatan dengan muncul nya Pak Asep, mereka bertiga berjalan beriringan menuju mobil. Kali ini Hamidah duduk di d
Read more

Surat warisan 2

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Soraya yang mulus. Wanita itu terkesiap, memegangi wajahnya yang memerah. “Beraninya kau!” Teriaknya pada Nadya. “Kenapa? Kau tidak pernah mengira aku akan melakukan itu! Memangnya kenapa, bukankah aku adalah wanita serakah yang tidak tahu diri? Biar kuperlihatkan bagaimana tidak tahu dirinya aku.” Nadya menjambak rambut ikal Soraya dengan kuat, hingga dia mengasuh kesakitan. “Aaww ....” Kedua tangannya menggapai-gapai, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Nadya yang seperti orang kesetanan. Bagas yang melihat ibunya diperlakukan seperti itu, langsung bergerak maju, melerai keduanya. Dia menarik Nadya dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan tantenya itu pada rambut ibunya. “Sudah, Tante! Kasihan Mama,” seru Bagas menghiba agar Nadya melepaskan ibunya, tapi malah ditarik semakin kuat hin
Read more

Rencana Busuk Soraya

“Saya ingin mengajukan pertanyaan,” soraya menginterupsi ucapan Pak Subagyo. “Ya, silahkan!” sahut pengacara itu dengan tenang. “Bagaimana dengan almarhum suami saya, kenapa dia tidak menerima apapun dari keluarganya?” Soraya bertanya dengan nada tidak puas. Pak Subagyo mengulum senyum sebelum kemudian berkata, “Apa maksud Nyonya dengan tidak menerima apa-apa? Bukankah semua yang di terima oleh Bagas dan Nyonya merupakan warisan keluarga Hutomo untuk suami anda. Kebetulan suami anda,Pak Bagus Hutomo sudah meniinggal dunia, sehingga yang menerima warisan adalah Nyonya dan anak Tuan Bagus, yaitu Bagas.” Pak Subayo menjelakank panjang lebar. “Tidak ada gunanya protes, malah akan merugikan dirimu sendiri. Seharusnya kamu berterima kasih karena aku masih memberikan warisan padamu,,” seru Hamidah dingin. “Baiklah, tidak ada gunanya berdebat!
Read more

Kebenaran yang Terkuak

Alea membelalakkan mata melihat pemandangan di depannya. Tampak seorang wanita dengan pakaian sexy sedang memeluk Leon dari belakang, sementara pria itu menghadap ke arah dinding kaca tebal membelakangi meja kerjanya. Sosok wanita itu tampak tak asing, dengan rambut panjang bergelombang dan suara nya yang manja. Leon membalikkan tubuh saat mendengar suara Alea dari arah pintu, pria itu kaget luar biasa. Tangannya refleks melepaskan lilitan lengan wanita itu di perutnya, dan mengejar Alea yang sudah belari dari sana. “Lepaskan!” bentak Leon dengan suara bergetar menahan amarah. Dia tidak sanggup membayangkan apa yang ada di dalam fikiran Alea saat itu. Hanya dengan sekali hentak, Leon sudah terbebas dari pelukan wanita itu, namun langkahnya tertahan karena tangannya dicekal dengan kuat. “Lepaskan, kubilang! Apa kamu gak bosan, mempermalukan dirimu sendiri, Safira?” wanita yang ternyata adalah Safir
Read more

Kebenaran yang Terkuak 2

“Apa, Nona menyukai Tuan Muda?” “HEH?” Alea terkejut dengan pertanyaan Cepluk yang terus terang itu. Asisten rumah tangga itu mengulas sebuah senyum di wajah polosnya. “Buktinya, tadi sampai nangis karena khawatir sama Tuan Leon.” Gadis itu menutup mulut karena geli. “Eh, enggak kok! Kata siapa?” Alea mengelak dari pandangan Cepluk, gadis itu mengusap wajahnya yang semakin menghangat. “Kata Cepluk, lah!” lagi-lagi dia menggoda Alea dengan senyuman. “Cepluk, jangan bilang apa-apa sama Nyonya Hamidah, ya!” bisik Alea di dekat telinga gadis itu. “Tenang aja, Nona! Aku yakin Nyonya Hamidah dan Nyonya muda akan merestui Nona jika berjodoh dengan TuanLeon,” sahut Cepluk,juga berbisik di telinga Alea. “Haduh, bukan itu! Tapi yang tadi,” seru Alea mena
Read more

Aku Ucil

“Alea ...!” sebuah suara yang sangat dia kenal terdengar memanggi dari arah belakang, tepat sebelum gadis itu menutup pintu rumahnya. Alea menoleh ke belakang dan mendapati Leon suda berdiri di sana, di balik pagar dengan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan. “Leon?” seru gadis itu antara gembira, marah dan panik, bercampur jadi satu. “Ada apa, kesini?” suara nya berubah sinis, saat dia mengingat kejadian tadi siang di ruang kerja pria itu. “Boleh, aku bicara?” tanya Leon dengan wajah memelas. Alea menatap wajah itu, dan luluh melihat wajah tampan yang sekarang sedang memohon di balik pagar. Gadis itu berjalan kembali ke luar da membuka kunci pagar, lalu mempersilahkan pria itu masuk. “Ada apa?” tanya Alea saat mereka sudah duduk dengan nayaman di ruang tamu. “Eum, kata Lukman tadi, kamu memergoki Tante Soraya menelepon seseorang, un
Read more

Rasa yang sama

“Aku ingin melamar mu untuk  jadi istriku,” “APA,” Alea terpekik kaget, mendengar ucapan Leon barusan. “Kau becanda!” seru gadis itu panik. “Tidak, aku serius!” pria itu menjawab dengan tegas. Alea bergeming di tempatnya. “Apa aku salah jika berfikir kamu memiliki perasaan yang sama denganku?” tanya pria itu serius. Alea menatap wajah itu, tampak  berpikir sebentar, sebelum kemudian menyeretnya masuk ke dalam rumah. “Kau serius dengan ucapan mu barusan?” Alea kembali bertanya, dan Leon pun mengangguk dengan mantap sebagai  jawaban. “Jika kau ingin mendengar jawabanku, kau harus menceritakan semuanya, apa yang terjadi padamu. Dari awal hingga akhir, tanpa ada yang di tutup-tutupi.” Alea bersedekap, menunggu jawaban pria itu. “Tidak bisakah itu nanti saja? A
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status