Home / Thriller / FATAL OPTION / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of FATAL OPTION: Chapter 71 - Chapter 80

84 Chapters

71. Kembali ke St. Angelo

Sarah sedang membaca novel ber-Bahasa Spanyol pemberian Owen, saat terdengar suara mobil berhenti di depan rumah Keluarga Stanley. Tak biasanya ada yang berkunjung pagi-pagi di rumah Keluarga Stanley. Sarah melongok ke luar jendela kamar. Terlihat olehnya sosok pemuda keluar dari sebuah crossover berwarna ungu, berambut hitam sebahu tergerai, terlihat berciri Asia Timur. Sarah mengenali sosok itu. Sarah buru-buru mencari kimono pelapais pakaian tidurnya. Terlambat, Kevin sudah lebih dahulu menyambut kedatangan Shoujin. “Untuk apa kau datang ke sini?” Kevin mencegat Shoujin di beranda rumah dengan bertolak pinggang. “Aku ingin menjemput Nicky,” jawab Shoujin tenang dengan wajah yang tak ramah seperti biasa. Sambil berjalan, ia memasukkan kunci mobil ke saku jaket kulit hitamnya. “Dia tidak di sini!” Kevin turun dari beranda rumah, menghampiri Shoujin. Ia menghadang Shoujin dalam jarak yang sangat dekat, kurang dari satu meter. “Benarkah? Tapi dia yang memintaku datang.” “Dan bagai
Read more

72. Berebut Kasus

Dering alarm ponsel tak henti berbunyi nyaring, mengganggu si mata sipit yang masih tertelungkup di ranjang dengan pakaian lengkap, termasuk jaket dan sepatu. Pria itu mengerang. Tangannya meraba-raba nakas hingga mendapatkan ponselnya. Mengintip sekilas layar ponsel, 08.30 a.m. Ibu jarinya menekan tombol di layar, kemudian suasana Kembali tenang. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Aaron terlonjak dan duduk di pinggiran ranjang. “Aargh …!” Ia mengacak rambut seraya beranjak dari ranjang, melepas jaket dan sepatunya, lalu melemparkannya begitu saja, dan keluar dari kamar. Aaron menatap pantulan dirinya di cermin di kamar mandi. Wajahnya terlihat kusut, sekusut suasana hatinya. Ia menghela nafas. Setelah selesai dengan semua persiapannya, Aaron memesan taksi melalui aplikasi ponsel. Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di halaman rumah. Aaron bergegas memasuki mobil itu. Tujuannya adalah markas SAPD. Ia harus menghadiri pertemuan yang akan berlangsung tiga puluh menit dar
Read more

73. Dua Iblis

Setelah pertemuan singkat dengan Brenda dan Yuri, Kenneth mengebut dengan Evo-nya menuju Rhein's. Pria itu menepikan mobilnya tepat di belakang crossover ungu metalik. Sepintas ia menoleh pada mobil asing itu ketika berjalan menuju pintu masuk Rhein's. Model mobil itu mengingatakan Kenneth pada mobil Zac—tipe yang sama, buatan pabrikan yang sama. Toko roti Shoujin selalu ramai di Hari Minggu, seperti hari ini. "Selamat datang," sambut Satoru dan Karina saat lonceng di pintu berdenting. "Halo," balas Kenneth sembari tersenyum ramah dan mengedar pandangan mengitari counter, dan mendapati Satoru ada di sana. Ia pun menghampiri pemuda seusia Karina itu. "Apa kau sudah menyelesaikannya?" Kenneth masih memasang wajah manusiawinya. Merasa seseorang bertanya padanya, Satoru menoleh ke arah sumber suara. "Oh, ya." Kali ini pun Satoru menunjukkan ekspresi yang juga manusiawi, berbeda dengan ketika pertama kali mereka bertemu, saat Kenneth memberikan titipan Owen padanya. Pemuda sebangsa Sho
Read more

74. Rahasia Gelap

Hanya hening dan secangkir kopi—seperti biasa—yang menemani Kenneth tenggelam di antara tumpukan data digital pada laptopnya. Si kucing berbayang-bayang keributan dan masa lalu yang kelam telah bergelung lelap di kamarnya setelah lolos dari sekarat. Sedangkan si mata sipit belum pulang. Semua file terkompresi yang tersimpan dalam flashdisk yang baru selesai dibongkar oleh Satoru telah Kenneth salin ke brankasnya, terkumpul pada sebuah folder bernama 'Bye Bready'. Satu per satu file Kenneth buka. Dari hasil pemerikasaannya, ia menemukan informasi yang cukup penting. Francesco Connelli. Sebuah nama yang tak asing di lingkup SIA, dengan nama sandi 'Digger', kecepatannya dalam mengumpulkan data, termasuk ketika harus membobol brankas level 6, membuatnya menjadi isu yang paling berbahaya. Ia adalah data miner terbaik yang pernah SIA miliki dan belum ada yang menggeser posisinya. Berpartner dengan O
Read more

75. Dia Milikku

Nicky mengetuk pintu kamar Kenneth untuk membangunkannya. Namun, tak ada sahutan dari dalam. Hati-hati sekali Nicky memutar kenop pintu. Setelah terbuka, ia masuk. Kenneth masih tidur telentang dengan sebelah tangan tertumpu di atas perut. "Kenny." Nicky menepuk perlahan pundak Kenneth supaya tak mengejutkan "Kenny, bangun. Sudah waktunya sarapan." Ia kembali menepuk pundak Kenneth. "Kenny bangunlah. Aku sudah membuatkan sarapan untukmu." Masih tak mendapat jawaban, Nicky mendesah. Ia lalu membungkuk dan mengamati wajah lelah Freak Brother #1. Wajah itu hampir selalu terlihat lelah. Namun meski begitu, tetap saja terlihat mempesona.  Si kucing mendesis frustrasi. Kenneth kakaknya, bisa-bisanya ia mempunyai ketertarikan 'semacam itu', layaknya ketertarikan seseorang terhadap lawan jenis. Kenapa harus ada kutukan seperti ini? Seatap dengan laki-laki tampan, bahkan kadang seranjang, tetapi tak bisa memiliki hubungan lebih dari sekedar saudara. Nicky
Read more

76. Subjek # 07

Hari sudah beranjak siang ketika ia sampai di rumah Sarah. Saat ini Kenneth sedang berada di dapur untuk menunggu Kevin menyelesaikan pekerjaan yang ia berikan. Ia duduk dengan menumpukan kedua siku pada meja makan, di samping salah satu sikunya tergeletak sebuah map. Seperti pada kunjungan terakhir Kenneth ke rumah ini, Sarah membuatkannya espresso, bedanya kali ini orang tua tunggal Kevin itu tak membuat teh chamomile, melainkan espresso juga untuk dirinya. "Apa ada hal penting yang akan kausampaikan padaku?" tanya orang tua tunggal Kevin pada Kenneth seraya meletakkan secangkir espresso di hadapan Kenneth. Lalu ia duduk berhadapan dengan Kenneth. "Ya. Ini menyangkut Frank." Kenneth menghela nafas, menatap dingin pada kopi panas di depannya. Untuk pertama kalinya Kenneth tak berminat pada minuman yang mulanya dipopulerkan oleh orang Arab itu. Bukan karena rasa kopi itu yang tak enak, melainkan suasana hatinya yang mendadak buruk. "Hanya saja, ini bukan kabar bagus." "Ada apa?" Pan
Read more

77. Laporan Morsey & Sebuah Pesan

Dari rumah Sarah, Kenneth mengebut menuju Forklore, ke apartemennya. Ada PR yang harus ia selesaikan, yaitu berkas dari SAPD. Ia harus sudah siap ketika bertemu kembali dengan Yuri. Tak sampai dua jam Kenneth sudah selesai melahap semua informasi pada berkas itu. Beberapa menit kemudian Yuri datang. Pria berambut platinum grey dan pria berambut biru elektrik duduk berhadapan, masing-masing duduk pada kursi kerja dengan melipat kedua tangan. "Kau sudah mempelajari berkas dari SAPD?" buka Yuri. Pria bernama sandi 'Blue' itu menggaruk pipinya. "Sudah," jawab Kenneth datar dan tegas. "Bagus. Sekarang aku ingin mendengar lebih detail tentang pesta di Morsey." Kenneth mulai memaparkan, "Di Morsey aku bertemu dengan Emilia, dia adalah orang kepercayaan bos Underzone. Emilia tidak menyebutkan nama bosnya, tapi besar kemungkinan itu adalah Mario Cortez. Si bos tidak ada di pesta saat itu, dia sedang berlibur dengan wanita lain. Emilia juga tidak menyebutkan di mana bosnya berada. Dan ada s
Read more

78. Sesuatu yang Berbeda

[Nick, maaf hari ini aku tidak bisa menemai latihan surfing hari ini, adikku memaksaku mengantaranya ke ulang tahun temannya. Bagaimana kalau besok?] bunyi pesan yang Nicky terima dari kontak Emmery. [F*** you. Oke. Jangan kaubatalkan lagi.], balas Nicky. Ia mendengus kesal dan melempar ponselnya ke dasbor. Ia menoleh pada Kenneth dengan bibir cemberut. "Emmery membatalkan rencana hari ini." Saat itu Nicky menyadari ada yang tak beres dengan kakaknya. Pria beruban itu tersenyum-senyum seperti sedang berhalusinasi. Namun, setelah diperhatikan lagi, sebenarnya Kenenth sedang tersenyum padanya. Anehnya, itu membuat Nicky salah tingkah. "Eer ... Kenny, apa yang terjadi padamu?" Nicky tergagap. "Kau cantik," puji Kenneth masih dengan mempertahankan senyum. "Ah, sial." Buru-buru Nicky menarik selembar tisu dari kotak tisu di dasbor. "Pasti karena ini. Karina sialan. Dan gara-gara kau datang tanpa aba-aba, aku jadi terburu-buru dan
Read more

79. Skenario

Nicky sedang membereskan peralatan makan kotor bekas sarapan semua penghuni rumah. "Dulu Aaron melarangku selalu menumpang pada Shoujin. Katanya aku tidak boleh bergantung pada orang lain. Tapi lihat yang dilakukannya sekarang." Protes itu Nicky ajukan karena melilhat kebiasaan Freak Brother #2 berangkat selalu dijemput oleh Zac. "Kenapa tidak kaukatakan saja padanya?" sahut Kenneth yang sedang mengutak atik ponsel B sambil duduk menghadap meja makan. "Tentu saja akan kukatakan kalau aku sudah punya waktu bicara padanya. Kau tahu sendiri, aku tidak pernah bertemu dengannya kecuali ketika sedang sarapan. Apa perlu aku membahasnya ketika sarapan? Tidak. Itu bisa merusak mood-ku." "Baiklah. Lalu apa saja yang akan kaulakan hari ini?" "Mulai hari ini aku bekerja paruh waktu di Rhein's. Lalu nanti siang aku ke Palmline Beach. Aku hanya akan membahas dengan Emmery dan yang lain tentang persiapan untuk kontes besok." Nicky sudah selesai mencuci peralatan makan, lalu ia duduk kembali di sa
Read more

80. First Drift

  Sambil menahan surfboard Nicky, Pandangan Kenneth tak lepas dari setiap interaksi yang terjadi antara si bocah pirang dengan teman-temannya. Ia saat ini berdiri bersebelahan dengan Aaron dan Shoujin, sedikit jauh dari tempat teman-teman Nicky berkumpul. Wajah bocah tomboi itu tak henti mengumbar senyum dan tawa riang.  Seperti halnya yang dilakukan oleh Kenneth, Aaron, dan Shoujin, kawanan Shawn dan pasangan Sam-Irina datang untuk memberikan dukungan pada Nicky dalam penyisihan kompetisi surfing hari ini. Satu per satu, mereka beradu kepalan tangan dengan Nicky. Teman-teman sekolah Nicky juga tak henti memuji aksi bocah itu di atas ombak. Bahkan Charlie merekam aksi si pirang. Sepintas Kenneth menoleh pada Shoujin. Pemuda pelit ekspresi itu bahkan terlihat tersenyum, meski tipis tetap terlihat. Begitu besarkah pengaruh Nicky pada laki-laki gunung es itu? Setelah melambaikan tangan pada teman-temannya yang beranjak meningg
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status