Home / Romansa / REVENGE: DENDAM CINTA ELAN / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of REVENGE: DENDAM CINTA ELAN: Chapter 51 - Chapter 60

71 Chapters

Bab 51

Pertanyaan Mematikan *** Harus dengan cara apa aku memberitahunya bahwa Mungil sedang sakit? Dia pasti kecewa karena aku mengabaikan kesehatan buah hatinya. Aku sangat khawatir, tapi aku hanya bisa menyentuh Mungil kami lewat lapisan terluar kulit perutku, selain juga berdoa, meminta pada Tuhan agar senantiasa menjaganya. Terus terang aku sangat bahagia karena Kak Elan rajin menciumi perutku, walau terkadang aku iri melihatnya, andai saja aku bisa mencium perutku sendiri, pasti hari ini sudah ku lakukan tanpa henti. Aku ingin mencium lalu berbisik padanya, betapa kami sangat mencintainya. Mungil sehat-sehat ya Sayang.. Nanti bantu Mommy bicara sama Daddy. Kuat-kuat ya Nak, sebagaimana Daddy sering menyebut Mommy demikian. Mungil tidak boleh berdarah lagi, harus sembuh ya Sayang.. Mommy dan Daddy selalu menyayangimu Nak, sangat menyayangimu.. Malam ini, aku merelakan hati tak ikut sert
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 52

Kamu Dimana? *** Lari dari kenyataan, keputusan paling sederhana dari pemikiran paling sempit. *** Elan terbatuk-batuk setelah cairan merah dari gelas ke sekian menelusuri kerongkongaannya, tapi tangannya masih menuang lagi. Ia menyunggingkan senyum sendiri, tertawa lalu tiba-tiba berhenti dan menyesali segalanya. Lehernya yang lunglai membuat kepalanya ambruk di atas meja. Dalam kedipan pelan ia mengingat bagaimana Arya mencumbu bibir istrinya, memeluk pula dengan erat. Menjijikkan! "Harusnya aku membunuhmu Brengsek.. MENCEKIK LEHERMU!!" Emosi Elan benar-benar tidak stabil. Kesadaran yang terus menerus tergerus menghilangkan akal sehatnya. Ia berdiri dengan sebotol wine di tangan, membuka pintu menyusuri dinding dengan sempoyongan. Ia berhenti di depan pintu kamar Dina. Berseringai, beguman seram, dan mengancam. "Kamu.. Hanya.. Milikku..&
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 53

Tugas Berat *** Aku meneliti setiap ruangan, termasuk di dalam lemari, tapi Daisy-ku tak ada. Apakah ia pergi? Pada dini hari seperti ini? Dia bukan gadis lemah, bisa saja nekat dan benar-benar melakukannya. Aku sudah gila! Gila! Apa yang sudah ku lakukan padanya?? Bodoh!! Seharusnya ku tempeleng pipiku sendiri. Bisa-bisanya aku melakukan hal sekotor itu!! Aku memperlakukannya dengan biadab. Ini gara-gara wine sialan itu. Sekarang tenggorokanku bahkan terasa seperti dibakar, perutku pun demikian, panas. Aku butuh air dingin di kulkas untuk mengguyur otak panasku. Dan sesuatu yang tak ku duga seolah menugguku di dapur.. Aku menemukan tubuh meringkuk, menggigil kedinginan memeluk lututnya. Tubuhnya bergetar hebat saat aku mendekatinya. Matanya yang sembab merah berkaca-kaca mencoba menghindariku. Ia ketakutan. Aku melihat ada luka di bibirnya, ulahku kah? Bukan hanya bibi
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 54

Tunggu Aku.. *** "Kamu itu diam saja, urus cucu Mama, biar Mama sendiri yang membereskan jamuan.." "Tapi.." "Jangan ngeyel, nurut sama Mama.." Tap... Tap.. Tap.. Ranti maupun Asya menoleh ke belakang, ke arah tangga, dan menemukan langkah tak berenergi milik Dina. Gadis itu turun dan menghampiri mereka. "Kak Asya temani mereka saja, biar aku yang bantu Mama.." Asya terperangah, sejak kejadian mengerikan di rumah sakit, ini pertama kalinya Dina mengajaknya bicara. Mungkin sebagai luapan kekesalan atau kesedihan, sebelumnya setiap kali Asya mengajaknya bicara pun tak ada tanggapan. Tak hanya pada Asya, tapi pada semua orang di rumahnya Dina lebih memilih tak mengacuhkan, mengurung diri di kamar, mengenang kepergian Mungilnya. Sebulan yang lalu, di malam itu baik Raka maupun Elan sama-sama dirundung kecemasan. Istri mereka sama-sama melahirkan tapi dengan masa dep
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 55

Cinta Itu Ada *** Lelaki tampan berlesung pipit itu tersenyum seraya mengulurukan tangan pada lawan bicaranya yang sedang duduk di balik meja kerja. Tatapan keduanya bertemu, saling menyunggingkan senyum kemenangan. "Selamat Pak Elan.. Dengan kemenangan kita atas gugatan perdata mereka, perusahaan tidak perlu menjual DNA town bukan?" Elan berdiri, menyambut uluran tangan Ranu. Pertanda terima kasih yang besar. Lelaki itu sangat berjasa baginya, juga bagi kelangsungan rumah tangganya secara tidak langsung. "Itulah gunanya mempekerjakan dirimu di perusahaan ini. Yah sesuai isu yang beredar bahwa kemampuanmu di meja hijau tidak diragukan, cukup tidak memalukan untuk seorang cumlaude dari Columbia University." Ranu hanya tersenyum kecil lalu menuju sofa mengikuti arahan tangan kliennya. "Saya lihat anda lebih bersemangat dari sebelum-sebelumnya." "Jangan t
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 56

Pertama – Keempat *** Sesuai janji, Elan datang menjemput pukul delapan tepat. Lelaki itu berusaha kaku terhadap waktu, seolah ingin menunjukkan pada Dina bahwa dirinya sedang tak main-main. "Ma
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 57

Mengulang Malam *** Dina menggerakkan kepala ke kanan, membuka bibirnya perlahan kala mencium wangi yang ia kenal. Kelopak matanya mulai tak tenang lalu tak lama kemudian terbuka. Ia tersentak karena ruangan itu tak asing baginya. Mata Dina semakin terbelalak ketika teringat oleh satu hal, pakaiannya. Ia menengok di balik selimut kemudian berhembus lega karena semua utuh. Dina meraba keadaan, apa yang sebenarnya terjadi? Seingatnya terakhir kali berada di bangku taman bermain bersama pemilik ruangan ini, ah kemana dia? Pandangannya menyapu sekeliling, mencari Elan dan mendapati lelaki itu berjalan ke arahnya dengan segelas jus jeruk di tangan. "Kenapa aku di sini?" Tanya Dina ketus. "Minumlah dulu.. Kamu pingsan." Lirikan Dina ke arah Elan yang duduk di tepi ranjang mengandung curiga. Menuduh dalam picingan yang memastikan. "Aku tidak melakukan apapun padamu 
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 48

Sekuatku, Semampumu *** Dina merasa kulit keningnya lelah saat kedua kelopak mata mulai bergerak lambat. Terbuka sedikit lalu mengernyit oleh cahaya lampu yang tajam menyelinap, menyilaukan dan menyamarkan pandang. Ia menggigit getir bibirnya saat menyadari masih ada di tempat yang sama seperti terbangun sebelumnya. Bahkan yang lebih menyesakkan dada, ada nyeri di lipatan paha, ada sakit yang terulang, ada luka batin menguar oleh kepercayaan yang tergadai. Yah, Dina merasa dibawa kembali ke masa lampau, waktu di mana Elan merenggut kesuciannya. Bayangan akan kenangan itu semakin nyata kala ia mengintip di balik selimut dan menemukan beberapa bekas merah, antara hasil gigitan dan hisapan. Bau peluh yang menyengat menggetarkan mata, menjatuhkan airnya. Ia benci. "Sudah bangun?" Tanya seseorang yang sedang mengucek mata di belakangnya. Dina beringsut, reflek merapatkan selimut pada tubuh telanjangnya. Tak
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 59

Our limited Happiness *** Bagai diserang bencana alam, isi apartemen Elan kacau balau. Semua berserakan. Bantal sofa bergelimpangan, buku dan tumpukan berkas berjatuhan dari atas meja kerja. Belum berhenti di situ, kondisi kamar tak kalah mengenaskan. Bantal, guling, selimut sprei semua tercerai berai melantai. Begitupun dengan kimono handuk, pakaian dalam, celana, dress, dan serba serbi penutup tubuh lainnya. Gairah keduanya meledak, saling mencurahkan hasrat yang terpendam. Mereka cinta dan bercinta. Mereka suka dan saling mengobati luka. Sejak dari meja sarapan, mereka tak henti melakukannya. Hingga pakaian yang melekat selepas mandi pun hanya mampu bertahan beberapa menit saja. Mereka melakukannya di mana-mana, sesuka mereka. Sekuat tenaga. "Kakak.. Sudah ya.." Rengek Dina manja. "Mmm." "Kok cuma mmm?" Dina memainkan jarinya di dada bidang Elan. "Kalau kamu mau
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more

Bab 60

Akan Berakhir *** Tersenyumlah dengan hatimu, lupakan segala sakit yang aku berikan Hiduplah dengan caramu tanpa aku di sisimu, biarkan aku merindumu dengan seluruh nafasku Rindukanlah aku dengan senyumanmu, biarkan aku menatapmu dari kejauhan Berbahagialah dengan masa mudamu, biarlah aku sendiri dalam kelamnya malam bersama angin yang memainkan pesan bernada cinta yang aku simpan untukmu By shellyferND *** Baru kali ini aku tidak terpejam sama sekali setelah bercinta. Biasanya aku pasti tidur walau hanya sebentar. Tapi kali ini ku tahan kantuk, sebisa mungkin tetap terjaga. Aku tidak mau kehilangan masa yang ku nanti sekian lama. Tak ingin hilang kesadaran barang sedetikpun. Aku selalu ingin menikmati wajah ayu yang seharian ini berada dalam kuasaku. Daisy-ku terlelap, sangat lelah usai sedikit ku paksa melayaniku sekali lagi, m
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status